25 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Obama Ajak Keluarganya Kunjungi Pura Tirta Empul Bali

Foto: Johannes P. Christo/kps/net
Mantan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama (tengah) mengajak keluarganya mengunjungi Pura Tirta Empul Tampak Siring, Gianyar, Bali, 27 Juni 2017.

BALI, SUMUTPOS.CO – Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan keluarga telah mengunjungi sejumlah tempat wisata di Bali. Di hari kelimanya, Obama mengajak keluarganya ke Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, Bali.

Pria yang dua periode menjadi Presiden Amerika itu mengunjungi Pura Tirta Empul itu selama 30 menit. Di Pura Tirta Empul, Presiden AS ke-44 tersebut berada di pura bersejarah dengan memasuki area kolam ikan di depan gerbang pura mata air suci ditemani istri dan dua putrinya yang telah mengenakan sarung.
“Beliau senang sekali walau hanya sebentar dan di kolam, sementara istrinya masuk ke dalam,” kata Bendesa Adat Tirta Empul, Made Mawiarnata.
Memang, saat Obama masih berada di pura, ratusan wisatawan asing bersama dengan  masyarakat yang hendak beribadah, mengikutinya. Pasalnya, tidak ada penutupan di area pura.
Sebelumnya, Obama juga menikmati destinasi wisata budaya di Bali, yakni Agung Rai Art Museum (Arma) di Desa Pengosekan, Ubud, Gianyar. Setelah mengunjungi Museum Arma, Obama beserta rombongan melanjutkan pelesirannya ke salah satu warisan budaya dunia, yakni area persawahan terasering Jatiluwih di Kabupaten Tabanan. Keesokan harinya, Obama bersama rombongan tampak ayik mengarungi arung jeram di Sunga Ayung.
“Satu lagi destinasi wisata dikunjungi Barrack Obama, Pura Tirta Empul ini juga destinasi wisata world class di Bali. Eksplorasi destinasi wisata Bali tidak akan ada habisnya. Itulah yang membuat Pulau Dewata senantiasa hidup sustainable, termasuk budaya dan keindahan alam di Jatiluwih yang menjadi warisan budaya dunia. Selamat menikmati Wonderful Indonesia, Mr President,” kata Menpar Arief Yahya.
Pura Tirta Empul Gianyar sendiri berada di sebuah lembah, di Desa Manukaya, Kabupaten Gianyar, tepat di sebelah bawah Istana Tampak Siring, istana kepresidenan yang ada Bali. Lokasi Pura Tirta Empul Gianyar berada cukup jauh dari tempat parkir kendaraan dan terdapat patung arca di puncak candi kecil dekat tempat parkir. Patung arca ini menggambarkan Dewa Wisnu yang memegang Tirta Amarta atau air kehidupan.
Kemudian, terdapat gapura Candi Bentar dan memasuki sebuah tanah lapang luas dengan pendopo cukup besar berada di sisi sebelah kanan. Halaman luas dengan bale besar ini berada di area tepat sebelum masuk ke lokasi kolam Pura Tirta Empul Gianyar.
Candi Bentar sebagai gerbang masuk, yang diapit oleh dua pelinggih, tampak berada di ujung halaman. Di sebelah kiri halaman ini terdapat sebuah Kori Agung yang sangat indah dengan latar belakang Istana Kepresidenan Tampaksiring.
Sepasang raksasa bermahkota di kepalanya terlihat berjaga di depan pintu berukir halus dengan sapuan warna keemasan, dan bagian atas pintu terdapat ukiran Kala dengan kedua taring mencuat ke atas. Berbeda dengan kebanyakan Kala, pada Kala di Kori Agung Pura Tirta Empul Gianyar ini terdapat sepasang tangan dengan jari terkembang.
Di ujung halaman terdapat prasasti dengan huruf latin dan Bali, berisi tata cara kunjung ke tempat suci ini. Di balik dinding terdapat kolam persegi panjang dengan deret pancuran tempat orang melukat atau membersihkan diri secara spiritual. Terdapat dua kolam di Pura Tirta Empul, dengan 30 buah pancuran menghadap ke selatan.
Foto: Johannes P. Christo/kps/net
Istri mantan Presiden Amerika Serikat, Michelle Obama (tengah) bersama kedua anaknya saat mengunjungi Pura Tirta Empul di Tampak Siring, Gianyar, Bali, 27 Juni 2017.

