28 C
Medan
Thursday, November 21, 2024
spot_img

Canda Kecil sebagai Menu Pembuka ala Anuar Shah

Tim Sahur Sumut Pos kali ini mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke kediaman seorang tokoh pemuda yang cukup dikenal di Sumatera Utara. Ya siapa lagi kalau bukan Anuar Shah.

SAHUR: Anuar Shah saat sahur bersama keluarga  kediamannya  Jalan Kiwi, Kecamatan Medan Sunggal.//ANDRI GINTING/SUMUT POS
SAHUR: Anuar Shah saat sahur bersama keluarga di kediamannya di Jalan Kiwi, Kecamatan Medan Sunggal.//ANDRI GINTING/SUMUT POS

Senyum hangat Anuar Shah membuka pertemuan dengan tim sahur Sumut Pos yang tiba di kediamannya sekitar pukul 04.00 WIB.
Ya, sebuah kesan kekeluargaan begitu kental terasa saat pria yang akrab disapa Aweng ini menyapa dan memberi salam.

Apalagi Anuar yang mengaku baru beristirahat sekitar dua jam setelah melalui perjalanan dari Jakarta, tak menyurutkannya untuk duduk bersama di teras rumahnya.

“Sudah lama menunggu? Maaf ya, saya baru tidur pukul 02.00 WIB jadi agak lama ni bangunnya,” ujar Anuar saat mempersilahkan kedatangan tim.

Menyadari jam sahur mulai mendekati imsak, Anuar langsung mengajak tim untuk santap sahur bersamanya di ruang makan. Percakapan mengalir di meja makan, dari rencana UU Ormas hingga pencalonan presiden tahun 2014 mendatang.

Selain menyetujui UU Ormas disahkan, Anuar juga memprediksi kekuatan Dahlan Iskan menduduki kursi RI 1 jika disandingkan dengan Mahfud MD.

Diamping itu, Anuar Shah juga meneropong bursa pencalonan. Menurutnya mencalonkan diri ibarat berperang, harus memiliki strategi. “Kalau tidak punya peluang mending mundur aja, selain uang habis, malu kita gak menang,” tuturnya lagi.

Di sela-sela pembicaraan, Anuar juga bercerita bagaimana bedanya menjadi tokoh dulu dan sekarang. Kalau tokoh zaman dahulu biasanya bilang Anuar, akan merasakan pahitnya penjara sebelum menjadi seorang pejabat. “Contohnya Soekarno dan Hatta. Mereka kan dipenjara dulu baru jadi pemimpin kan? Bedanya kalau sekarang sudah menjadi pejabat baru dipenjara,” ucapnya dengan penuh canda.

Percakapan terus mengalir hingga larinya sejumlah tahanan di Batam, pascatragedi serupa melanda Tanjunggusta beberapa waktu lalu. Menurutnya, 70 persen penghuni Kota Batam adalah orang Sumut, sehingga tidak jauh berbeda dengan kejadian yang ada di Sumut.
Anuar juga menganggap Sumut sebagai Provinsi yang kompleks. Karena sejumlah tokoh di berbagai daerah di Indonesia. Jadi seperti analoginya anak Medan, jadi kambing di kampung sendiri tapi benteng di kampung orang itu sangat disetujui oleh Anuar.
”Saya 1985 saya kuliah di Aceh, 1989 saya buka usaha di Kalbar dan buktinya berhasil.

Bahkan saya di sana (Kalbar) menjabat ketua Komando Inti PP, di Pontianak,” terangnya. Setidaknya bilang Anuar banyak pengalaman yang didapatnya di perantauan seperti mengurus PP di Kalbar bersama seorang tokoh yang kini sudah terkenal, yakni Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) Akil Mochtar.

”Dulu dia masih pengacara susah. Sekarang bayangkan saja presiden pun menelepon dia (Akil). Kalau dulu Lurah pun tak pernah nelpon dia,” ucap Anuar menirukan percakapan dengan Akil Anuar sembari tersenyum mengngat pengalaman hidupnya.

Jika dituruti nafsu, masih banyak percakapan yang harusnya mengalir dibalut rasa keakraban. Sayangnya semua harus ditunda sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Berhubung jam menunjukkan masuknya salat subuh maka tim Sumut Pos menyegerakan melaksanakan fardu wajib secara berjamaah di kediamannya.

