27 C
Medan
Sunday, January 19, 2025

Rumah Mulyadi Dijarah 50 Pria Berkelewang

Foto: Amri/PM Muliadi yang rumahnya dirampok, mengadu ke polisi.
Foto: Amri/PM
Muliadi yang rumahnya dirampok, mengadu ke polisi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Suasana tenang di Pasar 3, Desa Saintis, Lahan Garapan Percut Sei Tuan berubah mencekam, Kamis (27/8) sekira pukul 03.00 WIB. Sebanyak 50 pria bersebo dan bersenjata kelewang tiba-tiba menyerang, menjarah harta dan menghancurkan 4 rumah warga di sana.

Aksi brutal pelaku terungkap saat korban membuat pengaduan ke Polsek Percut Sei Tuan, Kamis (28/8) siang.

selain menghancurkan rumah warga, para pelaku juga mengancam bunuh salah satu pemilik rumah bernama Mulyadi (56) beserta istri dan ketiga anaknya. Tak cuma itu, Mulyadi yang menyimpan uang dari hasil pembagian tanah warisan keluargannya sebanyak Rp30 juta pun ikut disikat pelaku. Barang lain berupa 3 hape dan peralatan rumah tangga juga berharga lainnya juga raib.

Diceritakan Mulyadi, dini hari itu ia dan keluarganya yang tengah tidur tersentak bangun saat rumah mereka digedor-gedor pelaku.

Untuk memastikan yang terjadi di luar, Mulyadi dan istrinya sempat mengintip dari dalam rumah yang sebagian terbuat dari tepas itu. “Saya terbangun pas dengar ada suara orang menggedor pintu. Pas saya intip dari jendela, rupanya banyak orang di luar rumah. Mereka pakai sebo dan bawa kelewang. Karena takut, saya pun banguni suami saya. Rumah itu kami bangun pada hari raya ke 3 lalu. Baru 2 malam kami tinggal di situ,” celoteh Paini (50), istri Mulyadi yang diamini korban lain.

Maka Mulyadi pun membuka pintu. Tapi belum juga sempat bertanya, Mulyadi dan keluarganya langsung diseret pelaku yang datang mengendarai dua truk warna kuning dan 2 mobil minibus Avanza itu keluar rumah. Detik berikutnya, pelaku masuk dan menjarah uang dan harta benda milik korban. Warga lain yang mencoba mendatangi lokasi langsung diusir dengan diancam bunuh.

“Saya nggak ada masalah sebelumnya di situ. Tiba-tiba rumah saya digedor dan diluar lebih 50 orang naik 4 mobil turun menenteng kelewang dan balok. Ada juga kayaknya aparat yang membawa senjata api laras panjang. Kami gak bisa ngapa-ngapain, soalnya pas mau bergerak, aku mau diparang. Mereka langsung masuk dan merusak rumah kami. Aku keceplosan, kalau aku bilang mau ngambil uang di dalam. Terus uang kami juga nggak ada lagi. Hape kami 3 unit juga diambil,” ungkap Mulyadi sambil meneteskan air mata.

Lantaran takut, satu per satu warga pun meninggalkan lokasi. Sementara, Mulyadi dan keluarganya masih tertahan di luar rumah dengan penjagaan ketat para pelaku. Setelah meruntuhkan empat rumah, para pelaku pun pergi meninggalkan lokasi. Paginya, korban bersama tetangganya melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Percut Sei Tuan.

“Memang kami tinggal di tanah garapan itu, atas surat HGU PTPN. Lahan itu sudah dikuasai warga sejak tahun 2004. Kalau malam itu, kebetulan rumah saya kosong. Saya belum pindah ke situ. Hari minggu ini rencananya kami pindah ke situ,” kata Hasrul Harun (48) yang rumahnya ikut dihancurkan pelaku.

Selain, Mulyadi dan Harun, M Toyib (54) dan Awi, serta beberapa warga lain juga mendatangi Polsek Percut untuk melaporkan kejadian tersebut. “Mereka juga mematikan aliran listrik dan lampu jalan. Saya taunya, lantaran saya jaga billiard di situ,” tambah Rudi warga sekitar.

Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Ronald Sipayung, SH SIK ketika dikonfirmasi, mengaku masih menyelidiki kasus itu. “Anggota sudah melakukan cek TKP, selanjutanya masih kita selidiki ya,” ujarnya.

Terkait penggusuran rumah di lahan eks HGU PTPN II Percut Seituan , staf Humas PTPN II Tanjung Morawa Sutan Panjaitan yang dikonfirmasi Kamis (28/8) siang membenarkan penggusuran tersebut. Ia mengakui yang melakukan penggusuran adalah pegawai PTPN II Tanjung Morawa. Namun selang beberapa lama, Sutan Panjaitan kembali menghubungi kru koran. Mendadak ia membantah ucapannya sebelumnya.

