26.7 C
Medan
Thursday, May 30, 2024

2 Ribu Ekor Babi Mati Mendadak, Peternak Rugi Rp8 Miliar, Flu Babi Mewabah Lagi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Lagi-lagi ternak babi milik warga, dilaporkan mati mendadak di Kota Medan dan Deliserdang, Sumatera Utara. Sedikitnya 2.000 ekor ternak babi mati mendadak, diduga karena terpapar flu babi yang mulai mewabah lagi. Peternak pun rugi hingga Rp8 milar.

KETUA Gerakan Peternak Babi Indonesia (GPBI), Heri Ginting mengatakan, peristiwa babi mati mendadak diduga terpapar flu babi itu sejak September 2022. Pihaknya berharap, pemerintah memberikan solusi untuk mengurangi kerugain peternak. “Total babi yang mati lebih kurang 2.000 ekor. Gejalanya flu babi. Untuk kerugian, kalau saya kalikan dengan harga itu kisaran Rp 8 milar,” kata Heri Ginting saat dikonfirmasi, Rabu (30/11).

Heri juga mengatakan, kondisi ini sangat merugikan bagi peternak. Apalagi, permintaan daging babi meningkatkan jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. “Flu babi ini, sudah pasti berpengaruh. Sekarang ,saja produksi ternak berkurang hampir 50 persen, dan ini akan berpengaruh pada Natal dan Tahun Baru nanti,” ungkap Heri.

Saat ini saja, terang Heri, harga daging babi di pasaran anjlok, dari harga normal Rp65 ribu per kilogram menjadi Rp35 ribu per kilogram. Karenanya, ia meminta kepada Pemprov Sumut maupun Pemkab dan Pemko untuk menyediakan vaksin, agar kematian ternak babi ini dapat diantisipasi.

Ia juga meminta agar babi-babi yang terjangkit virus dibeli oleh pemerintah untuk dimusnahkan. “Pemda/Pemprovsu membuat satu kebijakan, membeli babi-babi yang terpapar virus yang ada di masyarakat ataupun peternak, dibeli dan dimusnahkan, supaya jangan mutar-mutar penyakit itu,” ungkapnya.

Menurut Heri, wilayah yang sudah terkonfirmasi terkena paparan Flu Babi masih di Kota Medan dan Deliserdang. Namun dari informasi yang beredar Humbang Hasundutan lebih tepatnya, Parlilitan pun telah terpapar, hanya saja belum ada konfirmasi pasti. “Yang sudah konfirmasi dan ku datangi terkait flu babi ini, masih di Deliserdang dan Medan. Adapun informasi bahwa Parlimen pun sudah terpapar, tapi belum ada konfirmasi pasti dari mereka,” jelas Heri.

Ada pun wilayah di Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang yang hewan ternak kaki empat terpapar yaitu Suka Dono, Kwala Bengkala, Helvetia Karya VII, Mandala. Kemudian Simalingkar B, Gorin Tonga Pancurbatu, Tandem, Pantailabu, dan Tanjungmorawa.

Terpapar Virus H1N1
Balai Veteriner Medan membenarkan ternak babi di Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang terpapar Virus H1N1 atau flu babi. Dengan adanya temuan Balai Veteriner Medan itu, maka para peternak babi diimbau agar memisahkan hewan kaki empat yang sehat dengann yang sudah terpapar flu babi.

Kepala Balai Veteriner Medan, Azfirman mengatakan, saat ini timnya sudah mengambilan sampel hingga ke wilayah Serdangbedagai untuk memantau sejauh mana kasus flu babi di Sumut. Tujuannya tak lain sebagai upaya pertama dalam menanggulangi paparan flu babi pada ternak hewan kaki empat milik masyarakat.

“Iya dari sampel laboratorium yang sudah kita terima, bahwa benar penyakit pada ternak tersebut merupakan Virus H1N1. Saat ini kita sudah sampai di Sedangbedagai untuk mengumpulkan sampel sudah sejauh mana virus tersebut menyebar, agar ada upaya penanggulangan yang dapat dilakukan nantinya,” kata Azfirman, Rabu (30/11).

Dia mengatakan, kasus flu babi tahun ini gejalanya sama seperti yang marak pada tahun 2019 lalu, awal mula penyakit tersebut muncul. Babi yang terpapar Virus H1N1 ciri-cirinya tidak mau makan, pendarahan di bagian dada, perut, dan pada jantan akan muncul kemerahan pada jenis kelamin, serta di betina pada puting susunya mengalami kemerahan. “Flu babi yang sekarang sama seperti pada tahun 2019, semua gejala pun sama,” ungkapnya.