Pertemuan akhirnya berujung tanpa menghilangkan budaya ketimuran, apalagi kalau bukan saling bersalaman dan meminta izin berpamit sila. (tim)

Tim Sahur Sumut Pos kali ini mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke kediaman seorang tokoh pemuda yang cukup dikenal di Sumatera Utara. Ya siapa lagi kalau bukan Anuar Shah.

SAHUR: Anuar Shah saat sahur bersama keluarga  kediamannya  Jalan Kiwi, Kecamatan Medan Sunggal.//ANDRI GINTING/SUMUT POS
SAHUR: Anuar Shah saat sahur bersama keluarga di kediamannya di Jalan Kiwi, Kecamatan Medan Sunggal.//ANDRI GINTING/SUMUT POS

Senyum hangat Anuar Shah membuka pertemuan dengan tim sahur Sumut Pos yang tiba di kediamannya sekitar pukul 04.00 WIB.
Ya, sebuah kesan kekeluargaan begitu kental terasa saat pria yang akrab disapa Aweng ini menyapa dan memberi salam.

Apalagi Anuar yang mengaku baru beristirahat sekitar dua jam setelah melalui perjalanan dari Jakarta, tak menyurutkannya untuk duduk bersama di teras rumahnya.

“Sudah lama menunggu? Maaf ya, saya baru tidur pukul 02.00 WIB jadi agak lama ni bangunnya,” ujar Anuar saat mempersilahkan kedatangan tim.

Menyadari jam sahur mulai mendekati imsak, Anuar langsung mengajak tim untuk santap sahur bersamanya di ruang makan. Percakapan mengalir di meja makan, dari rencana UU Ormas hingga pencalonan presiden tahun 2014 mendatang.

Selain menyetujui UU Ormas disahkan, Anuar juga memprediksi kekuatan Dahlan Iskan menduduki kursi RI 1 jika disandingkan dengan Mahfud MD.

Diamping itu, Anuar Shah juga meneropong bursa pencalonan. Menurutnya mencalonkan diri ibarat berperang, harus memiliki strategi. “Kalau tidak punya peluang mending mundur aja, selain uang habis, malu kita gak menang,” tuturnya lagi.

Di sela-sela pembicaraan, Anuar juga bercerita bagaimana bedanya menjadi tokoh dulu dan sekarang. Kalau tokoh zaman dahulu biasanya bilang Anuar, akan merasakan pahitnya penjara sebelum menjadi seorang pejabat. “Contohnya Soekarno dan Hatta. Mereka kan dipenjara dulu baru jadi pemimpin kan? Bedanya kalau sekarang sudah menjadi pejabat baru dipenjara,” ucapnya dengan penuh canda.

Percakapan terus mengalir hingga larinya sejumlah tahanan di Batam, pascatragedi serupa melanda Tanjunggusta beberapa waktu lalu. Menurutnya, 70 persen penghuni Kota Batam adalah orang Sumut, sehingga tidak jauh berbeda dengan kejadian yang ada di Sumut.
Anuar juga menganggap Sumut sebagai Provinsi yang kompleks. Karena sejumlah tokoh di berbagai daerah di Indonesia. Jadi seperti analoginya anak Medan, jadi kambing di kampung sendiri tapi benteng di kampung orang itu sangat disetujui oleh Anuar.
”Saya 1985 saya kuliah di Aceh, 1989 saya buka usaha di Kalbar dan buktinya berhasil.

Bahkan saya di sana (Kalbar) menjabat ketua Komando Inti PP, di Pontianak,” terangnya. Setidaknya bilang Anuar banyak pengalaman yang didapatnya di perantauan seperti mengurus PP di Kalbar bersama seorang tokoh yang kini sudah terkenal, yakni Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) Akil Mochtar.

”Dulu dia masih pengacara susah. Sekarang bayangkan saja presiden pun menelepon dia (Akil). Kalau dulu Lurah pun tak pernah nelpon dia,” ucap Anuar menirukan percakapan dengan Akil Anuar sembari tersenyum mengngat pengalaman hidupnya.

Jika dituruti nafsu, masih banyak percakapan yang harusnya mengalir dibalut rasa keakraban. Sayangnya semua harus ditunda sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Berhubung jam menunjukkan masuknya salat subuh maka tim Sumut Pos menyegerakan melaksanakan fardu wajib secara berjamaah di kediamannya.

Pertemuan akhirnya berujung tanpa menghilangkan budaya ketimuran, apalagi kalau bukan saling bersalaman dan meminta izin berpamit sila. (tim)

Artikel Terkait

Berpolitik Itu Harus Ikhlas…

Dari Pengajian ke Ranah Politik

Ingin Menumpuk Amal

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/