31.7 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Ikan Tauco, Pengkaderan, hingga Sang Inspirator

Sahur Bersama Tokoh Masyarakat Sumut, Fadly Nurzal (24)

Ikan tauco jadi bahasan pembuka saat Tim Sahur Sumut Pos bertandang ke rumah Ketua DPW PPP Sumut H Fadly Nurzal SAg. Pasalnya, menu ikan tauco itu menjadi panganan yang paling diidamkannya pada bulan Ramadan seperti ini. Bagaimana selanjutnya?

Tim Sumut Pos, Medan

SAHUR: Ketua PPP Sumut, Fadly Nurzal  keluarga saat  sahur bersama Sumut Pos  kediaman mereka  Jalan STM Medan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
SAHUR: Ketua PPP Sumut, Fadly Nurzal dan keluarga saat sahur bersama Sumut Pos di kediaman mereka di Jalan STM Medan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Tak seperti biasa, Tim Sahur Sumut Pos berangkat dari Kantor Sumut Pos Gedung Graha Pena Jalan Sisingamangaraja Medan sedikit terlambat. Namun, keterlambatan tersebut memang disengaja. Alasannya, kediaman tokoh masyarakat Sumut yang satu ini tak jauh dari Graha Pena. Tepatnya di Jalan STM No 66 Medan, hanya ditempuh dengan waktu 10 menit untuk sampai ke lokasi.

Setibanya di rumah bergaya modern dan canggih itu (pagarnya terbuka otomatis), tepatnya pukul 03.50 WIB, Tim Sahur Sumut Pos pun dikagetkan dengan keadaan rumah yang cukup ramai. Usut punya usut, ternyata Bang Fadly baru saja menggelar buka puasa.

bersama kader PPP, sorenya. Para kader itu pun bertahan di rumah hingga sahur. Hal tersebut pun terjadi karena para kader sudah menganggap rumah Bang Fadly sebagai rumah mereka sendiri. Dan, Bang Fadly pun membenarkan hal itu.

“Suasananya memang selalu seperti sekarang ini. Meski saya tak di rumah, mereka sudah sangat mengenal dan dekat dengan isteri saya. Jadi mereka sudah menganggap rumah ini sebagai rumah mereka juga,” ungkap alumni IAIN Sumut itu.

Sejatinya di rumah tersebut Bang Fadly tinggal bersama sang isteri Lily Widyastuti dan empat keponakannya; dua laki-laki dan dua perempuan.

Begitu sampai, Tim Sahur Sumut Pos pun dipersilahkan masuk ke ruang tamu. Namun, Bang Fadly belum menjumpai Tim Sahur Sumut Pos. Nampaknya Bang Fadly memang keletihan usai mengikuti berbagai acara termasuk berbuka puasa di rumahnya.

Sekira pukul 04.20 WIB barulah Bang Fadly menjumpai Tim Sahur Sumut Pos dengan mengenakan sarung dan kaos putih. Beliau pun menyalami satu per satu anggota tim. Belum sempat berkata-kata Bang Fadly sudah langsung mengajak Tim Sahur Sumut Pos untuk berpindah ke ruang makan agar memulai santap sahur. Dari situ pula dia mengungkapkan, ikan tauco merupakan makanan favoritnya saat bulan puasa seperti ini.

“Kalau bulan puasa saya sangat gemar makan ikan tauco. Selain itu, untuk menunjang kegiatan yang padat saya juga mengonsumsi vitamin sebagai suplemen,” jelasnya.

Setelah dipancing membincangkan Parpol, barulah Bang Fadly mengalihkan pembicaraan mengenai Parpol Islam yang baru dipimpinnya di periode kedua. Secara runut, Bang Fadly pun menceritakan tahapan bagaimana dia mulai berkecimpung di dunia politik.

Di lingkungan keluarga Bang Fadly sudah dikenalkan dan akrab dengan politik. Pasalnya, kedua orangtuanya, M Noor Pohan (almarhum) dan Hj Saleha (almarhumah), sama- sama berkecimpung di dunia politik. Sang ayah hanya berkutat di Parpol, namun sang ibu yang menjadi inspirator sekaligus motivator baginya, sempat menjadi anggota DPRD Asahan selama 22 tahun lebih.

Sejak ibtidaiyah hingga tingkat aliyah Bang Fadly menempuh pendidikannya di pesantren Darul Ulum. Meski waktu itu tidak ada penolakan dari Bang Fadly untuk menggeluti dunia keagamaan di pesantren. Begitu tamat, Bang Fadly yang kerap dipanggil Gubel (panggilan kecil di lingkungan keluarga) dihadapkan pemahaman orangtua yang melarangnya berkecimpung di dunia politik tapi lebih ke keagamaan. Karena itu terjadi perdebatan panjang. Namun, karena tetap bersikeras Bang Fadly menawarkan kepada kedua orantuanya untuk memilih jurusan politik dan keagamaan secara bersamaan pada Sipenmaru. Pilihan politik jatuh pada Fisipol UGM dan USU dan bidang keagamaan di IAIN Sumut.

