26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Deni Sempat Ngomong Ingin Nikmati Malam Terakhir 2015

Foto: Hotman/PM Salahsatu dari tiga rumah yang terbakar di Batangkuis, Senin (30/3/2015).
Foto: Hotman/PM
Salahsatu dari tiga rumah yang terbakar di Batangkuis, Senin (30/3/2015).

BATANGKUIS, SUMUTPOS.CO – Di Dusun II Desa Firdaus, Sergai, jasad Deni dan Safrida disemayamkan di rumah neneknya. Sekira pukul 11.30 Wib, kedua korban pun dikebumikan di pekuburan muslim Tanah Tinggi, yang terletak di jalinsum Desa Firdaus, sekira 100 meter dari rumah nenek korban, Br Lubis.

Nenek bercucu 14 dan beranak 8 duduk dengan raut wajah sedih ketika para jiran menyalaminya sambil mengucapkan belasungkawa. Boru Lubis dan anak-anaknya yang lain tampak menyeka air mata tatkala menceritakan kronologis kejadian yang merenggut kedua korban.

Dia pun tak dapat menahan tangis tatkala bercerita jika semalaman dirinya merasa gelisah saat mau tidur. “Semalaman aku susah tidurnya. Tapi ini sudah takdir, Tuhan lah yang menetukan hidup manusia ini,” ucapnya dengan mimik sedih.

Ditambahkan Marwiyah (43), kakak kandung Munawaroh, malam nahas itu ayah korban sebenarnya tidak akan membeli bensin yang akan dijualnya secara eceran itu. Tapi Deni malah mengajak ayahnya untuk membeli bensin sekaligus untuk membeli putu bambu dan mengatakan kepada ayahnya jika ibunya juga harus ikut.

Ilman sempat menolak halus, dengan dalih ibu korban tidak bisa ikut karena kondisinya yang sedang hamil. Namun korban tetap mendesak ayahnya untuk tetap pergi bersama ayah, ibu dan adiknya membeli bensin sekaligus membeli putu bambu.

“Korban sempat bilang jika malam itu korban ingin menikmati malam terakhir di tahun 2015. Tapi ayahnya kurang mengerti maksud ucapan Deni itu,” sebutnya mengulang cerita ayah korban.

Tak dapat mengelak atas permintaan anak itu, lalu ayah korban membawa isteri dan kedua korban naik becak bermotor miliknya membeli bensin sekaligus membeli putu bambu.

Saat mau pulang, di tengah perjalanan kedua korban justru tertidur sehingga putu bambu tak jadi dimakan. Tiba di rumah, kedua korban pun dibaringkan ayahnya di ruang tamu depan tivi dan selanjutnya kejadian tragis itu terjadi.

Setelah api berhasil dipadamkan, kedua korban sudah tewas terpanggang dengan kondisi, Dani tidur menyamping seperti mau melindungi adiknya dengan memeluknya. “Kedua korban dimakamkan dengan bersebelahan,” ujar Marwiyah dengan mata berkaca-kaca.(man/trg)

Foto: Hotman/PM Salahsatu dari tiga rumah yang terbakar di Batangkuis, Senin (30/3/2015).
Foto: Hotman/PM
Salahsatu dari tiga rumah yang terbakar di Batangkuis, Senin (30/3/2015).

BATANGKUIS, SUMUTPOS.CO – Di Dusun II Desa Firdaus, Sergai, jasad Deni dan Safrida disemayamkan di rumah neneknya. Sekira pukul 11.30 Wib, kedua korban pun dikebumikan di pekuburan muslim Tanah Tinggi, yang terletak di jalinsum Desa Firdaus, sekira 100 meter dari rumah nenek korban, Br Lubis.

Nenek bercucu 14 dan beranak 8 duduk dengan raut wajah sedih ketika para jiran menyalaminya sambil mengucapkan belasungkawa. Boru Lubis dan anak-anaknya yang lain tampak menyeka air mata tatkala menceritakan kronologis kejadian yang merenggut kedua korban.

Dia pun tak dapat menahan tangis tatkala bercerita jika semalaman dirinya merasa gelisah saat mau tidur. “Semalaman aku susah tidurnya. Tapi ini sudah takdir, Tuhan lah yang menetukan hidup manusia ini,” ucapnya dengan mimik sedih.

Ditambahkan Marwiyah (43), kakak kandung Munawaroh, malam nahas itu ayah korban sebenarnya tidak akan membeli bensin yang akan dijualnya secara eceran itu. Tapi Deni malah mengajak ayahnya untuk membeli bensin sekaligus untuk membeli putu bambu dan mengatakan kepada ayahnya jika ibunya juga harus ikut.

Ilman sempat menolak halus, dengan dalih ibu korban tidak bisa ikut karena kondisinya yang sedang hamil. Namun korban tetap mendesak ayahnya untuk tetap pergi bersama ayah, ibu dan adiknya membeli bensin sekaligus membeli putu bambu.

“Korban sempat bilang jika malam itu korban ingin menikmati malam terakhir di tahun 2015. Tapi ayahnya kurang mengerti maksud ucapan Deni itu,” sebutnya mengulang cerita ayah korban.

Tak dapat mengelak atas permintaan anak itu, lalu ayah korban membawa isteri dan kedua korban naik becak bermotor miliknya membeli bensin sekaligus membeli putu bambu.

Saat mau pulang, di tengah perjalanan kedua korban justru tertidur sehingga putu bambu tak jadi dimakan. Tiba di rumah, kedua korban pun dibaringkan ayahnya di ruang tamu depan tivi dan selanjutnya kejadian tragis itu terjadi.

Setelah api berhasil dipadamkan, kedua korban sudah tewas terpanggang dengan kondisi, Dani tidur menyamping seperti mau melindungi adiknya dengan memeluknya. “Kedua korban dimakamkan dengan bersebelahan,” ujar Marwiyah dengan mata berkaca-kaca.(man/trg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/