31 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Banjir, Medan Macet hingga Tiga Jam

MEDAN-Selang dua hari cuaca buruk kembali menerjang Medan. Seperti Sabtu malam lalu, kemarin petang angin kencang dan hujan deras pun membuat warga Medan resah. Di beberapa titik kota air tergenang hingga menimbulkan kemacetan hingga tiga jam.

Di Jalan Sisingamangaraja, perisnya di Km 7,3 air selokan meluap. Luapan air mencapai sebetis orang dewasa. Akibatnya tidak sedikit pengendara roda dua yang terpaksa mendorong kendaraannya karena mogok.

Kemacetan panjang mulai terlihat mulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Kemacetan paling parah terpantau dari arah Tanjungmorawa menuju ke arah Medan hingga mencapai 5 kilometer lebih. Kemacetan diperparah lagi karena bertepatan dengan jam pulang kerja.

Tidak hanya itu, kendaraan yang keluar dari arah pintu Tol Amplas juga terhambat. Alhasil, kendaraan dari arah Jalan Sisingamangaraja menuju Tanjungmorawa juga tak luput dari kemacetan. Bahkan, kendaraan yang melintasi jembatan layang Amplas juga menjadi korban kemacetan. “Sengaja tadi lewat Fly Over, saya kira bisa menghindari macet, ternyata tidak,” ujar Robert, seorang pengendara mobil yang baru saja pulang kerja.

Sementara itu, di Simpang Amplas mobil kijang warna hitam ditabrak dum truk yang biasa mengangkut tanah, di sisi lainnya becak ditabrak angkot. Pandangan itu membuat kepanikan pengendara lainnya, yang akhirnya muncul makian di antara pengendara.

Sedangkan warga yang tinggal persis di sekitar luapan air parit mengaku kejadian ini sudah hal lumrah bagi mereka. “Asalkan hujan pasti air parit ini meluap,” ujar R Sianturi.

Polisi Lalu Lintas (Polantas) dari Polsekta Patumbak yang diturunkan ke lokasi, akhirnya berhasil mengurai kemacetan beberapa jam kemudian. “Ya tadi memang sempat terjadi kemacetan parah,” ujar AKP Imam, Kanit Lantas Polsekta Patumbak. Sekitar pukul 21.00 WIB, lalu lintas di Jl SM Raja sudah benar-benar lancar, baik dari arah Tanjungmorawa menuju Medan, maupun sebaliknya.

Selain Jalan Sisingamangaraja, sejumlah ruas jalan protokol Kota Medan pun digenangi air setinggi 30 hingga 50 cm. Hal ini membuat sejumlah jalan macet total. Pasalnya pengendara mobil maupun sepeda motor harus memperlambat laju kenderaannya bahkan kendaraan banyak juga yang mogok akibat terendam air.

Dari pantauan Sumut Pos, Senin (28/5) sore, terlihat Jalan Nibung Raya digenangi air sehingga mengalami kemecatan hingga Jalan Gatot Suboroto Medan. Tak hanya itu, di ruas Jalan Letda Sujono persis di persimpangan Jalan Pacing juga mengalami kemacetan. Begitu juga yang terlihat di sepanjang Jalan Gatot Subroto. “Beginilah yang kami alami kalau sudah hujan, maunya pemerintah memperhatikan hal yang seperti ini. Jangan sampai mengganggu pengguna jalan,” ucap Hendra supir angkot jurusan Amplas.

Ruas jalan besar lain yang banjir pada sore tersebut adalah Jalan Mongonsidi, Jalan S Parman, dan Jalan Pandu. Untuk tiga jalan ini macet akibat kendaraan roda dua banyak yang mogok. Sedangkan yang terlihat di kawasan Jalan Jamin Ginting banjir akibat drainase yang tidak baik.

Selain itu, di kawasan Pasar Setia Budi, juga tidak luput dari banjir. Meski tinggi banjir hanya semata kaki, namun sangat mengganggu pengguna jalan sehingga terjadi kemacetan lalulintas yang begitu panjang. Di pintu keluar Tol Bandar Setia, genangan air mencapai 80 centimeter. Dampaknya, pengendara sepeda motor dan angkot serta mobil sempat menerobos mogok di tengah jalan, sehingga tercipta kemacetan panjang. Selain itu, di ruas Jalan Sutomo dekat Gedung Juang 1945. Genangan air sedalam 50 centimeter, pengendara sepeda motor harus melintasi jalan tersebut bersama angkot. Tak jarang, sampah berserakan dan air menggenangi hingga masuk ke rumah warga di sekitar jalan tersebut.

Penutup Ruko Raksasa Rubuh

Di Jalan Nibung Baru Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah sebuah cup house (penutup rumah) rumah toko (ruko) No 33-35-37 Susanto (40) rubuh. Kejadian pada pukul 17.30 WIB itu mengakibatkan sebuah Suzuki Panther warna silver dengan plat nomor polisi BK 510 NT milik P Marbun, petugas kepolisian dari Malposekta Medan Baru rusak tertimpa.