Azfirman mengatakan, langkah yang harus dilakukan peternak agar flu babi tidak cepat menyebar, yakni melakukan isolasi terhadap hewan ternak kaki empat yang sudah terpapar. Upaya lainnya, yakni rutin dilakukan penyemprotan disinfektan. “Jadi langkah yang dilakukan jika ada ternak yang terpapar bisa dengan memisahkan hewan yang sakit dari yang sehat dan menyemprotkan disinfektan agar tidak menular,” bebernya.

Dia menduga, kasus flu babi kembali muncul, akibat masuknya ternak babi yang sudah terpapar Virus H1N1 ke Sumut. “Dugaan mungkin dari pedagang lain yang masih terpapar datang ke suatu lokasi sehingga virus itu kembali tersebar,” sebutnya.

Azfirman menuturkan, penyakit tersebut tidak dapat menular ke hewan lain maupun ke manusia, virus tersebut hanya menyerang hewan ternak babi saja. “Virus ini hanya menyerang hewan babi saja, ke manusia dan hewan lain tidak dapat tertular,” ucapnya.

Sementara Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kota Medan menyebut, data kematian hewan ternak babi di Kota Medan yang terkonfirmasi sebanyak 56 ekor. Data tersebut diperoleh dari para peternak di Simalingkar A ke sistem milik Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Isiknas.

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kota Medan, Tesra mengatakan, berdasarkan gejala yang terlihat dari 56 ekor pada hewan ternak kaki empat yang sudah mati, diduga akibat Virus H1N1. Untuk itu perlu dilakukan uji sampel laboratorium guna memastikan penyebab kematian hewan ternak kaki empat tersebut. “Kalau dilihat dari gejalanya, memang seperti dampak paparan Virus H1N1, tapi masih kita pastikan dengan Uji Laboratorium bagaimana kebenarannya, ” kata Tesra.

Dia menuturkan, setelah mendapat informasi kemunculan flu babi di Medan, pihaknya pun langsung mengedarkan surat pemberitahuan keseluruhan kabupaten/kota di Sumatera Utara untuk lebih siaga terhadap Virus H1N1. “Setelah informasi ini kami dapatkan, surat edaran ke kabupaten/kota sudah kita berikan untuk siaga akan penyakit ini,” katanya.

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kota Medan pun mengaku sebelum kasus ini kembali muncul, pihaknya kerap melakukan imbauan terhadap seluruh peternak di kabupaten/kota di Sumatera Utara agar memperketat Bio Security. “Kita sudah melakukan imbauan ke peternak agar memperketat Bio Security,” katanya.

Heri menambahkan, Dinas Peternakan Provinsi Sumut dan Balai Veteriner Medan Kementerian Pertanian, sudah turun ke lokasi perternakan. (gus/bbs/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Lagi-lagi ternak babi milik warga, dilaporkan mati mendadak di Kota Medan dan Deliserdang, Sumatera Utara. Sedikitnya 2.000 ekor ternak babi mati mendadak, diduga karena terpapar flu babi yang mulai mewabah lagi. Peternak pun rugi hingga Rp8 milar.

KETUA Gerakan Peternak Babi Indonesia (GPBI), Heri Ginting mengatakan, peristiwa babi mati mendadak diduga terpapar flu babi itu sejak September 2022. Pihaknya berharap, pemerintah memberikan solusi untuk mengurangi kerugain peternak. “Total babi yang mati lebih kurang 2.000 ekor. Gejalanya flu babi. Untuk kerugian, kalau saya kalikan dengan harga itu kisaran Rp 8 milar,” kata Heri Ginting saat dikonfirmasi, Rabu (30/11).

Heri juga mengatakan, kondisi ini sangat merugikan bagi peternak. Apalagi, permintaan daging babi meningkatkan jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. “Flu babi ini, sudah pasti berpengaruh. Sekarang ,saja produksi ternak berkurang hampir 50 persen, dan ini akan berpengaruh pada Natal dan Tahun Baru nanti,” ungkap Heri.

Saat ini saja, terang Heri, harga daging babi di pasaran anjlok, dari harga normal Rp65 ribu per kilogram menjadi Rp35 ribu per kilogram. Karenanya, ia meminta kepada Pemprov Sumut maupun Pemkab dan Pemko untuk menyediakan vaksin, agar kematian ternak babi ini dapat diantisipasi.

Ia juga meminta agar babi-babi yang terjangkit virus dibeli oleh pemerintah untuk dimusnahkan. “Pemda/Pemprovsu membuat satu kebijakan, membeli babi-babi yang terpapar virus yang ada di masyarakat ataupun peternak, dibeli dan dimusnahkan, supaya jangan mutar-mutar penyakit itu,” ungkapnya.

Menurut Heri, wilayah yang sudah terkonfirmasi terkena paparan Flu Babi masih di Kota Medan dan Deliserdang. Namun dari informasi yang beredar Humbang Hasundutan lebih tepatnya, Parlilitan pun telah terpapar, hanya saja belum ada konfirmasi pasti. “Yang sudah konfirmasi dan ku datangi terkait flu babi ini, masih di Deliserdang dan Medan. Adapun informasi bahwa Parlimen pun sudah terpapar, tapi belum ada konfirmasi pasti dari mereka,” jelas Heri.

