Diduga Terlibat Asmara dengan Istri Pejabat
MEDAN-Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemprovsu yang bertugas di salah satu unit kerja di Pemprovsu, kritis dan harus menjalani pemeriksaan medis intensif di Rumah Sakit (RS) Columbia Asia di Jalan Listrik Medan. Oknum berinisial MF (45) tersebut mengalami luka kulit wajah melepuh hampir 100 persen karena disiram soda api.
Kabar yang berkembang, PNS yang diketahui bertugas sebagai supir ibu-ibu PKK itu dianiaya dan disiram soda api oleh dua pria yang diduga suruhan seorang pejabat teras di Pemko Medan, Rabu (27/4) lalu. Ditengarai, pejabat tersebut berang mengetahui perselingkuhan MF dengan istrinya YSR.
Pihak keluarga MF yang diduga sudah melaporkan penganiayaan ini ke Mapolresta Medan, sangat tertutup dan enggan dikonfirmasi.
Pihak rumah sakit juga sangat sulit dimintai keterangan terkait kebenaran kabar kalau MF dirawat di rumah sakit itu.
Ketatnya pengawalan dirasakan wartawan koran ini saat bolak-balik ke rumah sakit tersebut sejak siang hingga sore hari. Setelah berbagai upaya dilakukan untuk mendapat informasi terkait perawatan MF, seorang resepsionis rumah sakit akhirnya membocorkan informasinya. Petugas itu membenarkan MF dirawat di rumah sakit itu karena disiram soda api.
“Mas ini dari mana? Memang benar MF dirawat di sini. Tapi kami minta maaf karena polisi dan pihak keluarga tidak mengizinkan untuk diekspos,” ucapnya usai mengecek nama pasien MF di layar komputer di depannya.
Petugas resepsionis itu tak mau memberi informasi di mana ruangan MF dirawat. “Maaf Mas, sekali lagi kami minta maaf. Kita sudah diperintahkan polisi dan pihak keluarga pasien (MF, Red) untuk tidak memberitahukan keberadaan MF,” ujar petugas tersebut.
Informasi yang diperoleh kian berkembang. Korban MF disebut-sebut dirawat di ruang ICU lantai III. Menurut keterangan dari orang dalam di rumah sakit itu, saat ini kondisi MF masih kritis dan dalam penanganan intensif tim medis. “MF mengalami luka melepuh di wajah hampir seratus persen. Hanya mata kirinya yang bisa melihat. Keluarganya di ruangan Mas. Tidak boleh masuk, dijaga aparat,” katanya.
Petugas itu bilang, ada belasan aparat yang menjaga ruang perawatan MF, sebagian besar berpakaian preman.
Wartawan koran ini sempat mengaku sebagai keluarga korban yang tinggal di kampung, berniat menjenguk MF. Upaya itu belum berhasil, petugas rumah sakit tetap menolak kunjungan tersebut. “Tak ada nama MF yang dirawat di sini,” kata petugas itu.
Informasi dari sumber lain coba digali dari pihak Kepolisan Resort Kota Medan. Sama saja, petugas berseragam cokelat ini terkesan tertutup. “Data dari tadi malam sudah kita check, kita belum menerima laporan pengaduan (penganiayaan MF, Red) tersebut. Namun demikian, nanti saya cek lagi,” kata Wakasat Reskrim Polresta Medan, AKP Ruruh Wichaksono.
Ruruh mengakui bahwa dia banyak menerima telepon perihal kebenaran kasus dugaan penganiayaan yang disebut terjadi di kawasan Jalan Adam Malik Medan itu. “Benar, saya juga banyak menerima telepon. Namun sekali lagi, kami belum terima laporannya,” tegas mantan Kasatreskrim Polres Deli Serdang itu.
Kantor Gubernur dan Kantor Walikota Gempar
Sementara itu, peristiwa penganiayaan itu menggemparkan kantor gubernur dan kantor wali kota Medan. Sejak Rabu pagi, kisah penganiayaan itu jadi pembicaraan hangat sejumlah pejabat dan PNS. Informasinya peristiwa itu terjadi Selasa petang (26/4). Dugaan motifnya, asmara segi tiga.
Kabarnya, pejabat di Pemko Medan marah besar melihat kemesraan YSR istrinya dengan MF, yang hanya seorang sopir di Pemprov. Pejabat tersebut kemudian memerintahkan personel Satpol PP menjemput MF dari rumahnya dan dibawa ke sebuah rumah di Jalan Sudirman.
MF pun kemudian diserahkan kepada pejabat tersebut dan jadi bulan-bulanan hingga babak belur. Setelah itu MF disuruh pergi. Keesokan harinya, Rabu siang (27/4), saat melintas di Jalan Adam Malik, dua pria yang diduga suruhan RH menyiramkan soda api kepada MF hingga kritis. “Yang bawa MF ke rumah sakit, ibu (YSR) juga. Setelah itu pihak keluarga membuat pengaduan ke Polresta,” ujar seorang PNS di Pemko Medan.
