MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pastor Albert S Pandiangan mengaku memaafkan tindakan Ivan Armadi Hasugian (18), pelaku penyerangan di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, di Jalan Dr Mansyur, Medan.
“Saya maafkan asal dia bertaubat. Saya biasa saja, tidak dendam, dan tidak trauma,” kata Pastor Albert saat ditemui di Sekretariat Paroki, Jalan Hayam Wuruk, Medan, Sumut, Senin (29/8).
Pastor Albert mengaku tidak mengenal Ivan, bahkan tidak mengetahui apa sebenarnya motif pelaku menyerangnya itu. “Saya tidak punya musuh. Saya tidak kenal sama pelaku. Saya tidak tahu maksud pelaku meledakkan bom dengan mendatangi altar, lalu menyerang saya ke mimbar,” ujarnya.
Pastor Albert masih mengingat persis bagaimana Ivan mendatanginya dengan menggendong tas ransel. Ketika itu, sedang berlangsung ibadah seperti biasa. Namun ketika pembacaan Injil, dia mendengar ada suara ledakan dari arah bangku jemaat.
“Akhirnya saat pembacaan injil, umat sudah berdiri. Saya belum selesai membaca. Lalu saya lihat ada api, saya dengar ledakan, saya hentikan pembacaan kitab suci. Tapi umat sudah mulai takut dan kabur. Pelaku datangi saya ke altar. Saya amati terus, karena saya sudah berpikir itu adalah bom karena tasnya sudah menyala,” ceritanya.
“Karena saya ada di mimbar, saya pikir ini mengarah ke saya. Saya terus berpikir pelaku membawa bom. Saya tidak mau dipeluk dia. Secara fisik saya bisa melawan, tapi kalau sampai dia memeluk saya, maka saya dan dia akan mati. Setelah itu saya berlari menuju umat. Saat itulah, umat menghalangi pelaku,” tambahnya.
Pastor meminta agar kasus itu diproses secara hukum. Dia berharap aparat kepolisian mengungkap motif penyerangan itu dan siapa saja yang terlibat dalam kasus itu. “Saya harap pihak-pihak berwenang mengungkap apa motifnya. Saya ingin kasus ini lebih terang,” pungkasnya. (ted)