Kompleks Pura Tirta Empul Gianyar diperkirakan berdiri tahun 960 M semasa Chandra Bhayasingha, raja keempat Wangsa Warmadewa yang berkuasa di Pulau Bali pada abad ke 10-11. Pendirinya adalah Sri Kesari Warmadewa, yang disebut dalam prasasti Blanjong di Sanur. Airlangga, Raja Kahuripan, adalah keturunan ke-8 wangsa ini.

Sementara, mengenai sejarah adanya Pura Tirta Empul ini dikisahkan lebih dari 1.000 tahun lalu hidup seorang raja jahat sakti bernama Mayadenawa yang bisa mengubah dirinya menjadi bentuk apa saja. Pendeta Sang Kulputih memohon Batara Indra untuk membunuh Mayadenawa.
Pasukan Mayadenawa pun berhasil dikalahkan oleh pasukan Batara Indra dan sisanya melarikan diri. Malam itu, dengan memiringkan telapak kakinya agar tidak meninggalkan jejak, Mayadenawa berjalan menyusup ke dalam kemah pasukan Batara Indra untuk membuat mata air cetik (racun). Peristiwa ini menjadi asal nama Tampaksiring, yang berarti tanpa jejak. Esoknya banyak pasukan Bhatara Indra ditemukan mati setelah minum air Cetik.
Bhatara Indra pun menancapkan tombak pusakanya ke tanah, dan terpancarlah air suci yang menghidupkan kembali seluruh pasukan. Mata air ini disebut Tirta Empul, atau air bergelembung. Mengetahui usahanya gagal, Mayadenawa lari seraya merubah bentuk berkali-kali, namun tidak bisa menipu Batara Indra yang terus mengejarnya.
Pura Tirta Empul memiliki pesona magis dan keindahan relief bangunan yang membuat hati terpukau.

Ketika Mayadenawa berubah menjadi batu, ia dipanah Batara Indra dan dari batu itu mengalir deras cucuran darah yang menjadi Sungai Petanu. Selama seribu tahun air Sungai Petanu dikutuk, membuat padi tumbuh cepat namun darah keluar ketika padi dipanen dan tersebar bau anyir. Kematian Mayadenawa diperingati setiap 210 hari sesuai Kalender Pakuwon Bali sebagai kemenangan kebaikan (dharma ) atas kejahatan (adharma), dan hari itu dikenal sebagai Hari Raya Galungan.

Foto: Johannes P. Christo/kps/net
Mantan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama (tengah) mengajak keluarganya mengunjungi Pura Tirta Empul Tampak Siring, Gianyar, Bali, 27 Juni 2017.

BALI, SUMUTPOS.CO – Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan keluarga telah mengunjungi sejumlah tempat wisata di Bali. Di hari kelimanya, Obama mengajak keluarganya ke Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, Bali.

