27.8 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Pakar: Gagal di Tanjungbalai, Coba di Medan

Foto: PM Personel Gegana Brimob Polda Sumut melakukan olah TKP pasca peristiwa teror bom misa pagi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep jalan Dr. Mansyur Medan, Minggu (28/8). Polisi menangkap seorang anak remaja bernama Ivan Armadi Hasugian yang mencoba melakukan teror tersebut.
Foto: PM
Personel Gegana Brimob Polda Sumut melakukan olah TKP pasca peristiwa teror bom misa pagi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep jalan Dr. Mansyur Medan, Minggu (28/8). Polisi menangkap seorang anak remaja bernama Ivan Armadi Hasugian yang mencoba melakukan teror tersebut.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pakar intelijen dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib meyakini, Ivan Armadi Hasugian (18), pelaku teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph, Jalan Dr Mansyur Medan, Minggu (28/8), tidak memiliki kaitan dengan jaringan terorisme level tinggi seperti ISIS.

Ridlwan mengatakan hal demikian, selain berdasar analisis modus aksi bom bunuh diri yang dilakukan Ivan, juga berdasar informasi yang digali dari sejumlah sumber. Antara lain dari salah seorang pelaku serangan Polsek Hamparan Perak tahun 2010 silam, yang kini sudah bebas setelah menjalani masa kurungan penjara dan berdomisili di Kota Medan. “Dia bilang bukan mereka pelakunya,” ujar Ridlwan Habib di Jakarta, Senin (29/8).

Peneliti Kajian Strategi Intelijen UI itu mengatakan, ada indikasi pelaku dari kelompok yang ingin membangun imej bahwa Kota Medan dan secara umum Sumut, bukan lagi daerah yang masyarakatnya bisa hidup harmonis, penuh toleransi dalam pluralisme keagamaan.

“Aksi Ivan bisa dibilang ecek-ecek itu, hanya ingin membuat pemicu, dengan harapan punya dampak meluas berupa konflik antarumat beragama. Hal ini terlihat dari aksi yang dilakukan di gereja saat jemaat sedang Misa,” katanya.

Pastor Albret S Pandingan pun dijadikan sasaran utama penyerangan. Harapan si pelaku, umat Katolik marah dan melakukan aksi balasan. “Pastor itu salah satu simbol saudara kita umat Katolik. Kemungkinan ada kaitannya dengan rusuh Tanjungbalai. Kelompok ini gagal dengan aksi di Tanjungbalai, mencoba lagi dengan aksi di gereja di Medan itu. Nah, ini harus segera diantisipasi karena jika dibiarkan bisa meluas,” ujarnya.

Foto: PM Personel Gegana Brimob Polda Sumut melakukan olah TKP pasca peristiwa teror bom misa pagi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep jalan Dr. Mansyur Medan, Minggu (28/8). Polisi menangkap seorang anak remaja bernama Ivan Armadi Hasugian yang mencoba melakukan teror tersebut.
Foto: PM
Personel Gegana Brimob Polda Sumut melakukan olah TKP pasca peristiwa teror bom misa pagi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep jalan Dr. Mansyur Medan, Minggu (28/8). Polisi menangkap seorang anak remaja bernama Ivan Armadi Hasugian yang mencoba melakukan teror tersebut.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pakar intelijen dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib meyakini, Ivan Armadi Hasugian (18), pelaku teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph, Jalan Dr Mansyur Medan, Minggu (28/8), tidak memiliki kaitan dengan jaringan terorisme level tinggi seperti ISIS.

Ridlwan mengatakan hal demikian, selain berdasar analisis modus aksi bom bunuh diri yang dilakukan Ivan, juga berdasar informasi yang digali dari sejumlah sumber. Antara lain dari salah seorang pelaku serangan Polsek Hamparan Perak tahun 2010 silam, yang kini sudah bebas setelah menjalani masa kurungan penjara dan berdomisili di Kota Medan. “Dia bilang bukan mereka pelakunya,” ujar Ridlwan Habib di Jakarta, Senin (29/8).

Peneliti Kajian Strategi Intelijen UI itu mengatakan, ada indikasi pelaku dari kelompok yang ingin membangun imej bahwa Kota Medan dan secara umum Sumut, bukan lagi daerah yang masyarakatnya bisa hidup harmonis, penuh toleransi dalam pluralisme keagamaan.

“Aksi Ivan bisa dibilang ecek-ecek itu, hanya ingin membuat pemicu, dengan harapan punya dampak meluas berupa konflik antarumat beragama. Hal ini terlihat dari aksi yang dilakukan di gereja saat jemaat sedang Misa,” katanya.

Pastor Albret S Pandingan pun dijadikan sasaran utama penyerangan. Harapan si pelaku, umat Katolik marah dan melakukan aksi balasan. “Pastor itu salah satu simbol saudara kita umat Katolik. Kemungkinan ada kaitannya dengan rusuh Tanjungbalai. Kelompok ini gagal dengan aksi di Tanjungbalai, mencoba lagi dengan aksi di gereja di Medan itu. Nah, ini harus segera diantisipasi karena jika dibiarkan bisa meluas,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/