Selain itu, sebuah becak motor BK 1613 CO milik Anto warga Jalan Teratai Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia juga ikut tertimpa.
Ironisnya, pemilik ruko, Susanto, tidak mau keluar rumah, malah memilih kabur dari lokasi tersebut untuk menghindari kejaran sejumlah jurnalis. “Aku tiba di sini, sudah tidak ada pemilik ruko ini,” kata Syawalluddin (50), Kepala Lingkungan XII Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah.
Sebelumnya, warga sekitar sudah memperingati pemilik ruko untuk memperbaiki kondisi penutup rumah yang juga dijadikan plank nama usahanya. “Sudah seminggu yang lalu aku peringati untuk memperbaiki kondisi penutup rumahnya ini sama dia (Susanto, Red),” kata seorang warga sembari menyebutkan kondisi penutup rumah iitu sudah rawan jatuh.

Selain Petir, Ranting Pohon juga Bahaya

Petir bisa menyebabkan PLN mematikan listrik. Tapi, bukan berarti petir satu-satunya hal yang membuat listrik padam. Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Wilayah Sumut Raidir Sigalingging, melalui Supervisor Pengolahan Data Bisnis PLN Wilayah Sumut Kishartanto Purnomo Purbo, mengatakan, ranting pohon juga memiliki peran penting.

“Ketika cuaca ekstrim, ada pohon tinggi melebihi tiang listrik dan menyentuh kabel atau istilahnya kontak akibat terpaan angin, maka terjadi kontak atau trip (arus turun), penyulang akan trip. Ketika pohon mengenai jaringan, maka petugas kita mencari satu per satu. Satu penyulang itu bisa 40 trafo,” ujar Kishartanto.

Dikatakan Kishartanto, ketika ranting pohon tersentuh kabel listrik, maka otomatis terjadi trip yang menyebabkan salah satu penyulang mati. “Kami sarankan para pelanggan agar memangkas pohon-pohon yang berada di dekat tiang listrik,” imbaunya.

Kishartanto menjelaskan, saat petir datang, maka yang disambar petir bukan langsung nyerang instalasi listrik rumah pelanggan, namun menyambar trafo tiang listrik dan pertama diserang adalah gardu induk (GI). “Kalau trafo terbakar harganya bisa mencapai Rp30 juta-Rp40 juta. Tapi memang,  99,9 persen kejadian listrik spontan padam padam karena pohon. Kalau petir memang sengaja dipadamkan, jadi beda ya,” tutur Kishartanto. (ari/gus/adl/ram/mag-11/ril/mag-12/ila)

MEDAN-Selang dua hari cuaca buruk kembali menerjang Medan. Seperti Sabtu malam lalu, kemarin petang angin kencang dan hujan deras pun membuat warga Medan resah. Di beberapa titik kota air tergenang hingga menimbulkan kemacetan hingga tiga jam.

Di Jalan Sisingamangaraja, perisnya di Km 7,3 air selokan meluap. Luapan air mencapai sebetis orang dewasa. Akibatnya tidak sedikit pengendara roda dua yang terpaksa mendorong kendaraannya karena mogok.

Kemacetan panjang mulai terlihat mulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Kemacetan paling parah terpantau dari arah Tanjungmorawa menuju ke arah Medan hingga mencapai 5 kilometer lebih. Kemacetan diperparah lagi karena bertepatan dengan jam pulang kerja.

Tidak hanya itu, kendaraan yang keluar dari arah pintu Tol Amplas juga terhambat. Alhasil, kendaraan dari arah Jalan Sisingamangaraja menuju Tanjungmorawa juga tak luput dari kemacetan. Bahkan, kendaraan yang melintasi jembatan layang Amplas juga menjadi korban kemacetan. “Sengaja tadi lewat Fly Over, saya kira bisa menghindari macet, ternyata tidak,” ujar Robert, seorang pengendara mobil yang baru saja pulang kerja.

Sementara itu, di Simpang Amplas mobil kijang warna hitam ditabrak dum truk yang biasa mengangkut tanah, di sisi lainnya becak ditabrak angkot. Pandangan itu membuat kepanikan pengendara lainnya, yang akhirnya muncul makian di antara pengendara.

Sedangkan warga yang tinggal persis di sekitar luapan air parit mengaku kejadian ini sudah hal lumrah bagi mereka. “Asalkan hujan pasti air parit ini meluap,” ujar R Sianturi.

Polisi Lalu Lintas (Polantas) dari Polsekta Patumbak yang diturunkan ke lokasi, akhirnya berhasil mengurai kemacetan beberapa jam kemudian. “Ya tadi memang sempat terjadi kemacetan parah,” ujar AKP Imam, Kanit Lantas Polsekta Patumbak. Sekitar pukul 21.00 WIB, lalu lintas di Jl SM Raja sudah benar-benar lancar, baik dari arah Tanjungmorawa menuju Medan, maupun sebaliknya.

