30.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Kondisi Jantung Gawat, Bayi Berkepala Dua Sulit Diselamatkan

Ketika ditanya, mengapa tidak dilakukan upaya terhadap penyelamatan seorang bayi saja, dr Rizki menegaskan, hal itu merupakan tindakan medis yang sangat tidak etis. Menurutnya, semuanya berhak untuk hidup.

“Dengan kelainan kompleks itu sangat tidak memungkinkan dilakukan pemisahan. Apalagi bayi ini hanya memiliki satu anus. Tindakan tidak etis jika menyelamatkan satu bayi hanya untuk menyelamatkan satu bayi lainnya,” sebutnya.

Karenanya, dr Rizki mengaku, pihaknya akan memberi pelayanan yang optimal. Namun ketika ditanya, bagaimana jika seorang bayi meninggal dunia, menurut hemat dia, bayi yang satunya juga akan ikut meninggal dunia.

“Kalau penyebab pasti bisa terjadi satu badan dan dua kepala begitu, saya tidak tahu. Namun, secara medis hal itu terjadi karena gagal berpisah saat di dalam kandungan, ” jelas dr Rizki.

Sementara, menurut informasi yang diterima Sumut Pos, kondisi bayi kembar itu sebenarnya sudah diketahui berdasarkan USG, sejak 6 bulan usia kandungan. Namun, hal itu tidak ditangani dengan serius.

Orang tua bayi kembar itu yang coba dikonfirmasi, sudah tidak berada lagi di RSUP H Adam Malik Medan. Menurut seorang staf Humas RSUP H Adam Malik, orang tua bayi kembar itu sudah pulang ke rumah di Desa Sei Semayang. “Tadi masih ada. Barusan kita telepon, katanya baru saja sampai di rumah,” ujarnya. (ain/ila)

Ketika ditanya, mengapa tidak dilakukan upaya terhadap penyelamatan seorang bayi saja, dr Rizki menegaskan, hal itu merupakan tindakan medis yang sangat tidak etis. Menurutnya, semuanya berhak untuk hidup.

“Dengan kelainan kompleks itu sangat tidak memungkinkan dilakukan pemisahan. Apalagi bayi ini hanya memiliki satu anus. Tindakan tidak etis jika menyelamatkan satu bayi hanya untuk menyelamatkan satu bayi lainnya,” sebutnya.

Karenanya, dr Rizki mengaku, pihaknya akan memberi pelayanan yang optimal. Namun ketika ditanya, bagaimana jika seorang bayi meninggal dunia, menurut hemat dia, bayi yang satunya juga akan ikut meninggal dunia.

“Kalau penyebab pasti bisa terjadi satu badan dan dua kepala begitu, saya tidak tahu. Namun, secara medis hal itu terjadi karena gagal berpisah saat di dalam kandungan, ” jelas dr Rizki.

Sementara, menurut informasi yang diterima Sumut Pos, kondisi bayi kembar itu sebenarnya sudah diketahui berdasarkan USG, sejak 6 bulan usia kandungan. Namun, hal itu tidak ditangani dengan serius.

Orang tua bayi kembar itu yang coba dikonfirmasi, sudah tidak berada lagi di RSUP H Adam Malik Medan. Menurut seorang staf Humas RSUP H Adam Malik, orang tua bayi kembar itu sudah pulang ke rumah di Desa Sei Semayang. “Tadi masih ada. Barusan kita telepon, katanya baru saja sampai di rumah,” ujarnya. (ain/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/