28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Indonesia Tidak Bisa Menolak Deportasi WNI yang Bergabung ke ISIS

Foto: AFP
Empat orang WNI ini dua tahun memilih meninggalkan Indonesia untuk hijrah di wilayah yang diklaim sebagai wilayah ISIS di Suriah.

SUMUTPOS.CO – Pemerintah Indonesia menyatakan tidak dapat menolak pemulangan sejumlah WNI yang akan dideportasi dari Suriah, walau mereka dilaporkan sudah memutuskan untuk meninggalkan statusnya sebagai WNI demi menetap di wilayah yang dikuasai kelompok yang menyebut diri Negara Islam (ISIS) di Suriah.

Seorang pejabat keamanan Indonesia menegaskan hal itu menanggapi sikap sebagian masyarakat Indonesia yang menolak rencana pemulangan belasan perempuan dan anak-anak asal Indonesia yang saat ini mengungsi di Suriah.

“Tidak ada prinsip kita menolak warga Indonesia yang dikembalikan sebagai deportan,” kata Direktur bidang pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen polisi Hamidin kepada BBC Indonesia, Rabu (28/06).

Sebanyak 16 orang WNI -yang terdiri kaum perempuan dan anak-anak- diketahui berada di kamp pengungsi di Ain Issa, sekitar 60km dari Kota Raqqa, Suriah. Mereka sebelumnya tinggal di wilayah Raqqa, yang diklaim sebagai ibu kota Negara Islam atau ISIS.

Mereka mengaku meninggalkan Indonesia sekitar dua tahun lalu karena tertarik ideologi dan bantuan ekonomi yang ditawarkan kelompok militan ISIS, seperti dilaporkan Kantor Berita AFP.

Foto: AFP
Dua dari sekitar 16 warga negara Indonesia berada di kamp pengungsi Ain Issa, sekitar 60km dari Kota Raqqa, Suriah, yang akan dideportasi ke Indonesia.

Belakangan, mereka mengaku kecewa dan merasa dibohongi janji-janji yang ditawarkan ISIS melalui internet. Ketika Kota Raqqa digempur Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung oleh militer Amerika Serikat, mereka meninggalkan kota tersebut sejak awal Juni.

 

Sejauh ini diperkirakan ada 500-600 WNI berada di Suriah dan Irak, dan sekitar 500 orang lagi mencoba masuk ke dua wilayah itu, tapi dideportasi sebelum tiba di kawasan yang dikuasai ISIS, demikian keterangan sejumlah pejabat keamanan Indonesia. (bbc)

Foto: AFP
Empat orang WNI ini dua tahun memilih meninggalkan Indonesia untuk hijrah di wilayah yang diklaim sebagai wilayah ISIS di Suriah.

SUMUTPOS.CO – Pemerintah Indonesia menyatakan tidak dapat menolak pemulangan sejumlah WNI yang akan dideportasi dari Suriah, walau mereka dilaporkan sudah memutuskan untuk meninggalkan statusnya sebagai WNI demi menetap di wilayah yang dikuasai kelompok yang menyebut diri Negara Islam (ISIS) di Suriah.

Seorang pejabat keamanan Indonesia menegaskan hal itu menanggapi sikap sebagian masyarakat Indonesia yang menolak rencana pemulangan belasan perempuan dan anak-anak asal Indonesia yang saat ini mengungsi di Suriah.

“Tidak ada prinsip kita menolak warga Indonesia yang dikembalikan sebagai deportan,” kata Direktur bidang pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen polisi Hamidin kepada BBC Indonesia, Rabu (28/06).

Sebanyak 16 orang WNI -yang terdiri kaum perempuan dan anak-anak- diketahui berada di kamp pengungsi di Ain Issa, sekitar 60km dari Kota Raqqa, Suriah. Mereka sebelumnya tinggal di wilayah Raqqa, yang diklaim sebagai ibu kota Negara Islam atau ISIS.

Mereka mengaku meninggalkan Indonesia sekitar dua tahun lalu karena tertarik ideologi dan bantuan ekonomi yang ditawarkan kelompok militan ISIS, seperti dilaporkan Kantor Berita AFP.

Foto: AFP
Dua dari sekitar 16 warga negara Indonesia berada di kamp pengungsi Ain Issa, sekitar 60km dari Kota Raqqa, Suriah, yang akan dideportasi ke Indonesia.

Belakangan, mereka mengaku kecewa dan merasa dibohongi janji-janji yang ditawarkan ISIS melalui internet. Ketika Kota Raqqa digempur Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung oleh militer Amerika Serikat, mereka meninggalkan kota tersebut sejak awal Juni.

 

Sejauh ini diperkirakan ada 500-600 WNI berada di Suriah dan Irak, dan sekitar 500 orang lagi mencoba masuk ke dua wilayah itu, tapi dideportasi sebelum tiba di kawasan yang dikuasai ISIS, demikian keterangan sejumlah pejabat keamanan Indonesia. (bbc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/