Pria yang dua periode menjadi Presiden Amerika itu mengunjungi Pura Tirta Empul itu selama 30 menit. Di Pura Tirta Empul, Presiden AS ke-44 tersebut berada di pura bersejarah dengan memasuki area kolam ikan di depan gerbang pura mata air suci ditemani istri dan dua putrinya yang telah mengenakan sarung.
“Beliau senang sekali walau hanya sebentar dan di kolam, sementara istrinya masuk ke dalam,” kata Bendesa Adat Tirta Empul, Made Mawiarnata.
Memang, saat Obama masih berada di pura, ratusan wisatawan asing bersama dengan  masyarakat yang hendak beribadah, mengikutinya. Pasalnya, tidak ada penutupan di area pura.
Sebelumnya, Obama juga menikmati destinasi wisata budaya di Bali, yakni Agung Rai Art Museum (Arma) di Desa Pengosekan, Ubud, Gianyar. Setelah mengunjungi Museum Arma, Obama beserta rombongan melanjutkan pelesirannya ke salah satu warisan budaya dunia, yakni area persawahan terasering Jatiluwih di Kabupaten Tabanan. Keesokan harinya, Obama bersama rombongan tampak ayik mengarungi arung jeram di Sunga Ayung.
“Satu lagi destinasi wisata dikunjungi Barrack Obama, Pura Tirta Empul ini juga destinasi wisata world class di Bali. Eksplorasi destinasi wisata Bali tidak akan ada habisnya. Itulah yang membuat Pulau Dewata senantiasa hidup sustainable, termasuk budaya dan keindahan alam di Jatiluwih yang menjadi warisan budaya dunia. Selamat menikmati Wonderful Indonesia, Mr President,” kata Menpar Arief Yahya.
Pura Tirta Empul Gianyar sendiri berada di sebuah lembah, di Desa Manukaya, Kabupaten Gianyar, tepat di sebelah bawah Istana Tampak Siring, istana kepresidenan yang ada Bali. Lokasi Pura Tirta Empul Gianyar berada cukup jauh dari tempat parkir kendaraan dan terdapat patung arca di puncak candi kecil dekat tempat parkir. Patung arca ini menggambarkan Dewa Wisnu yang memegang Tirta Amarta atau air kehidupan.
Kemudian, terdapat gapura Candi Bentar dan memasuki sebuah tanah lapang luas dengan pendopo cukup besar berada di sisi sebelah kanan. Halaman luas dengan bale besar ini berada di area tepat sebelum masuk ke lokasi kolam Pura Tirta Empul Gianyar.
Candi Bentar sebagai gerbang masuk, yang diapit oleh dua pelinggih, tampak berada di ujung halaman. Di sebelah kiri halaman ini terdapat sebuah Kori Agung yang sangat indah dengan latar belakang Istana Kepresidenan Tampaksiring.
Sepasang raksasa bermahkota di kepalanya terlihat berjaga di depan pintu berukir halus dengan sapuan warna keemasan, dan bagian atas pintu terdapat ukiran Kala dengan kedua taring mencuat ke atas. Berbeda dengan kebanyakan Kala, pada Kala di Kori Agung Pura Tirta Empul Gianyar ini terdapat sepasang tangan dengan jari terkembang.
Di ujung halaman terdapat prasasti dengan huruf latin dan Bali, berisi tata cara kunjung ke tempat suci ini. Di balik dinding terdapat kolam persegi panjang dengan deret pancuran tempat orang melukat atau membersihkan diri secara spiritual. Terdapat dua kolam di Pura Tirta Empul, dengan 30 buah pancuran menghadap ke selatan.
Foto: Johannes P. Christo/kps/net
Istri mantan Presiden Amerika Serikat, Michelle Obama (tengah) bersama kedua anaknya saat mengunjungi Pura Tirta Empul di Tampak Siring, Gianyar, Bali, 27 Juni 2017.

Kompleks Pura Tirta Empul Gianyar diperkirakan berdiri tahun 960 M semasa Chandra Bhayasingha, raja keempat Wangsa Warmadewa yang berkuasa di Pulau Bali pada abad ke 10-11. Pendirinya adalah Sri Kesari Warmadewa, yang disebut dalam prasasti Blanjong di Sanur. Airlangga, Raja Kahuripan, adalah keturunan ke-8 wangsa ini.

Sementara, mengenai sejarah adanya Pura Tirta Empul ini dikisahkan lebih dari 1.000 tahun lalu hidup seorang raja jahat sakti bernama Mayadenawa yang bisa mengubah dirinya menjadi bentuk apa saja. Pendeta Sang Kulputih memohon Batara Indra untuk membunuh Mayadenawa.
Pasukan Mayadenawa pun berhasil dikalahkan oleh pasukan Batara Indra dan sisanya melarikan diri. Malam itu, dengan memiringkan telapak kakinya agar tidak meninggalkan jejak, Mayadenawa berjalan menyusup ke dalam kemah pasukan Batara Indra untuk membuat mata air cetik (racun). Peristiwa ini menjadi asal nama Tampaksiring, yang berarti tanpa jejak. Esoknya banyak pasukan Bhatara Indra ditemukan mati setelah minum air Cetik.
Bhatara Indra pun menancapkan tombak pusakanya ke tanah, dan terpancarlah air suci yang menghidupkan kembali seluruh pasukan. Mata air ini disebut Tirta Empul, atau air bergelembung. Mengetahui usahanya gagal, Mayadenawa lari seraya merubah bentuk berkali-kali, namun tidak bisa menipu Batara Indra yang terus mengejarnya.
Pura Tirta Empul memiliki pesona magis dan keindahan relief bangunan yang membuat hati terpukau.

Ketika Mayadenawa berubah menjadi batu, ia dipanah Batara Indra dan dari batu itu mengalir deras cucuran darah yang menjadi Sungai Petanu. Selama seribu tahun air Sungai Petanu dikutuk, membuat padi tumbuh cepat namun darah keluar ketika padi dipanen dan tersebar bau anyir. Kematian Mayadenawa diperingati setiap 210 hari sesuai Kalender Pakuwon Bali sebagai kemenangan kebaikan (dharma ) atas kejahatan (adharma), dan hari itu dikenal sebagai Hari Raya Galungan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/