28 C
Medan
Saturday, October 5, 2024

Premium Turun Rp300, Solar Naik Rp600

Terpisah, popularitas bahan bakar minyak (BBM) jenis premium terus menurun. Data dari PT Pertamina (Persero), penjualan bensin dengan oktan 88 itu terus menurun hampir 50 persen dibanding tahun lalu. Itu membuat stok premium di dalam negeri menjadi lebih banyak.

VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menyebut pada semester pertama 2016, rata-rata penjualan premium masih 70 ribu KL per hari. Namun, pada Agustus turun 55 ribu KL per hari, dan di 20 hari pertama September menjadi 50 ribu KL per hari.

’’Tapi, Pertamina tetap menjaga ketersediaan Premium di tengah pelemahan permintaan,’’ katanya kemarin. Akibat turunnya permintaan, stok premium jadi membengkak. Dari yang sebelumnya 18 hari, sekarang menjadi 22 hari. Lantas, kemana perginya konsumen premium? Wianda menjawab pindah ke Pertalite atau Pertamax.

Namun, paling besar pindah ke Pertalite yang memiliki RON 90. Kata Wianda, konsumen tahu bahan bakar mana yang sesuai dengan spesifikasi kendaraan saat ini. Selain itu, harga pertalite tidak terpaut jauh dengan premium karena dijual Rp6.900 per liter.

’’Pertamina akan mencoba adaptif terhadap tren konsumsi masyarakat yang lebih memilih pertamax series dan pertalite,’’ jelasnya.

Dia lantas menunjukkan fakta lain mengenai perpindahan konsumen ke bahan bakar khusus (BBK) itu. Dari 91 ribu KL penjualan bensin non subsidi, 45 persen adalah pengguna pertalite dan pertamax.

Naiknya lebih dari dua kali lipat. Sebab, pada semester I 2016, pemakai pertamax dan pertalite hanya membeli 15 ribu KL atau setara 20 persen penjualan bensin. Tapi, angka itu meningkat drastic pada 20 hari pertama September 2016 karena konsumsinya menembus 40,837 KL per hari.

’’Statistiknya, lonjakan paling tinggi adalah pertalite. September ini sudah 25 ribu KL per hari,’’ ungkapnya. Padahal, lanjut Wianda, pada semester I 2016 lalu rata-rata konsumsi pertalite masih sekitar 6.500 KL per hari. Untuk pertamax, juga meningkat tajam dari 10 ribu KL per hari menjadi sekitar 15 ribu KL per hari. Fakta itu membuat Pertamina memperbanyak pasokan pertamax series dan pertalite di SPBU. (dim/jpg)

Terpisah, popularitas bahan bakar minyak (BBM) jenis premium terus menurun. Data dari PT Pertamina (Persero), penjualan bensin dengan oktan 88 itu terus menurun hampir 50 persen dibanding tahun lalu. Itu membuat stok premium di dalam negeri menjadi lebih banyak.

VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menyebut pada semester pertama 2016, rata-rata penjualan premium masih 70 ribu KL per hari. Namun, pada Agustus turun 55 ribu KL per hari, dan di 20 hari pertama September menjadi 50 ribu KL per hari.

’’Tapi, Pertamina tetap menjaga ketersediaan Premium di tengah pelemahan permintaan,’’ katanya kemarin. Akibat turunnya permintaan, stok premium jadi membengkak. Dari yang sebelumnya 18 hari, sekarang menjadi 22 hari. Lantas, kemana perginya konsumen premium? Wianda menjawab pindah ke Pertalite atau Pertamax.

Namun, paling besar pindah ke Pertalite yang memiliki RON 90. Kata Wianda, konsumen tahu bahan bakar mana yang sesuai dengan spesifikasi kendaraan saat ini. Selain itu, harga pertalite tidak terpaut jauh dengan premium karena dijual Rp6.900 per liter.

’’Pertamina akan mencoba adaptif terhadap tren konsumsi masyarakat yang lebih memilih pertamax series dan pertalite,’’ jelasnya.

Dia lantas menunjukkan fakta lain mengenai perpindahan konsumen ke bahan bakar khusus (BBK) itu. Dari 91 ribu KL penjualan bensin non subsidi, 45 persen adalah pengguna pertalite dan pertamax.

Naiknya lebih dari dua kali lipat. Sebab, pada semester I 2016, pemakai pertamax dan pertalite hanya membeli 15 ribu KL atau setara 20 persen penjualan bensin. Tapi, angka itu meningkat drastic pada 20 hari pertama September 2016 karena konsumsinya menembus 40,837 KL per hari.

’’Statistiknya, lonjakan paling tinggi adalah pertalite. September ini sudah 25 ribu KL per hari,’’ ungkapnya. Padahal, lanjut Wianda, pada semester I 2016 lalu rata-rata konsumsi pertalite masih sekitar 6.500 KL per hari. Untuk pertamax, juga meningkat tajam dari 10 ribu KL per hari menjadi sekitar 15 ribu KL per hari. Fakta itu membuat Pertamina memperbanyak pasokan pertamax series dan pertalite di SPBU. (dim/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/