Sahur Bersama Tokoh di Sumut, Asren Nasution (18)
Rumah panggung beraksitektur Melayu itu begitu menonjol. Pagar besi berwarna hitam yang mengelilinginya pun tampak menawan. Belum lagi, di sekiling rumah itu terdapat pepohonan dan bunga yang tumbuh subur. Asri.
Tim Sumut Pos, Medan
Begitulah kesan yang ditangkap Tim Sumut Pos begitu tiba di depan rumah Kepala Dinas Informasi Komunikasi (Infokom) Sumatera Utara Dr H Asren Nasution SH. Kesan yang sama juga ketika tim dipersilakan masuk seorang pria remaja yang tampaknya memang sedang menunggu Sumut Pos. Bagian dalam rumah itu tak kalah indah dengan bagian luarnya. “Silahkan masuk Bang. Bapak baru saja bangun,’’ ujar pria tersebut sembari berlalu.
Tidak berapa lama sang pemilik rumah keluar menyusul. Dengan memakai baju koko putih dan peci hitam dia pun menyambut tim dengan ramah. Suaranya terdengar parau. “Saya baru sampai jam dua tadi (dini hari), usai pulang Safari Ramadan bersama Pak Gubernur (Plt Gubsu, Gatot Pujo Nugroho, Red),’’ ujar Asren Nasution yang merupakan mantan Kepala Penerangan Kodam I/BB itu.
Setelah mengawali pembicaraan ringan, tiba-tiba seorang wanita berjilbab putih, istri Asren Nasution dari datang dengan membawakan teh manis panas.
‘’Silahkan minum mumpung masiuh hangat,’’ ujar wanita itu dengan ramah.
Tidak lama kemudian, Asren Nasution meminta istrinya untuk mempersiapkan hidangan santapan sahur.’’ Ummi (ibu dalam bahasa Arab) siapkan ya hidangan sahur kita,’’ ujarnya.
Menunggu hidangan santapan sahur selesai digelar di atas meja makan, mantan tentara ini mulai bercerita pengalamannya sejak berdinas di TNI hingga di Pemprovsu. Di sofa yang sederhana di bawah panggung utama, Asren Nasution mulai mengawali ceritanya.
‘’Saya tamatan dari Madrasah Alwasliyah di Tanjungtiram Batubara. Ayah saya, mengirim saya sekolah di Medan untuk masuk Asrama Univa. Ketika itu kepala asrama itu mertua saya,’’ ucap Asren.
Di Medan, Asren tidak memiliki kenalan lain kecuali sopir bus jurusan Batubara. Ini tak lain karena ayahnya adalah seorang tukang tempel ban. Bahkan, dia sempat melarikan diri pulang ke kampung dengan menumpang bus. “Tidak bayar, ayah saya cukup dikenal oleh para sopir bus,” akunya.
Asren mengaku melarikan diri karena merasa sendirian di Medan. Pun, karena dia masih kecil, berbeda dengan penghuni asrama lainnya yang rata-rata sudah mahasiswa. Tapi, sang ayah ngotot. Asren dikirim lagi ke Medan. Kali ini, sanga ayah langsung mengantar ke rumah kepala asrama.
“Ayah saya langsung menitipkan saya pada kepala asrama itu. Sejak itu, saya menjadi murid kepala asrama itu,” kenang Asren.
Asren pun kemudian bersekolah bersungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita. “Ayah saya pesan, dia tidak mau saya mengikuti jejaknya sebagai penambal ban,” tambah Asren.
Nah, sang kepala asrama itu memiliki putri yang kemudian disunting Asren. ‘’Saya kulioah dengan serius. Semester 7 saya sudah KKN. Ketika tamat dari tentara saya langsung meminang anak kepala asrama tadi,” ucap Asren sambil tersenyum.
Meski begitu, bukan berarti kehidupan Asren berjalan dengan mudah. “Zaman itu memang sulit. Kami tinggal di garasi mobil mess di Lombok. Saat itu istri saya hamil dan saya malah ditugaskan ke Timor Timur,’’ tegas Asren.
‘’Saya memiliki 5 anak, 4 lahir di Lombak. Ketika itu Lombok masih payah. Daerah paling rawan,” tambahnya.
Tapi, kata Asren, begitulah hidup. Semua memang harus merakak dari bawah. Kini, Asren telah menjelma menjadi sosok yang cukup diperhitungkan. ‘’Pada 2001, saya pernah jadi Kasdim dan anggota DPRD dari Fraksi TNI untuk PAW satu tahun di Riau,’’ ujarnya.
Mantan kepala bimbingan mental (Kabintal) Kostrad ini juga mengatakan kalau istrinya adalah guru dan mengajar di perguruan tinggi dan SMA Negeri 12 Helvetia yang berstatus PNS.
Tak terasa waktu terlalu cepat saat Asren mengenang masa lalu. Seandainya sang istri tak mengingatkan, mungkin kami tidak akan sahur. ‘’Buya, hidangan telah selesai mari kita makan, nanti keburu imsak,’’ ujar sang istri.
Tak pelak, kami terburu ke meja makan yang berada di ruang bagian tengah. Di meja makan berbetuk persegi panjang, telah menunggu anak-anak Asren. Satu di antaranya adalah seorang taruna Akademi Militer berpangkat sersan mayor. Dia adalah MY Nasution. Selain itu, ada juga anak Asren yang bertubuh atletis. Belakangan diketahui dia adalah mahasiswa USU jurusan psikologi.
Menu sederhana yang disediakan istri Asren cukup menggoda selera. Tim Sumut Pos pun tanpa sungkan langsung melahap ikan sambal, ikan asin goreng, sambal cabai merah dengan irisan bawang, sayur rebus bayam, nasi putih, dan hidangan pencuci mulut melon.
‘’Entah kenapa anak-anak saya begitu ingin menjadi tentara. Ini anak saya yang kuliah di psikologi pun katanya mau masuk tentara. Saya sama sekali tidak menyuruh atau mengharuskan mereka memilih hal itu.Tapi, mereka sepertinya ngotot,’’ ujar Asren sembari makan.
Usai santap sahur, setelah imasak, Tim Sumut Pos pun permisi pulang. Asren mengantar sampai ke pagar. “Jangan sungkan-sungkan kemari ya,” katanya. (*)