25.7 C
Medan
Sunday, January 19, 2025

Nasib Berubah setelah Ditangkap Musuh dan Dikebiri

FOTO: M HATTA/SUMATERA EKSPRES
Replika kapal pusaka Laksamana Cheng Ho dapat dilihat kembali oleh masyarakat Sumatera Selatan maupun masyarakat Indonesia lainnya, di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) Palembang. Walau hanya sebuah replika, kapal tersebut dapat menjadi sebuah edukasi sejarah tentang kisah perjalanan Laksamana Cheng Ho di Bumi Sriwijaya.

CIKAL BAKAL IBU KOTA BEIJING

Membicarakan Cheng Ho tak boleh melupakan nama Kaisar Zhu Di. Berkat sokongannyalah Cheng Ho bisa menjadi besar dan banyak berbuat. Zhu Di sangat memercayainya dan Cheng Ho membalasnya dengan baik.

Begitu berkuasa, Kaisar Yu Zhianzang menempatkan Zhu Di di wilayah Beiping (cikal bakal Beijing). Itu merupakan pertaruhan besar. Sebab, saat itu Beiping merupakan daerah perbatasan kerajaan dengan banyak kawasan yang dihuni suku-suku liar. Kira-kira mirip kawasan perbatasan Afghanistan dan Pakistan yang dikuasai banyak milisi.

Sulitnya situasi sering membuat seseorang memikirkan kompetensi, bukan nepotisme. Itulah yang terjadi pada Zhu Di. Menjadi pangeran di daerah perbatasan, dia selalu berada dalam bahaya yang konstan. Bukan sekadar suku-suku, tapi juga bahaya penyerbuan dari Timurlenk, si penguasa Bukhara yang terkenal dan berniat menuntut balas setelah Dinasti Yuan menghancurkan kerajaannya dulu.

Di sini Zhu Di menggunakan semua sumber dayanya yang terbatas dengan baik. Jika seseorang menjadi jenderal di lingkaran kekuasaannya, dia berarti memang orang yang cakap. Itulah yang kemudian membuat bakat Cheng Ho langsung terlihat.

’’Zhu Di tak langsung memercayainya. Tapi, setelah beberapa kali Cheng Ho mengatasi banyak suku liar, baik dengan peperangan maupun negosiasi, Zhu Di pun menghargainya,’’ jelas Yang Liyun.

Itulah bekal berharga yang membuat Zhu Di bisa bertahan dan kemudian menjadi kaisar. Sebelumnya, Kaisar Yu sempat paranoid. Dia memerintahkan pembunuhan terhadap anak-anaknya sendiri, termasuk Zhu Di. Setelah menjadi kaisar, Zhu Di memilih memindahkan ibu kota dari Nanjing ke Beijing.

Itulah yang kemudian menjadi salah satu proyek pembangunan terbesar dan ambisius dalam sejarah Tiongkok. Namun, hasilnya masih bisa dinikmati sampai sekarang. Yakni, membuat benteng, kompleks istana, sekaligus kota mandiri yang bangunannya masih utuh sampai sekarang: Kota Terlarang. Sebuah ibu kota yang tetap dimanfaatkan hingga Tiongkok modern sekarang.

Selain itu, kebijakan politik luar negeri yang dicetuskan Zhu Di kelak menunjukkan bahwa saat itu Tiongkok merupakan salah satu negara superpower di dunia. Secara tidak langsung, Zhu Di juga termasuk salah satu kaisar Tiongkok yang membantu menyebarkan Islam ke seantero dunia lewat pengiriman ekspedisi seperti yang dimpimpin Laksamana Cheng Ho. (ano/c5)

FOTO: M HATTA/SUMATERA EKSPRES
Replika kapal pusaka Laksamana Cheng Ho dapat dilihat kembali oleh masyarakat Sumatera Selatan maupun masyarakat Indonesia lainnya, di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) Palembang. Walau hanya sebuah replika, kapal tersebut dapat menjadi sebuah edukasi sejarah tentang kisah perjalanan Laksamana Cheng Ho di Bumi Sriwijaya.

CIKAL BAKAL IBU KOTA BEIJING

Membicarakan Cheng Ho tak boleh melupakan nama Kaisar Zhu Di. Berkat sokongannyalah Cheng Ho bisa menjadi besar dan banyak berbuat. Zhu Di sangat memercayainya dan Cheng Ho membalasnya dengan baik.

Begitu berkuasa, Kaisar Yu Zhianzang menempatkan Zhu Di di wilayah Beiping (cikal bakal Beijing). Itu merupakan pertaruhan besar. Sebab, saat itu Beiping merupakan daerah perbatasan kerajaan dengan banyak kawasan yang dihuni suku-suku liar. Kira-kira mirip kawasan perbatasan Afghanistan dan Pakistan yang dikuasai banyak milisi.

Sulitnya situasi sering membuat seseorang memikirkan kompetensi, bukan nepotisme. Itulah yang terjadi pada Zhu Di. Menjadi pangeran di daerah perbatasan, dia selalu berada dalam bahaya yang konstan. Bukan sekadar suku-suku, tapi juga bahaya penyerbuan dari Timurlenk, si penguasa Bukhara yang terkenal dan berniat menuntut balas setelah Dinasti Yuan menghancurkan kerajaannya dulu.

Di sini Zhu Di menggunakan semua sumber dayanya yang terbatas dengan baik. Jika seseorang menjadi jenderal di lingkaran kekuasaannya, dia berarti memang orang yang cakap. Itulah yang kemudian membuat bakat Cheng Ho langsung terlihat.

’’Zhu Di tak langsung memercayainya. Tapi, setelah beberapa kali Cheng Ho mengatasi banyak suku liar, baik dengan peperangan maupun negosiasi, Zhu Di pun menghargainya,’’ jelas Yang Liyun.

Itulah bekal berharga yang membuat Zhu Di bisa bertahan dan kemudian menjadi kaisar. Sebelumnya, Kaisar Yu sempat paranoid. Dia memerintahkan pembunuhan terhadap anak-anaknya sendiri, termasuk Zhu Di. Setelah menjadi kaisar, Zhu Di memilih memindahkan ibu kota dari Nanjing ke Beijing.

Itulah yang kemudian menjadi salah satu proyek pembangunan terbesar dan ambisius dalam sejarah Tiongkok. Namun, hasilnya masih bisa dinikmati sampai sekarang. Yakni, membuat benteng, kompleks istana, sekaligus kota mandiri yang bangunannya masih utuh sampai sekarang: Kota Terlarang. Sebuah ibu kota yang tetap dimanfaatkan hingga Tiongkok modern sekarang.

Selain itu, kebijakan politik luar negeri yang dicetuskan Zhu Di kelak menunjukkan bahwa saat itu Tiongkok merupakan salah satu negara superpower di dunia. Secara tidak langsung, Zhu Di juga termasuk salah satu kaisar Tiongkok yang membantu menyebarkan Islam ke seantero dunia lewat pengiriman ekspedisi seperti yang dimpimpin Laksamana Cheng Ho. (ano/c5)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/