Tak ada yang berbeda saat sahur bersama Haji Anif pada Ramadan kali ini. Mimiknya masih sama. Keceriaannya juga masih sama. Kalimat-kalimatnya juga masih mengundang tawa.
Perbedaan yang dirasakan Tim Sumut Pos terletak pada suasana rumah Haji Anif jelang subuh kemarin. Seperti tahun lalu, Tim Sumut Pos tiba di rumah yang terletak di Komplek Cemara Asri itu sekira pukul 04.00 WIB. Seperti tahun lalu juga, ketika tiba di gerbang komplek, para sekuriti sudah menunggu dan langsung mengantarkan Tim Sumut Pos ke kediaman tokoh masyarakat Sumut tersebut. Tapi, ketika sampai di depan rumah tersebut, suasana beda terasa. Rumah itu tampak begitu ramai.
Dan, hal itu makin terjawab ketika seorang putri H Anif membuka pintu. Keadaan di dalam rumah ‘penuh’ dengan suara. Terdengar suara anak-anak kecil, suara perempuan, suara peralatan makan yang beradu, dan lainnya. Tim dipersilakan duduk di ruang tamu.
Tak lama kemudian Haji Anif muncul. Senyum khasnya mengembang. “Apa kabar? Bagaimana keadaan anakmu? Bagaimana keadaan keluarga?” beberapa tanya itu keluar dari mulut Haji Anif yang kemarin mengenakan pakaian santai.
Perbincangan pun berlanjut. Tidak ada topik dominan. Percakapan mengalir ke mana suka. Mulai dari keadaan keluarga hingga peristiwa kerusuhan di Lapas Tanjunggusta. “Ngeri ya, ratusan napi kabur. Makanya, saya minta sekuriti (Komplek Cemara Asri) untuk lebih waspada,” kata Haji Anif soal kerusuhan di Tanjunggusta.
“Ada empat puluhan yang sudah ditangkap Pak. Beberapa malah ditangkap di Langkat,” balas Sumut Pos.
“Langkat? Sudah sempat jauh ya. Tapi begitulah, Lapas itu memang sudah kepenuhan,” timpal Haji Anif lagi.
Perbincangan lalu berpindah ke ruang makan. Putri ketiga Haji Anif mengajak kami untuk pindah karena waktu imsyak semakin dekat. Tak ada yang membantah permintaan itu. Kami, termasuk Haji Anif, secara rela berpindah tempat.
Saat pindah tempat itulah baru ketahuan rumah itu ternyata ‘dipenuhi’ anak dan cucu serta cicit Haji Anif. Tokoh yang dianggap sebagai ‘Bapak Sumut’ ini pun langsung memperkenalkan tiga putrinya yang hadir di sana. Selain putri ketiganya yang membuka pintu dan menyarankan pindah tempat ngobrol tadi, ada putri pertama dan putri keempat Haji Anif yang hadir. Selain itu, beberapa cucu dan cicit Haji Anif tak ketinggalan. Sebuah pengalaman yang menarik karena selama ini Sumut Pos ‘hanya’ akrab dengan putra Haji Anif.
Santapan yang dihidangkan langsung menggoda mata Tim Sumut Pos. “Ayo dimakan, jangan malu,” ajak seorang putri Haji Anif.
Tak perlu lama, musik meja makan langsung memenuhi ruangan. Denting sendok dan garpu menjadi nyanyian yang ceria. Ya, sahur kemarin memang penuh dengan suasana ceria. Sembari makanan masuk ke mulut, obrolan tiada berhenti. Haji Anif lebih banyak bertanya tentang kehidupan Tim Sumut Pos. Contohnya soal jam kerja. “Luar biasa, kalian kerja sampai dini hari,” takjub Haji Anif begitu dengar Sumut Pos biasanya mulai cetak pukul 02.00 dini hari.
“Tapi, begitulah, kalau kerja dengan perasaan senang semuanya tidak akan terasa. Saya pernah diminta menjadi anggota dewan, tapi saya tolak karena itu bukan dunia saya. Saya percaya kalau saya terima tawaran itu, umur saya tidak akan sepanjang sekarang,” kekeh ayah dari sembilan anak yang kini telah berusia 74 tahun itu.
Kakek dari 27 cucu ini pun mengajarkan ilmu ikhlas pada Tim Sumut Pos. Artinya, dalam berbuat jangan diselipkan tipu muslihat. “Pasti ada peran serta Allah dalam kehidupan kita dan saya sangat merasakan hal itu pada hidup saya. Saya tidak akan menjadi seperti ini jika tidak ada peran Allah,” terang sosok yang sebentar lagi memiliki 3 cicit ini.
Obrolan mulai berhenti ketika tiba waktu imsyak. Tim Sumut Pos harus kembali ke ‘kandang’. Sebelum pulang, Haji Anif kembali menekankan soal indahnya berbagi kepada sesama. Dan, secara tak langsung, Sumut Pos menangkap kalau hal itulah resep hidup ceria ala Haji Anif. “Semoga tahun depan kita bisa jumpa lagi,” ucapnya.
“Amin,” jawab Tim Sumut Pos serempak. (tim)