30 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Semua Dipugar Jadi Taman Nasional

Foto: Boy Slamet/jawa Pos
Patung Cheng Ho bberdiri tegak memandang arah Kota di kota Kunyang, provinsi Yunnan, China 25/5/2017. selain direnovasi, pemerintah China juga mendirikan museum tentang pelayaran Cheng Ho dan Taman di sekitar rumah tersebut dengan luas sekitar 16.000 meter persegi.

BERGANTUNG ANGGARAN PEMERINTAH

Menempati lahan 16,6 kilometer persegi di Gunung Yuesan, Taman Nasional Zheng He tak ubahnya ruang terbuka hijau raksasa. Bangunan utama hanya tiga. Yakni, bekas rumah Cheng Ho, makam Ma Hazhi, dan Sanpao Building. Bangunan terakhir itu merupakan replika kapal Laksamana Cheng Ho dengan skala sepertiga kapal aslinya.

Di dalamnya ada lukisan muhibah bahari Cheng Ho ke sejumlah negara seperti Arab dan Tanzania. Ada pula lukisan kedatangan pangeran Malaka sebagai duta besar ke Kaisar Zhu Di.

Namun, yang paling menarik dari taman itu adalah lanskapnya. Arsitek Tiongkok, tampaknya, selalu memperhitungkan lingkungan sekitar ketika membangun. Karena itu, segala sesuatunya terasa simetris. Contoh paling ekstrem adalah Kota Terlarang.

Taman Nasional Cheng Ho mempunyai patung raksasa laksamana tersebut setinggi 15 meter menghadap kota. Dipandang dari atas, tampak seperti Cheng Ho menatap Kunyang dan kawasan sekitar. Sangat simetris.

Selain itu, ada sejumlah ruang lapang dengan lambang perhitungan astronomi kuno atau shio. Sangat asri dengan pohon-pohonan khas lereng pegunungan. Mereka juga menanam ratusan pohon sakura yang hanya berbunga pada musim semi.

’’Setiap akhir pekan, jumlah pengunjung rata-rata 600 orang. Hari biasa sekitar 200 orang,’’ kata Yang Liyun.

Sejak Juni 2015, para pengunjung tak perlu merogoh kocek untuk bisa mengakses taman nasional. ’’Sebelumnya ditarik 2,5 yuan (sekitar Rp 5 ribu),’’ katanya.

Segala keperluan operasional taman nasional itu disubsidi pemerintah Provinsi Yunnan. Mereka menganggarkan sekitar CNY 5 juta (Rp 10 miliar) per tahun.

Dengan model gratisan dan lanskap yang tertata begitu bersih, tak heran banyak warga sekitar yang datang. ’’Memang, mayoritas yang datang hanya untuk menikmati lanskap ini. Bukan studi tentang Zheng He,’’ paparnya.

Yang datang bermacam-macam. Bahkan, ada sejumlah kelompok masyarakat yang mempunyai agenda tetap aktivitas di sana. Misalnya, kelompok senam tao atau semacam PKK yang ingin bersantai menikmati udara segar.

Taman nasional itu juga menjadi penyelenggara konferensi internasional secara berkala tentang Zheng He. ’’Rencananya, Juni nanti ada konferensi tentang Zheng He,’’ terangnya. (ano/c5/jpg)

Foto: Boy Slamet/jawa Pos
Patung Cheng Ho bberdiri tegak memandang arah Kota di kota Kunyang, provinsi Yunnan, China 25/5/2017. selain direnovasi, pemerintah China juga mendirikan museum tentang pelayaran Cheng Ho dan Taman di sekitar rumah tersebut dengan luas sekitar 16.000 meter persegi.

BERGANTUNG ANGGARAN PEMERINTAH

Menempati lahan 16,6 kilometer persegi di Gunung Yuesan, Taman Nasional Zheng He tak ubahnya ruang terbuka hijau raksasa. Bangunan utama hanya tiga. Yakni, bekas rumah Cheng Ho, makam Ma Hazhi, dan Sanpao Building. Bangunan terakhir itu merupakan replika kapal Laksamana Cheng Ho dengan skala sepertiga kapal aslinya.

Di dalamnya ada lukisan muhibah bahari Cheng Ho ke sejumlah negara seperti Arab dan Tanzania. Ada pula lukisan kedatangan pangeran Malaka sebagai duta besar ke Kaisar Zhu Di.

Namun, yang paling menarik dari taman itu adalah lanskapnya. Arsitek Tiongkok, tampaknya, selalu memperhitungkan lingkungan sekitar ketika membangun. Karena itu, segala sesuatunya terasa simetris. Contoh paling ekstrem adalah Kota Terlarang.

Taman Nasional Cheng Ho mempunyai patung raksasa laksamana tersebut setinggi 15 meter menghadap kota. Dipandang dari atas, tampak seperti Cheng Ho menatap Kunyang dan kawasan sekitar. Sangat simetris.

Selain itu, ada sejumlah ruang lapang dengan lambang perhitungan astronomi kuno atau shio. Sangat asri dengan pohon-pohonan khas lereng pegunungan. Mereka juga menanam ratusan pohon sakura yang hanya berbunga pada musim semi.

’’Setiap akhir pekan, jumlah pengunjung rata-rata 600 orang. Hari biasa sekitar 200 orang,’’ kata Yang Liyun.

Sejak Juni 2015, para pengunjung tak perlu merogoh kocek untuk bisa mengakses taman nasional. ’’Sebelumnya ditarik 2,5 yuan (sekitar Rp 5 ribu),’’ katanya.

Segala keperluan operasional taman nasional itu disubsidi pemerintah Provinsi Yunnan. Mereka menganggarkan sekitar CNY 5 juta (Rp 10 miliar) per tahun.

Dengan model gratisan dan lanskap yang tertata begitu bersih, tak heran banyak warga sekitar yang datang. ’’Memang, mayoritas yang datang hanya untuk menikmati lanskap ini. Bukan studi tentang Zheng He,’’ paparnya.

Yang datang bermacam-macam. Bahkan, ada sejumlah kelompok masyarakat yang mempunyai agenda tetap aktivitas di sana. Misalnya, kelompok senam tao atau semacam PKK yang ingin bersantai menikmati udara segar.

Taman nasional itu juga menjadi penyelenggara konferensi internasional secara berkala tentang Zheng He. ’’Rencananya, Juni nanti ada konferensi tentang Zheng He,’’ terangnya. (ano/c5/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/