Akhirnya, Bang Fadly lulus di IAIN. Karena tetap bertahan ingin berkecimpung di dunia politik dia pun membaca seluruh silabus tiap jurusan di IAIN Sumut waktu itu. Pilihannya pun jatuh ke Jurusan Muamalah Jinayah Siyasah Fakultas Syariah.

“Setelah dilihat, jurusan itu ada bersentuhan dengan politik. Karena itu saya memilihnya,” tutur Bang Fadly.

Setamat dari IAIN Sumut, Bang Fadly mengaku sangat aktif berorganisasi termasuk Forum Indonesia Muda (FIM). FIM merupakan cikal bakal perkumpulan aktivis kampus setelah tamat dan keluar dari kegiatan ekstra kampus. Hingga akhirnya Bang Fadly bergabung dengan PPP.

Menurutnya, hingga saat ini yang menjadi obsesinya adalah menyamakan persepsi Parpol dan bisa bergandengan tangan. “Kita harus bisa mempertontonkan persamaan persepsi itu kepada umat. Kita tunjukkan bahwa kita itu bisa bersatu,” ujarnya.

Bang Fadly juga berharap, Politik Islam harus bisa jadi solusi, karena Islam sendiri adalah Rahmatan lil alamin. Jadi menurutnya, tidak ada alasan untuk tidak mengajukan konsep tersebut karena konsep itu adalah konsep bagi seluruh umat, tanpa mengintimidasi aliran lain.

“Jadi, politik itu juga harus dinamis. Layaknya teori pendulum, di atas tak ada goncangan tapi di bawah bisa bergerak 180 derajat. Karena itu pula pemimpin harus bisa mengontrol bawahannya dengan bijak,” tambah Bang Fadly.

Mengenai pengkaderan, menurutnya PPP memang didirikan oleh para ulama untuk kemaslahatan umat. Selain itu, lambang PPP yang bergambar Kabah merupakan simbol keberagaman umat Islam di dunia.

“Karena itu Politik Islam tak bisa menyiapkan rencana dengan cepat. Karena Politik Islam belum bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena itu pula ada kasus partai Islam bisa kalah suada di daerah pemilihan yang mayoritas penduduknya Islam. Nah, dengan adanya hal itu, dituntut pula agar partai Islam untuk terus bertahan tentunya dengan pengkaderan yang mapan,” jabarnya.

Berbicara soal motivasi, Bang Fadly berucap bahwa sang ibu merupakan inspirator terbaiknya dalam hal berpolitik. Selain memiliki pengalaman yang tinggi, kalimat-kalimatnya sering dijadikan nasihat dan inspirasi. Seperti ‘Jangan pergi sendiri kamu akan hilang sendiri’ yang berarti untuk menyukseskan program dibutuhkan keterkaitan dengan orang lain. Selain itu, ‘No eagle flying alone’ yang bermaksud setiap visi-misi memang harus didukung dengan bukti-bukti nyata.

“Nah untuk memperbaiki keadaan politik saat ini adalah dengan melakukan auto critic. Contohnya di bidang pertanian maka filosofinya untuk menyukseskan pertanian sebelah kaki kita sudah berada di dalam lumpur. Di perikanan, sebelah tangan kita sudah berada di laut. Intinya, untuk menyukseskan satu program kita harus siap dengan berbagai kemapanan,” terang Bang Fadly lagi.

Untuk PPP dia berharap tradisi amanah dan milik semua umat itu bisa bertahan. “Yang saya cita-citakan yakni PPP itu bisa jadi rumah semua umat Islam,” harapnya.

Tak terasa pengumuman imsak dari corong masjid pun terdengar. Tim Sahur Sumut Pos pun bergegas berpamitan yang disambut dengan sapaan dan bersalaman hangat dari tuan rumah. (*)

Sahur Bersama Tokoh Masyarakat Sumut, Fadly Nurzal (24)

Ikan tauco jadi bahasan pembuka saat Tim Sahur Sumut Pos bertandang ke rumah Ketua DPW PPP Sumut H Fadly Nurzal SAg. Pasalnya, menu ikan tauco itu menjadi panganan yang paling diidamkannya pada bulan Ramadan seperti ini. Bagaimana selanjutnya?

Tim Sumut Pos, Medan

SAHUR: Ketua PPP Sumut, Fadly Nurzal  keluarga saat  sahur bersama Sumut Pos  kediaman mereka  Jalan STM Medan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
SAHUR: Ketua PPP Sumut, Fadly Nurzal dan keluarga saat sahur bersama Sumut Pos di kediaman mereka di Jalan STM Medan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Tak seperti biasa, Tim Sahur Sumut Pos berangkat dari Kantor Sumut Pos Gedung Graha Pena Jalan Sisingamangaraja Medan sedikit terlambat. Namun, keterlambatan tersebut memang disengaja. Alasannya, kediaman tokoh masyarakat Sumut yang satu ini tak jauh dari Graha Pena. Tepatnya di Jalan STM No 66 Medan, hanya ditempuh dengan waktu 10 menit untuk sampai ke lokasi.

