27 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Waspadai Banjir dan Longsor

Tapteng, Tapsel, Pakpak Barat, Simalungun, Deli Serdang, Langkat, Nias (Gunung Sitoli, Mandrehe, Hiliduho) dan Nias Selatan (Teluk Dalam, Lahusa, Lalowu, Gomo).

Sedangkan potensi tinggi, Taput (Pahae Jae, Pahae Julu, Siborong-borong, Adian Koting), Karo (Simoang Emapat, Merek, Barus Jaè, Mardinding, Payung, Munthe), Humbang Hasundutan (Lintong Nihuta, Onan Ganjang) Toba Samosir (Onan Runggu, Palipi) Tapteng (Barus, Tapian Nauli, Lumut) Tapsel (Batang Angkola) dan Madina (Batang Natal, Natal, Batahan, Penyabungan , Kotanopan, Muara Sipongi),” pungkas.

Curah hujan yang tinggi diselingi panas yang terjadi di kota Medan juga membuat perkembang biakan nyamuk aedes aegipty lebih cepat. Dengan begitu resiko Demam Berdarah Dengue (DBD), meningkat. Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Penyakit Tropis, dr Umar Zein ketika diwawancarai Sumut Pos, Selasa (28/11) siang.

“Cuaca hujan diselingi panas, biasanya akan banyak kontainer tempat nyamuk aedes. Perkembangan telurnya lebih cepat dan lebih mudah menetas. Biasa kondisi seperti ini meningkat memang, ” ujar Umar Zein.

Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, drg Usma Polita mengatakan, saat ini eranya jentik menjadi nyamuk. Untuk itu, Usma mengingatkan untuk masyarakat terus melakukan 3 M, Menguras, Menutup dan juga Mengubur. Ditegaskan Usma, 3 M bukan tanggung jawab Dinas Kesehatan saja.”Untuk foging kalau ada kasus. Jadi bila ada kasus, laporkan ke Dinas. Pasti akan langsung kita foging,” ujar Usma.

Usma mengklaim, kasus DBD menurun dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu kasus DBD di Medan mencapai sekitar 1.700 dan tahun ini kasus DBD sekitar 900. Begitu juga dengan jumlah penderita DBD meninggal dunia, menurun dibanding tahun lalu, dimana tahun lalu berjumlah sekitar 11. Sementara tahun ini sekitar 8. (ris/ain/ila)

Tapteng, Tapsel, Pakpak Barat, Simalungun, Deli Serdang, Langkat, Nias (Gunung Sitoli, Mandrehe, Hiliduho) dan Nias Selatan (Teluk Dalam, Lahusa, Lalowu, Gomo).

Sedangkan potensi tinggi, Taput (Pahae Jae, Pahae Julu, Siborong-borong, Adian Koting), Karo (Simoang Emapat, Merek, Barus Jaè, Mardinding, Payung, Munthe), Humbang Hasundutan (Lintong Nihuta, Onan Ganjang) Toba Samosir (Onan Runggu, Palipi) Tapteng (Barus, Tapian Nauli, Lumut) Tapsel (Batang Angkola) dan Madina (Batang Natal, Natal, Batahan, Penyabungan , Kotanopan, Muara Sipongi),” pungkas.

Curah hujan yang tinggi diselingi panas yang terjadi di kota Medan juga membuat perkembang biakan nyamuk aedes aegipty lebih cepat. Dengan begitu resiko Demam Berdarah Dengue (DBD), meningkat. Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Penyakit Tropis, dr Umar Zein ketika diwawancarai Sumut Pos, Selasa (28/11) siang.

“Cuaca hujan diselingi panas, biasanya akan banyak kontainer tempat nyamuk aedes. Perkembangan telurnya lebih cepat dan lebih mudah menetas. Biasa kondisi seperti ini meningkat memang, ” ujar Umar Zein.

Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, drg Usma Polita mengatakan, saat ini eranya jentik menjadi nyamuk. Untuk itu, Usma mengingatkan untuk masyarakat terus melakukan 3 M, Menguras, Menutup dan juga Mengubur. Ditegaskan Usma, 3 M bukan tanggung jawab Dinas Kesehatan saja.”Untuk foging kalau ada kasus. Jadi bila ada kasus, laporkan ke Dinas. Pasti akan langsung kita foging,” ujar Usma.

Usma mengklaim, kasus DBD menurun dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu kasus DBD di Medan mencapai sekitar 1.700 dan tahun ini kasus DBD sekitar 900. Begitu juga dengan jumlah penderita DBD meninggal dunia, menurun dibanding tahun lalu, dimana tahun lalu berjumlah sekitar 11. Sementara tahun ini sekitar 8. (ris/ain/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/