Kabar cinta kejadian ini dengan cepat menyebar, bahkan sudah sampai ke telinga para kepala dinas di Satuan Kerja Perangkat (SKPD) Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Seorang kepala dinas di Pemko Medan bahkan memberi informasi mengejutkan. Kepada wartawan koran ini ia mengatakan, cinta terlarang antara YSR dan MF sudah sangat ‘populer’ di kalangan pejabat Pemprovsu dan Pemko Medan.
“Awal 2010 lalu, sebenarnya pejabat itu pernah mengamuk karena mengetahui perselingkuhan itu. Pejabat itu menampari YSR yang kemudian pulang kampung ke Tapsel,” kata kepala dinas tersebut.
Wartawan koran ini kemarin juga berupaya menemui YSR untuk upaya konfirmasi. Namun upaya itu gagal. “YSR tadi siang berangkat umroh, tapi gak langsung, transit di KL (Kuala Lumpur, Red). Besok (hari ini, Red) baru terbang ke Makkah. YSR tadi siang berangkat bersama Sekda Medan dan seorang staf ahli,” ujar kepala dinas tersebut. (adl)
Tidak sampai di situ, anggota DPRD Medan juga telah mengetahuinya. “Iya, saya dapat informasi itu. Tapi, ini masalah pribadi nggak usahlah kita campuri. Biarlah orang itu sendiri yang menyelesaikannya. Nama saya juga jangan kau sebutkan di koran,” ungkap anggota dewan tersebut.
Sedangkan , Wakil Ketua DPRD Medan Sabar Syamsurya Sitepu yang ditanyai hal itu mengaku, tidak tahu. “Belum tahu saya,” kilahnya.
Sementara itu, saat acara apel kebersihan Dinas Kebersihan Medan di Lapangan Merdeka Medan, sejumlah SKPD terlihat berbagi cerita. “Entah. Kalau benar, bodoh kali lah dia (pejabat, Red) itu,” ungkap pejabat SKPD lainnya.
Mengantisipasi peredaran kabar yang menghebohkan itu, seorang pejabat di Pemko Medan terlihat kasak kusuk. Ia berulang kali berkoordinasi dengan para SKPD maupun kepada wartawan dari sejumlah media. Dari hasil kasak-kusuk itu, akhirnya diambil kesepakatan, akan digelar konfrensi pers untuk mengklarifikasi kebenaran kabar tersebut.
Dari siang hingga petang kemarin, pejabat itu 13 kali menelepon wartawan koran ini. Dia minta tolong agar berita penganiayaan dan cinta terlarang yang melibatkan rekannya tersebut tidak diterbitkan. Dia mengatakan, semua wartawan yang bertugas di Pemko Medan sudah setuju dengan kesepakatan itu. Sebagai imbalan, tiap wartawan dapat jatah Rp500 ribu.
Tawaran tersebut ditolak dengan halus. Upaya meminimalisir penyebaran kabar tersebut terus berlangsung. Pejabat yang kasak-kusuk tersebut tetap menelepon minta tolong. Dia kemudian menawarkan, khusus untuk wartawan koran ini Rp1 juta. “Sekarang saya di kantor. Bapak itu berpesan, kalau memang kita berkawan, tolong berita itu jangan dibuat,” ujar pejabat yang kasak-kusk tersebut.
Mengingat banyaknya upaya menutup informasi terkait penganiayaan dan dugaan perselingkuhan yang diduga melibatkan pejabat di Pemko Medan, hal itu langsung dikonfirmasi kepada Wali Kota Medan, Rahudman Harahap. Ia menjawab, “Percaya kau, abang kau ini kayak gitu. Itu kerjaan orang-orang syirik, yang nggak senang dengan abangmu ini,” tegasnya sambil menuju mobil dinasnya.
Guna memastikan kejadian itu, sekira pukul 21.35 WIB, wartawan koran ini menyambangi kediaman MF di Komplek Taman Ubud Indah No 17 Jalan Raya Medan Tenggara, tepatnya di belakang Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N) 35 Medan.
Rumah tersebut tampak lengang. Lampu di teras mati tetapi di bagian dalam rumah bercat hijau ini terlihat terang. Beberapa kali, wartawan koran ini memanggil pemilik rumah dan menekan bel, namun tidak ada jawaban.
Wartawan koran ini kemudian menanyakan keberadaan MF kepada penjaga malam komplek tersebut. “Saya kurang tahu, kenapa nggak ada orang. Besok aja bang datang lagi,” katanya.
Pukul 22.15 WIB, wartawan koran ini mendapat pesan singkat (SMS) dari Nomor ponsel 082168906XXX. Isinya menguatkan dugaan pejabat Pemko Medan sebagai otak pelaku penyiraman soda api ke wajah MF. Menurut informasi itu, korban bahkan sempat diinjak-injak di sebuah rumah di Jala Sudirman Medan. “Mohon kasus ini diusut tuntas,” katanya.
Wartawan koran kembali mengetuk pagar rumah tersebut, tetapi tak ada yang keluar. Wartawan koran ini kemudian kembali ke kantor.(adl/ari)