Selain Jalan Sisingamangaraja, sejumlah ruas jalan protokol Kota Medan pun digenangi air setinggi 30 hingga 50 cm. Hal ini membuat sejumlah jalan macet total. Pasalnya pengendara mobil maupun sepeda motor harus memperlambat laju kenderaannya bahkan kendaraan banyak juga yang mogok akibat terendam air.

Dari pantauan Sumut Pos, Senin (28/5) sore, terlihat Jalan Nibung Raya digenangi air sehingga mengalami kemecatan hingga Jalan Gatot Suboroto Medan. Tak hanya itu, di ruas Jalan Letda Sujono persis di persimpangan Jalan Pacing juga mengalami kemacetan. Begitu juga yang terlihat di sepanjang Jalan Gatot Subroto. “Beginilah yang kami alami kalau sudah hujan, maunya pemerintah memperhatikan hal yang seperti ini. Jangan sampai mengganggu pengguna jalan,” ucap Hendra supir angkot jurusan Amplas.

Ruas jalan besar lain yang banjir pada sore tersebut adalah Jalan Mongonsidi, Jalan S Parman, dan Jalan Pandu. Untuk tiga jalan ini macet akibat kendaraan roda dua banyak yang mogok. Sedangkan yang terlihat di kawasan Jalan Jamin Ginting banjir akibat drainase yang tidak baik.

Selain itu, di kawasan Pasar Setia Budi, juga tidak luput dari banjir. Meski tinggi banjir hanya semata kaki, namun sangat mengganggu pengguna jalan sehingga terjadi kemacetan lalulintas yang begitu panjang. Di pintu keluar Tol Bandar Setia, genangan air mencapai 80 centimeter. Dampaknya, pengendara sepeda motor dan angkot serta mobil sempat menerobos mogok di tengah jalan, sehingga tercipta kemacetan panjang. Selain itu, di ruas Jalan Sutomo dekat Gedung Juang 1945. Genangan air sedalam 50 centimeter, pengendara sepeda motor harus melintasi jalan tersebut bersama angkot. Tak jarang, sampah berserakan dan air menggenangi hingga masuk ke rumah warga di sekitar jalan tersebut.

Penutup Ruko Raksasa Rubuh

Di Jalan Nibung Baru Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah sebuah cup house (penutup rumah) rumah toko (ruko) No 33-35-37 Susanto (40) rubuh. Kejadian pada pukul 17.30 WIB itu mengakibatkan sebuah Suzuki Panther warna silver dengan plat nomor polisi BK 510 NT milik P Marbun, petugas kepolisian dari Malposekta Medan Baru rusak tertimpa.

Selain itu, sebuah becak motor BK 1613 CO milik Anto warga Jalan Teratai Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia juga ikut tertimpa.
Ironisnya, pemilik ruko, Susanto, tidak mau keluar rumah, malah memilih kabur dari lokasi tersebut untuk menghindari kejaran sejumlah jurnalis. “Aku tiba di sini, sudah tidak ada pemilik ruko ini,” kata Syawalluddin (50), Kepala Lingkungan XII Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah.
Sebelumnya, warga sekitar sudah memperingati pemilik ruko untuk memperbaiki kondisi penutup rumah yang juga dijadikan plank nama usahanya. “Sudah seminggu yang lalu aku peringati untuk memperbaiki kondisi penutup rumahnya ini sama dia (Susanto, Red),” kata seorang warga sembari menyebutkan kondisi penutup rumah iitu sudah rawan jatuh.

Selain Petir, Ranting Pohon juga Bahaya

Petir bisa menyebabkan PLN mematikan listrik. Tapi, bukan berarti petir satu-satunya hal yang membuat listrik padam. Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Wilayah Sumut Raidir Sigalingging, melalui Supervisor Pengolahan Data Bisnis PLN Wilayah Sumut Kishartanto Purnomo Purbo, mengatakan, ranting pohon juga memiliki peran penting.

“Ketika cuaca ekstrim, ada pohon tinggi melebihi tiang listrik dan menyentuh kabel atau istilahnya kontak akibat terpaan angin, maka terjadi kontak atau trip (arus turun), penyulang akan trip. Ketika pohon mengenai jaringan, maka petugas kita mencari satu per satu. Satu penyulang itu bisa 40 trafo,” ujar Kishartanto.

Dikatakan Kishartanto, ketika ranting pohon tersentuh kabel listrik, maka otomatis terjadi trip yang menyebabkan salah satu penyulang mati. “Kami sarankan para pelanggan agar memangkas pohon-pohon yang berada di dekat tiang listrik,” imbaunya.

Kishartanto menjelaskan, saat petir datang, maka yang disambar petir bukan langsung nyerang instalasi listrik rumah pelanggan, namun menyambar trafo tiang listrik dan pertama diserang adalah gardu induk (GI). “Kalau trafo terbakar harganya bisa mencapai Rp30 juta-Rp40 juta. Tapi memang,  99,9 persen kejadian listrik spontan padam padam karena pohon. Kalau petir memang sengaja dipadamkan, jadi beda ya,” tutur Kishartanto. (ari/gus/adl/ram/mag-11/ril/mag-12/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/