“Saya belum dapat menghubungi manajer perkebunan terkait, jadi saya belum dapat memberikan konfirmasi apa-apa,” ungkapnya. (mri/cr-1)

Foto: Amri/PM Muliadi yang rumahnya dirampok, mengadu ke polisi.
Foto: Amri/PM
Muliadi yang rumahnya dirampok, mengadu ke polisi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Suasana tenang di Pasar 3, Desa Saintis, Lahan Garapan Percut Sei Tuan berubah mencekam, Kamis (27/8) sekira pukul 03.00 WIB. Sebanyak 50 pria bersebo dan bersenjata kelewang tiba-tiba menyerang, menjarah harta dan menghancurkan 4 rumah warga di sana.

Aksi brutal pelaku terungkap saat korban membuat pengaduan ke Polsek Percut Sei Tuan, Kamis (28/8) siang.

selain menghancurkan rumah warga, para pelaku juga mengancam bunuh salah satu pemilik rumah bernama Mulyadi (56) beserta istri dan ketiga anaknya. Tak cuma itu, Mulyadi yang menyimpan uang dari hasil pembagian tanah warisan keluargannya sebanyak Rp30 juta pun ikut disikat pelaku. Barang lain berupa 3 hape dan peralatan rumah tangga juga berharga lainnya juga raib.

Diceritakan Mulyadi, dini hari itu ia dan keluarganya yang tengah tidur tersentak bangun saat rumah mereka digedor-gedor pelaku.

Untuk memastikan yang terjadi di luar, Mulyadi dan istrinya sempat mengintip dari dalam rumah yang sebagian terbuat dari tepas itu. “Saya terbangun pas dengar ada suara orang menggedor pintu. Pas saya intip dari jendela, rupanya banyak orang di luar rumah. Mereka pakai sebo dan bawa kelewang. Karena takut, saya pun banguni suami saya. Rumah itu kami bangun pada hari raya ke 3 lalu. Baru 2 malam kami tinggal di situ,” celoteh Paini (50), istri Mulyadi yang diamini korban lain.

Maka Mulyadi pun membuka pintu. Tapi belum juga sempat bertanya, Mulyadi dan keluarganya langsung diseret pelaku yang datang mengendarai dua truk warna kuning dan 2 mobil minibus Avanza itu keluar rumah. Detik berikutnya, pelaku masuk dan menjarah uang dan harta benda milik korban. Warga lain yang mencoba mendatangi lokasi langsung diusir dengan diancam bunuh.

“Saya nggak ada masalah sebelumnya di situ. Tiba-tiba rumah saya digedor dan diluar lebih 50 orang naik 4 mobil turun menenteng kelewang dan balok. Ada juga kayaknya aparat yang membawa senjata api laras panjang. Kami gak bisa ngapa-ngapain, soalnya pas mau bergerak, aku mau diparang. Mereka langsung masuk dan merusak rumah kami. Aku keceplosan, kalau aku bilang mau ngambil uang di dalam. Terus uang kami juga nggak ada lagi. Hape kami 3 unit juga diambil,” ungkap Mulyadi sambil meneteskan air mata.

Lantaran takut, satu per satu warga pun meninggalkan lokasi. Sementara, Mulyadi dan keluarganya masih tertahan di luar rumah dengan penjagaan ketat para pelaku. Setelah meruntuhkan empat rumah, para pelaku pun pergi meninggalkan lokasi. Paginya, korban bersama tetangganya melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Percut Sei Tuan.

“Memang kami tinggal di tanah garapan itu, atas surat HGU PTPN. Lahan itu sudah dikuasai warga sejak tahun 2004. Kalau malam itu, kebetulan rumah saya kosong. Saya belum pindah ke situ. Hari minggu ini rencananya kami pindah ke situ,” kata Hasrul Harun (48) yang rumahnya ikut dihancurkan pelaku.

Selain, Mulyadi dan Harun, M Toyib (54) dan Awi, serta beberapa warga lain juga mendatangi Polsek Percut untuk melaporkan kejadian tersebut. “Mereka juga mematikan aliran listrik dan lampu jalan. Saya taunya, lantaran saya jaga billiard di situ,” tambah Rudi warga sekitar.

Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Ronald Sipayung, SH SIK ketika dikonfirmasi, mengaku masih menyelidiki kasus itu. “Anggota sudah melakukan cek TKP, selanjutanya masih kita selidiki ya,” ujarnya.

Terkait penggusuran rumah di lahan eks HGU PTPN II Percut Seituan , staf Humas PTPN II Tanjung Morawa Sutan Panjaitan yang dikonfirmasi Kamis (28/8) siang membenarkan penggusuran tersebut. Ia mengakui yang melakukan penggusuran adalah pegawai PTPN II Tanjung Morawa. Namun selang beberapa lama, Sutan Panjaitan kembali menghubungi kru koran. Mendadak ia membantah ucapannya sebelumnya.

“Saya belum dapat menghubungi manajer perkebunan terkait, jadi saya belum dapat memberikan konfirmasi apa-apa,” ungkapnya. (mri/cr-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/