Menurut Tantan, konsep itu berhasil menjadi magnet untuk menarik pengunjung, terutama para Bobotoh, sebutan bagi pendukung Persib. ”Di warung saya, bobotoh jadi bisa merasakan lebih dekat napak tilas saya selama berkarir di lapangan sepak bola,” ucap pemain yang pernah berkostum Persitara Jakarta Utara dan Sriwijaya FC tersebut.
Tony sudah pasti juga memikirkan betul konsep tiga bisnis kulinernya tadi. Street Gourmet yang dia kelola bersama Airlangga, misalnya, lahir dari hasil diskusi panjang. Ketika itu mereka mempertimbangkan apakah akan mendirikan warung biasa dengan modal seadanya atau berbentuk restoran yang butuh modal tak sedikit.
Nah, saat Tony dan Airlangga sedang nongkrong di sebuah kafe di Bandung, tiba-tiba muncul ide membikin restoran keliling di Bandung. Konsepnya adalah menyulap sebuah bus penumpang menjadi restoran yang nyaman plus dapur tempat mengolah makanan.
Dengan bus tersebut, sambil menikmati hidangan, para tamu kemudian akan diajak berkeliling ke berbagai lokasi bersejarah di ibu kota Jawa Barat itu. Layanan serupa, kata Tony, ada di Jerman dan Prancis. ”Hanya, di sana mereka menggunakan bus bertingkat. Karena di sini tidak ada bus bertingkat, kami gunakan bus biasa saja,” jelas Tony.
Bus tersebut berangkat tiga jam sekali, tiap hari. Makanan yang disajikan pun lengkap, ala restoran fine dining. Para peserta tur keliling bisa memilih tiga jenis makanan yang disediakan, yaitu selera Indonesia, khas Western, atau cita rasa Jepang.
Untuk bisa menikmati paket tur plus makanan ala Street Gourmet itu, peserta hanya perlu mengeluarkan biaya Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. Selama perjalanan, para penumpang juga difasilitasi seorang guide yang menjelaskan sejarah dan latar belakang lokasi yang dilewati. ”Kami yakin, sekali coba, pasti ketagihan,” tegas Tony berpromosi.
Tony bersyukur tiga usahanya tersebut berjalan lancar. Dari ketiganya, pemain yang juga bisa ditempatkan sebagai gelandang bertahan itu mengaku dapat meraup sekitar Rp 100 juta setiap bulan. ”Setidaknya saya sudah punya bekal saat tak lagi aktif di lapangan (sepak bola) nanti,” ujarnya.
Tantan tak mau buka kartu mengenai raupan dari warung makannya di Lembang. Tapi, dia mengaku bangga. Sebab, sekalipun baru dan tidak berlokasi di tengah kota besar, warungnya dikenal Louis van Gaal, manajer klub raksasa Inggris Manchester United.
Penyebabnya, dua bulan lalu, ketika warung Tantan itu belum lama berdiri, ada serombongan turis Belanda yang hendak bertamasya ke Tangkuban Perahu. Nah, saat itu salah seorang anggota rombongan kebetulan ingin mengakses internet.
Mereka pun mencari warung yang ada fasilitas wifinya. Sampailah rombongan tersebut ke warung Tantan. Ternyata, salah seorang anggota rombongan itu masih memiliki hubungan saudara dengan Van Gaal.
Begitu melihat Waroeng Tantan 82 penuh jersey dan medali, para turis tersebut langsung penasaran dan bertanya-tanya. ”Salah satu anggota rombongan turis tadi lantas melakukan video call dengan Louis van Gaal di Inggris. Van Gaal pun jadi bisa ikut ngelihat suasana di warung saya, he he he,” kenang Tantan bangga.
Kesuksesan Tony, Airlangga, dan Tantan berbisnis itu akhirnya juga menular ke I Made Wirawan. Tapi, bidang usaha kiper Persib tersebut berbeda. Lewat Made Sport yang berlokasi di Jalan Jakarta, Bandung, dia berjualan beragam pernik sepak bola seperti jersey, sepatu, dan bola.
Seperti juga para rekannya, kiper timnas itu menyebut bisnisnya sebagai pelampung ketika kelak karirnya di lapangan bola berakhir. ”Jadi, kalau sudah pensiun, saya sudah tidak belajar dari nol untuk memulai usaha,” ucapnya. (JPG/fai)