Ada pun wilayah di Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang yang hewan ternak kaki empat terpapar yaitu Suka Dono, Kwala Bengkala, Helvetia Karya VII, Mandala. Kemudian Simalingkar B, Gorin Tonga Pancurbatu, Tandem, Pantailabu, dan Tanjungmorawa.

Terpapar Virus H1N1
Balai Veteriner Medan membenarkan ternak babi di Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang terpapar Virus H1N1 atau flu babi. Dengan adanya temuan Balai Veteriner Medan itu, maka para peternak babi diimbau agar memisahkan hewan kaki empat yang sehat dengann yang sudah terpapar flu babi.

Kepala Balai Veteriner Medan, Azfirman mengatakan, saat ini timnya sudah mengambilan sampel hingga ke wilayah Serdangbedagai untuk memantau sejauh mana kasus flu babi di Sumut. Tujuannya tak lain sebagai upaya pertama dalam menanggulangi paparan flu babi pada ternak hewan kaki empat milik masyarakat.

“Iya dari sampel laboratorium yang sudah kita terima, bahwa benar penyakit pada ternak tersebut merupakan Virus H1N1. Saat ini kita sudah sampai di Sedangbedagai untuk mengumpulkan sampel sudah sejauh mana virus tersebut menyebar, agar ada upaya penanggulangan yang dapat dilakukan nantinya,” kata Azfirman, Rabu (30/11).

Dia mengatakan, kasus flu babi tahun ini gejalanya sama seperti yang marak pada tahun 2019 lalu, awal mula penyakit tersebut muncul. Babi yang terpapar Virus H1N1 ciri-cirinya tidak mau makan, pendarahan di bagian dada, perut, dan pada jantan akan muncul kemerahan pada jenis kelamin, serta di betina pada puting susunya mengalami kemerahan. “Flu babi yang sekarang sama seperti pada tahun 2019, semua gejala pun sama,” ungkapnya.

Azfirman mengatakan, langkah yang harus dilakukan peternak agar flu babi tidak cepat menyebar, yakni melakukan isolasi terhadap hewan ternak kaki empat yang sudah terpapar. Upaya lainnya, yakni rutin dilakukan penyemprotan disinfektan. “Jadi langkah yang dilakukan jika ada ternak yang terpapar bisa dengan memisahkan hewan yang sakit dari yang sehat dan menyemprotkan disinfektan agar tidak menular,” bebernya.

Dia menduga, kasus flu babi kembali muncul, akibat masuknya ternak babi yang sudah terpapar Virus H1N1 ke Sumut. “Dugaan mungkin dari pedagang lain yang masih terpapar datang ke suatu lokasi sehingga virus itu kembali tersebar,” sebutnya.

Azfirman menuturkan, penyakit tersebut tidak dapat menular ke hewan lain maupun ke manusia, virus tersebut hanya menyerang hewan ternak babi saja. “Virus ini hanya menyerang hewan babi saja, ke manusia dan hewan lain tidak dapat tertular,” ucapnya.

Sementara Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kota Medan menyebut, data kematian hewan ternak babi di Kota Medan yang terkonfirmasi sebanyak 56 ekor. Data tersebut diperoleh dari para peternak di Simalingkar A ke sistem milik Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Isiknas.

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kota Medan, Tesra mengatakan, berdasarkan gejala yang terlihat dari 56 ekor pada hewan ternak kaki empat yang sudah mati, diduga akibat Virus H1N1. Untuk itu perlu dilakukan uji sampel laboratorium guna memastikan penyebab kematian hewan ternak kaki empat tersebut. “Kalau dilihat dari gejalanya, memang seperti dampak paparan Virus H1N1, tapi masih kita pastikan dengan Uji Laboratorium bagaimana kebenarannya, ” kata Tesra.

Dia menuturkan, setelah mendapat informasi kemunculan flu babi di Medan, pihaknya pun langsung mengedarkan surat pemberitahuan keseluruhan kabupaten/kota di Sumatera Utara untuk lebih siaga terhadap Virus H1N1. “Setelah informasi ini kami dapatkan, surat edaran ke kabupaten/kota sudah kita berikan untuk siaga akan penyakit ini,” katanya.

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kota Medan pun mengaku sebelum kasus ini kembali muncul, pihaknya kerap melakukan imbauan terhadap seluruh peternak di kabupaten/kota di Sumatera Utara agar memperketat Bio Security. “Kita sudah melakukan imbauan ke peternak agar memperketat Bio Security,” katanya.

Heri menambahkan, Dinas Peternakan Provinsi Sumut dan Balai Veteriner Medan Kementerian Pertanian, sudah turun ke lokasi perternakan. (gus/bbs/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/