SUMUTPOS.CO- Mantan Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin akhirnya buka suara terkait kasus dugaan sua PTUN Medan. Diamenilai, pasangannya saat Pilgub 2008 lalu, Gatot Pujo Nugroho, adalah orang baik hingga tak mungkin terlibat kasus tersebut.
“Gatot kan orangnya taat agama,” katanya saat Halal Bihalal Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI) dengan tokoh masyarakat Sumut di Aula Balai Prajurit kodam I/BB Medan, Kamis (30/7).
“Kalau saya ayat-ayat agak kurang,” seloroh Syamsul.
Seperti diketahui pada Pilgub 2008 lalu Syamsul dan Gatot terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur. Namun, Syamsul tidak sampai menghabiskan masa tugas karena terseret kasus korupsi dan harus mendekam di LP Sukamiskin. Saat itulah, Gatot yang menggantikan posisi Syamsul. Pilgub berikutnya yakni pada 2013, Gatot maju sebagai calon gubernur dan berpasangan dengan T Erry Nuradi sebagai wakilnya.
“Saya prihatin sekali. Apakah mentalnya siap sebagai anak muda,” ucap pria yang menyandang gelar Dato Seri Lelawangsa ini.
Syamsul yang juga ketua Umum PB MABMI ini mengatakan, status yang kini disandang Gatot adalah risiko jabatan yang selalu siap mengancam pejabat. Risiko itu menurutnya akan mendera seseorang bila melakukan kesilapan. “Jadi Kepala rumah tangga pun ada risikonya,” katanya.
Kata dia, Gatot tidak perlu khawatir bila memang merasa tidak melakukan hal-hal yang bisa menjadikannya seorang tersangka. Menurutnya jawaban itu mudah didapatkan yakni dengan bertanya kepada hati nurani. “Yang tahu kita salah bukan hakim, KPK, polisi, atau jaksa, tapi diri kita sendiri. Tanyalah hatimu,” katanya.
Secara pribadi, pria yang hanya menjalankan masa kepemimpinan sebagai Gubsu selama tiga tahun ini, mengaku prihatin atas kasus yang dihadapi Gatot, terkhusus merasa kasihan terhadap istri pertama Gatot, Sutias Handayani dan anak-anaknya. “Sutias sudah macam adik sendiri, mudah-mudahan Sutias kuat,” ucapnya.
Syamsul meminta agar Gatot kuat, tabah, serta berharap Allah Swt memberinya jalan. Hingga saat ini, Syamsul meyakini bahwa Gatot tidak melakukan apa yang dituduhkan kepadanya.
Saat ditanya apakah Syamsul mengenal istri muda Gatot, Evi Susanti, Syamsul mengaku hanya mengenal Sutias yang telah memberikan Gatot empat anak. “Saya cuma kenal Sutias yang punya empat anak dari Gatot. Evi, saya tidak kenal, saya baru keluar (penjara),” katanya.
Beri Pesan untuk Erry
Selanjutnya Syamsul juga menyikapi kemungkinan Wakil Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi menduduki posisi Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu. Sebagai anak muda, Syamsul meminta Erry harus kuat. Syamsul juga mengaku siap memberikan bantuan bila dibutuhkan. “Saya siap memberikan supervisor, apa namanya, supervisor kan? Kalau bahasa Brandan-nya, nasihat,” tutur dia.
Dia meminta agar Erry kelak melakukan pekerjaan dengan baik, mengerjakan pekerjaan yang wajib dikerjakan dan meninggalkan pekerjaan yang tidak perlu. “Jaga nama baik sebagai tengku. Payah itu. Menyalam tengku pun harus angkat dua tangan ke kepala dulu, baru bisa salaman,” katanya.
“Dia (Erry) anak pejuang, adik gubernur yang baik, Insya Allah menjadi baik,” ucapnya.
Sementara itu, status tersangka yang disandang Gatot membuat pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di jajaran Pemprov Sumut mulai berpaling ke Wagubsu Erry Nuradi.
Hal ini mengingat kans Erry jadi orang nomor satu di Sumut kian besar. Mulai menjauhnya sejumlah pimpinan SKPD Pemprovsu dari Gubernur Gatot, bisa terlihat dari sedikitnya para pejabat eselon II itu saat mendampinginya dalam suatu acara. Seperti pada acara pembukaan MTQ Provinsi Sumut di Kabupaten Asahan, Selasa (28/7) lalu. Diketahui hanya beberapa orang asisten saja yang ikut mendampingi Gubsu Gatot. Malah sebaliknya, pada beberapa minggu terakhir, tepatnya pascaoperasi tangkap tangan (OTT) KPK, para kepala SKPD mulai ramai mengikuti agenda Wagubsu. Sebelumnya, sangat sedikit sekali pimpinan SKPD yang mau mendampingi mantan Bupati Serdangbedagai tersebut.
“Tidak seperti dulu, sedikit pun tak ada kadis maupun kepala badan yang mau mendekat Wagubsu. Sekarang setiap agenda Wagubsu mereka sibuk ikut mendampingi. Mungkin saja mereka takut dicopot kalau nanti Wagubsu menjabat sebagai gubernur,” ungkap PNS yang tidak ingin namanya ditulis. Sekdaprovsu Hasban Ritonga, Kamis (30/7), saat dikonfirmasi soal ini justru membantah asumsi tersebut. “Tidak benar itu, kita tetap solid selama ini dan bekerja dengan supertim, tidak ada pro sana dan pro sini,” katanya di Kantor Gubsu.
Dia menegaskan, para PNS dan SKPD Pemprovsu tetap menjalankan tugas, pokok, dan fungsi sebagaimana mestinya. Dan roda pemerintahan tetap berjalan dengan baik. “Kita prihatin dengan peristiwa ini, tapi kita harus tetap melaksanakan tugas dan tetap fokus pada pekerjaan masing-masing,” katanya.
Wagubsu Tengku Erry Nuradi juga membantah isu tersebut. Dia memastikan kalau roda pemerintahan dan administrasi di lingkungan Pemprovsu tetap berjalan dengan baik. “Saya pastikan proses pemerintahan di Pemprovsu berjalan baik. Dengan semangat kepedulian dan gotong royong serta kerja sama, kita optimis Sumut akan bangkit. Itu bukanlah sebuah mimpi karena dengan lima karakter Sumut Bangkit yang saya gelorakan bersama Gubsu juga Sekda serta PNS kita bangun Sumut yang Berdaya Saing, Maju dan Sejahtera,” terang Erry.
Dia juga mengimbau seluruh masyarakat Sumut untuk berdoa agar kasus yang menimpa Gubsu segera berakhir. Juga mengajak masyarakat Sumut untuk mengedepankan azas praduga tak bersalah atas kasus yang menimpa Gubsu. “Kita harus menjunjung tinggi azas praduga tak bersalah. Semoga masalah yang sedang dihadapi segera selesai,” ujarnya.
Untuk itu, sebutnya, masyarakat diharapkan untuk tidak memberikan penilaian miring terlalu berlebihan dengan kasus yang sedang dihadapi Gatot. “Mari kita berdoa agar cobaan yang dihadapi Pak Gatot segera dapat diselesaikan dengan adil. Kalau memang hasil proses pemeriksaan menyatakan lain dari yang kota doakan, tentu itu diluar kemampuan kita,” pungkasnya. (prn/rbb)