Kadishub Kota Medan Renward Parapat mengatakan, perkembangan kota terus meningkat seiring tingkat pertambahan penduduk, pertumbuhan kendaraan juga daya beli masyarakat. Dengan demikian, jumlah kendaraan terus meningkat setiap tahun sehingga menyebabkan kepadatan lalu lintas. Bahkan pada jam-jam tertentu terjadi kemacetan.
“Dari sisi manajemen rekayasa lalu lintas, kami berusaha menangani kepadatan atau kemacetan, termasuk penataan parkir. Satu alternatifnya, tentu mengoperasionalkan angkutan massal. Sebab sekali bergerak bisa mengangkut orang banyak,” katanya.
Dia mengatakan, pihaknya sudah merintis BRT dan LRT ini sejak dua tahun lalu bersama Bappeda. Patut disyukuri, ungkap Parapat, lelang membangun dua angkutan massal ini banyak diminati investor besar di Jakarta.
“Sebelumnya kami juga telah mendapat penjelasan dari pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Keuangan agar rencana pengadaan angkutan massal ini terus berproses. Harapan kita, transportasi massal ini bisa diwujudkan untuk mengatasi kemacetan,” urai dia.
Mengenai biaya, diperkirakan mencapai Rp6-7 triliun. Untuk BRT membutuhkan biaya sekitar Rp600 sampai Rp700 miliar. Belum lagi pembangunan jalan layang tol, adanya elevated rail way. Sehingga tak membutuhkan lagi yang namanya operator. Ia menyebutkan, LRT dimulai dari Terminal Terpadu Amplas sampai Terminal Pinang Baris. Lintasannya juga akan melewati inti kota. “Sedangkan BRT mulai dari Jalan Willem Iskandar sampai Jamin Ginting. Meski demikian, rutenya nanti akan terus dievaluasi,” paparnya.(prn/ila)