31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Tari Maena Nias Pecahkan Rekor MuRI

Dikatakan Erry saat ini memang dunia pariwisata di Kepulauan Nias masih belum bisa diandalkan untuk pendapat asli daerah (PAD). Karena berdasarkan catatan BPS jumlah turis ke kepulauan Nias masih dibawah 25 ribu orang pertahun. Namun jika potensi tersebut dapat digali maksimal maka pendapatan dari sektor pariwisata di kepulauan Nias patut diperhitungkan.

“Untuk itu perlu dukungan semua pihak termasuk juga masyarakatnya. Masyarakat, pemerintah, tokoh adat, tokoh agama mari saling bahu-membahu. Pemprovsu akan tetap mendukung setiap kegiatan pariwisata di Sumut. Termasuk juga perbaikan infrastruktur. Tapi saya cukup salut dan bangga dengan Walikota Gunungsitoli yang saya lihat pembangunan disini cukup pesat,” ujar Erry.

Tokoh masyarakat Nias Mayjen Purn Cristian Zebua mengaku bangga Pesta Ya’ahowu Ono Niha kembali digelar setelah sempat terhenti di tahun 2006 lalu. Cristian berharap pemerintah pusat dan Provinsi terus mendukung agar kepulauan Nias masuk kedalam 10 destinasi wisata di Indonesia.

“Kepada pemerintah jangan tanggung-tanggung memberi dukungan. Kepada Kepala Daerah, pesta ini menjadi modal agar Nias semakin dikenal. Ini harus dipertahan dan ditingkatkan. Kepada anak-anak muda semangat belajar. Darah macan kita yang selalu mau perang ini harus diubah menjadi semangat untuk berprestasi. Tetap bersatu dengan meminta pertolongan Tuhan. Tidak ada yang mustahil dengan pertolongan Tuhan,” ujarnya.

Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman berharap agar kegiatan seperti pesta Ya’ahowu menjadi agenda tahunan. Karena dengan kegiatan tersebut maka Kepulauan Nias akan terpromosikan. Dadang pun mengaku kalau Kementerian Pariwisata sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang mempromosikan dunia pariwisata.

“Kalau dilihat potensi jelas ada. Tinggal diidentifikasi ikonnya apa. Semakin banyak Ikon semakin dikenal. Misalnya baharinya, kebudayaannya, atau wisata buatan. Semuanya harus punya masterplane. Kalau sudah punya mari kita bicarakan selanjutnya mau diapakan. Kami senantiasa mendukung dan menfasilitasi kegiatan-kegiatan ini,” pungkasnya. (rel/mea)

Dikatakan Erry saat ini memang dunia pariwisata di Kepulauan Nias masih belum bisa diandalkan untuk pendapat asli daerah (PAD). Karena berdasarkan catatan BPS jumlah turis ke kepulauan Nias masih dibawah 25 ribu orang pertahun. Namun jika potensi tersebut dapat digali maksimal maka pendapatan dari sektor pariwisata di kepulauan Nias patut diperhitungkan.

“Untuk itu perlu dukungan semua pihak termasuk juga masyarakatnya. Masyarakat, pemerintah, tokoh adat, tokoh agama mari saling bahu-membahu. Pemprovsu akan tetap mendukung setiap kegiatan pariwisata di Sumut. Termasuk juga perbaikan infrastruktur. Tapi saya cukup salut dan bangga dengan Walikota Gunungsitoli yang saya lihat pembangunan disini cukup pesat,” ujar Erry.

Tokoh masyarakat Nias Mayjen Purn Cristian Zebua mengaku bangga Pesta Ya’ahowu Ono Niha kembali digelar setelah sempat terhenti di tahun 2006 lalu. Cristian berharap pemerintah pusat dan Provinsi terus mendukung agar kepulauan Nias masuk kedalam 10 destinasi wisata di Indonesia.

“Kepada pemerintah jangan tanggung-tanggung memberi dukungan. Kepada Kepala Daerah, pesta ini menjadi modal agar Nias semakin dikenal. Ini harus dipertahan dan ditingkatkan. Kepada anak-anak muda semangat belajar. Darah macan kita yang selalu mau perang ini harus diubah menjadi semangat untuk berprestasi. Tetap bersatu dengan meminta pertolongan Tuhan. Tidak ada yang mustahil dengan pertolongan Tuhan,” ujarnya.

Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman berharap agar kegiatan seperti pesta Ya’ahowu menjadi agenda tahunan. Karena dengan kegiatan tersebut maka Kepulauan Nias akan terpromosikan. Dadang pun mengaku kalau Kementerian Pariwisata sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang mempromosikan dunia pariwisata.

“Kalau dilihat potensi jelas ada. Tinggal diidentifikasi ikonnya apa. Semakin banyak Ikon semakin dikenal. Misalnya baharinya, kebudayaannya, atau wisata buatan. Semuanya harus punya masterplane. Kalau sudah punya mari kita bicarakan selanjutnya mau diapakan. Kami senantiasa mendukung dan menfasilitasi kegiatan-kegiatan ini,” pungkasnya. (rel/mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/