Safari Ramadhan DPW PNTI Sumut
MEDAN- Rombongan tim safari Ramadhan Dewan Pimpinan Wilayah Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (DPW PNTI) Sumut melakukan kunjungan ke Masjid Baiturrahman Kampung Nelayan Belawan Medan, belum lama ini. Bersama rombongan, turut hadir Gus Irawan Pasaribu dan Ustadz H Thamrin Munthe yang bersilaturahmi langsung dengan nelayan tradisional.
Untuk tiba di lokasi, tim safari harus menggunakan sampan tradisional menyeberangi laut ditempuh selama 10 menit. Di lokasi, DPW PNTI Sumut memberikan bingkisan pada 400 nelayan.
Sangkot Sirait, Ketua DPW PNTI Sumut didampingi Sekretaris Benny Hidayat Pane mengatakan, kedatangan tim di Kampung Nelayan sudah direncanakan jauh hari. Pertemuan ini berguna untuk bersilaturahmi langsung dengan para nelayan tradisional di Belawan.
”Kehidupan nelayan tradisional cukup memprihatinkan, sejumlah persoalan nelayan tradisional saat melaut kerap ditemukan. Keberpihakan pemerintah akan masa depan nelayan tradisional masih jauh diharapkan. Keberadaan PNTI akan memperjuangkan dan mengadvokasi persoalan nelayan tradisional,” terangnya.
Saat ini PNTI Sumut telah membentuk Lembaga Bantuan Hukum Nelayan. Lembaga ini concern membela nelayan tradisional memperjuangkan hak-hak hukumnya dan mendampingi nelayan saat berbenturan dengan aspek hukum, tegas Sangkot.
Gus Irawan Pasaribu selaku ketua dewan penasehat PNTI Sumut menegaskan, persoalan nelayan tradisional masih butuh perhatian serius. Tidak saja persoalan melaut, tapi masalah pendidikan, kelayakan hidup bertempat tinggal dan persoalan ekonomi patut dijadikan prioritas. Kemiskinan di sekitar masyarakat nelayan akibat masih belum berpihaknya kebijakan pemerintah pada nasib nelayan. ”Belum lagi persoalan batas zona tangkap yang terkadang membingungkan nelayan tradisional. Harapan kita untuk masa mendatang, kita semua dan PNTI Sumut berjuang bersama mensejahterakan nelayan tradisional,” kata dia.
Ustadz Thamrin Munthe yang juga Walikota Tanjung Balai dalam tausyiahnya menekankan pentingnya silaturahmi. Bersilaturahmi justru membuka seluruh ruang kehidupan untuk bisa keluar dari himpitan persoalan hidup. Ramadan ini media silaturahmi yang paling tepat. “Kita harus mengubah cara berfikir dari terbelakang menuju arah yang lebih maju,” tutupnya. (mea/rel)