MEDAN-Ada cerita gaib di balik kasus perampokan yang menewaskan Heri Fernando (21). Sebelum ditangkap polisi, ternyata 7 hari lalu ketiga pelaku sempat didatangi arwah korban yang bekerja sebagai pegawai operator garda PLN cabang TJ. Morawa itu. Hal ini dikatakan Jhonson Sihombing alias Otto (26), pelaku yang menikam korban yang kedua kakinya ditembak polisi dalam drama penangkapan di Jl. Platina 5, Kel. Payah Rampuh,Medan Labuhan, Rabu (2/10) lalu. “Sebelum ditangkap, saya sering didatangi arwah korban. Bayangan wajahnya juga terus menghantui saya sampai sakarang,” ujar lajang yang biasa dipanggil Otto itu.
Pengakuan senada juga diungkap kedua rekannya yang ditangkap dari hasil pengembangan, Senin (30/9) lalu. Pandi Noval (19) warga Marelan Pasar 5, dan Agus Muliah Waruhu (18) warga Mandala Jl. Cendrawasih II adalah nama kedua pelaku yang berperan sebagai joki dan pembawa kereta korban itu. Mereka juga mengaku kerap dihantuai arwah Heri. “Aku juga didatangi arwah korban, dia seperti mendarah daging disetiap malam kami. Arwah korban seperti marah,” kata Agus diamini temannya Noval. Tapi sayang, saat ditanyai lebih lanjut, ketiga pelaku yang bermarkas di Prumnas Mandala itu langsung memasang aksi tutup mulut.
Sementara itu, menyikapi maraknya kasus perampokan belakangan ini, Polresta Medan kembali mengoperasikan Tim Pemburu Preman (TPP) yang sudah lama vakum. “TPP ini memiliki kekuatan sebanyak 18 orang personel yang merupakan gabungan Sabhara, dan Polsek jajaran Polresta Medan. Tiap malam TPP akan berpatroli di seputaran inti kota Medan, menunggangi kendaraan roda dua jenis trail,” tegas Kabag Ops Polresta Medan, Kompol Sugeng Riyadi saat ditemui awak koran ini. Dijelaskan Sugeng, target dalam operasi TPP ini adalah mencegah tingkat kriminalitas di Medan. “Fungsinya adalah untuk mengantisipasi orang yang dicurigai melakukan tindak kejahatan,” sambungnya.
Kebijakan itu dianggap perlu karena di bulan September saja, ada 259 tersangka kejahatan jalanan yang berhasil diringkus pihaknya. Pelaku rata-rata terlibat kasus perjudian, pencurian dengan kekerasan (curas), pencurian dengan pemberatan (curat) dan pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Dari jumlah itu, kasus curanmor sebanyak 96 tersangka dari 77 kasus, dengan barang bukti 63 unit sepeda motor, 4 unit mobil, 2 unit betor, 6 BPKB, 6 lembar STNK, 1 buah gerenda, 1 buah paku, 1 buah martil, 1 buah obeng, 1 buah tang, 2 buah kunci T dan uang Rp 5 juta. Dari data itu, perwira berpangkat satu melati emas itu tak menyangkal kalau kasus pencurian sepeda motor lagi ganas-ganasnya di Medan.
“Dalam kasus-kasus jalanan yang ada, kasus curanmor yang tertinggi tingkat kejahatannya,” tandas mantan Kapolsek Medan Baru itu. Meski marak, tapi polisi masih enggan membeber wilayah-wilayah mana saja yang tinggi kasus curanmornya. “Kalau wilayah mana saja, tidak bisa kita sebutkan. Karena itu merata di polsek-polsek,” tambah Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Jean Celvijn Simanjuntak. Menurutnya, kasus pencurian sepeda motor ini kerap terjadi di tempat-tempat keramaian. “Yang menjadi tempat pencurian sepeda motor, pertokoan, kampus-kampus dan warnet,” ucap perwira satu melati emas di pundaknya itu.
Di lokasi terpisah, saat menyambangi kos Otto di Jl. Trikora, tepatnya di belakang Pajak Garuda Prumnas Mandala, Kec. Percut Sei Tuan, wartawan mendapat ancaman dan diusir oleh seorang pria yang diduga komplotan Otto. “Ini situasi lagi memanas, kawan-kawan yang suka sama dia (pelaku) lagi marah dan kesal. Takutnya kau nanti dilempari dan dipukuli orang ini lantaran dikira polisi. Lebih bagus kau pergi saja dari sini,” ancam pria berambut pendek, berkulit hitam, berkaca mata hitam itu di depan gang kos pelaku. Tak hanya itu, ia juga mengancam akan memanah kru koran ini.”Kalau kau nggak cepat pergi dari sini, takutnya kena panah pula kau. Aku saja orang sini takut kalau orang-orang sini udah marah, aku bukan ngancam tapi ngasih tau aja,” jelasnya.
Selang beberapa menit, seorang pria yang mengenakan baju ungu, mengendarai sepeda motor, menggeber sepeda motornya sambil berteriak. “Kalau ada yang tak senang, cari aku ya,” katanya sambil berlalu masuk ke dalam gang. Tapi POSMETRO MEDAN tak menyerah dan terus berusaha mengorek info dari warga sekitar. Beberapa warga yang ditemui di lokasi mengakui kalau selama ini Otto memang kos di di belakang pajak itu. Sementara kedua orangtuanya sudah lama pisah ranjang. Saat ini ibu kandung Otto menetap di Tanah Karo. “Kalau dia (pelaku) ini dulunya memang tinggal di sini kian, tapi sejak kedua orangtuanya berpisah, dia kos di belakang pajak dan sering pindah-pindah,” jelas wanita paruh baya yang minta namanya tak dikorankan itu.
Ia juga menduga sepupu Otto berinisial D juga terlibat dalam kasus perampokan yang menewaskan korbannya itu. “Memang di belakang situ sarangnya. Penjahat semua ngumpul di belakang itu. Aku rasa sepupunya si D itu pun ikut terlibat juga,” tambah wanita berkaca mata itu. Pantauan kru koran ini, sehari pasca Otto ditangkap dan ditembak polisi, puluhan pria masih tampak siaga di depan gang kos Otto. Para pria itu diduga komplotan pelaku. “Ia satu komplotan orang itu semua. Maunya ditangkap semua itu, bikin susah warga saja. Kerjanya nggak ada,” cibir puluhan warga sekitar yang ngaku resah.
Dari hasil penyelidikan polisi, ketiga tersangka merupakan sindikat curanmor yang kerap beraksi dini hari. Saat beraksi, mereka tak segan-segan melukai bahkan membunuh para korbannya.”Tersangka Otto mengaku sudah empat kali terlibat curanmor dan menikam korbannya. Pengakuan itu tentu tak bisa langsung dipercaya. Para tersangka ini dijerat Pasal 338 subsider 365 dan diancam hukuman di atas 10 tahun penjara,” tegas Kapolsek Patumbak, Kompol Triyadi. Dari catatan polisi, sejauh ini sudah ada tujuh laporan kasus curanmor yang melibatkan Otto dan kawan-kawannya di Polsek Patumbak, Percut, Sunggal dan Medan Baru.
“Sebelum merampok dan membunuh Heri Ferianto Sirait, pelaku lebih dulu beraksi di wilayah hukum Polsek Sunggal dan Medan Baru. Untuk mencegah maraknya kasus serupa, Polsek Patumbak telah membentuk dua tim, masing-masing 4 personel. Anggota tak akan segan-segan menembak pelaku perompokan ini,” ucapnya. Selain itu, Triyadi juga mendesak pemerintah segera mengatasi masalah pemadaman bergilir yang dilakukan PLN. Sebab hal itu diyakini sebagai salah satu factor yang menyebabkan meningkatkan angka tindak kejahatan. “Akibat pemadaman listrik ini, tingkat kejahatan makin meningkat,” pukasnya. (eza/bay/cr-1/deo)