Setibanya di rumah bergaya modern dan canggih itu (pagarnya terbuka otomatis), tepatnya pukul 03.50 WIB, Tim Sahur Sumut Pos pun dikagetkan dengan keadaan rumah yang cukup ramai. Usut punya usut, ternyata Bang Fadly baru saja menggelar buka puasa.

bersama kader PPP, sorenya. Para kader itu pun bertahan di rumah hingga sahur. Hal tersebut pun terjadi karena para kader sudah menganggap rumah Bang Fadly sebagai rumah mereka sendiri. Dan, Bang Fadly pun membenarkan hal itu.

“Suasananya memang selalu seperti sekarang ini. Meski saya tak di rumah, mereka sudah sangat mengenal dan dekat dengan isteri saya. Jadi mereka sudah menganggap rumah ini sebagai rumah mereka juga,” ungkap alumni IAIN Sumut itu.

Sejatinya di rumah tersebut Bang Fadly tinggal bersama sang isteri Lily Widyastuti dan empat keponakannya; dua laki-laki dan dua perempuan.

Begitu sampai, Tim Sahur Sumut Pos pun dipersilahkan masuk ke ruang tamu. Namun, Bang Fadly belum menjumpai Tim Sahur Sumut Pos. Nampaknya Bang Fadly memang keletihan usai mengikuti berbagai acara termasuk berbuka puasa di rumahnya.

Sekira pukul 04.20 WIB barulah Bang Fadly menjumpai Tim Sahur Sumut Pos dengan mengenakan sarung dan kaos putih. Beliau pun menyalami satu per satu anggota tim. Belum sempat berkata-kata Bang Fadly sudah langsung mengajak Tim Sahur Sumut Pos untuk berpindah ke ruang makan agar memulai santap sahur. Dari situ pula dia mengungkapkan, ikan tauco merupakan makanan favoritnya saat bulan puasa seperti ini.

“Kalau bulan puasa saya sangat gemar makan ikan tauco. Selain itu, untuk menunjang kegiatan yang padat saya juga mengonsumsi vitamin sebagai suplemen,” jelasnya.

Setelah dipancing membincangkan Parpol, barulah Bang Fadly mengalihkan pembicaraan mengenai Parpol Islam yang baru dipimpinnya di periode kedua. Secara runut, Bang Fadly pun menceritakan tahapan bagaimana dia mulai berkecimpung di dunia politik.

Di lingkungan keluarga Bang Fadly sudah dikenalkan dan akrab dengan politik. Pasalnya, kedua orangtuanya, M Noor Pohan (almarhum) dan Hj Saleha (almarhumah), sama- sama berkecimpung di dunia politik. Sang ayah hanya berkutat di Parpol, namun sang ibu yang menjadi inspirator sekaligus motivator baginya, sempat menjadi anggota DPRD Asahan selama 22 tahun lebih.

Sejak ibtidaiyah hingga tingkat aliyah Bang Fadly menempuh pendidikannya di pesantren Darul Ulum. Meski waktu itu tidak ada penolakan dari Bang Fadly untuk menggeluti dunia keagamaan di pesantren. Begitu tamat, Bang Fadly yang kerap dipanggil Gubel (panggilan kecil di lingkungan keluarga) dihadapkan pemahaman orangtua yang melarangnya berkecimpung di dunia politik tapi lebih ke keagamaan. Karena itu terjadi perdebatan panjang. Namun, karena tetap bersikeras Bang Fadly menawarkan kepada kedua orantuanya untuk memilih jurusan politik dan keagamaan secara bersamaan pada Sipenmaru. Pilihan politik jatuh pada Fisipol UGM dan USU dan bidang keagamaan di IAIN Sumut.

Akhirnya, Bang Fadly lulus di IAIN. Karena tetap bertahan ingin berkecimpung di dunia politik dia pun membaca seluruh silabus tiap jurusan di IAIN Sumut waktu itu. Pilihannya pun jatuh ke Jurusan Muamalah Jinayah Siyasah Fakultas Syariah.

“Setelah dilihat, jurusan itu ada bersentuhan dengan politik. Karena itu saya memilihnya,” tutur Bang Fadly.

Setamat dari IAIN Sumut, Bang Fadly mengaku sangat aktif berorganisasi termasuk Forum Indonesia Muda (FIM). FIM merupakan cikal bakal perkumpulan aktivis kampus setelah tamat dan keluar dari kegiatan ekstra kampus. Hingga akhirnya Bang Fadly bergabung dengan PPP.

Menurutnya, hingga saat ini yang menjadi obsesinya adalah menyamakan persepsi Parpol dan bisa bergandengan tangan. “Kita harus bisa mempertontonkan persamaan persepsi itu kepada umat. Kita tunjukkan bahwa kita itu bisa bersatu,” ujarnya.

Bang Fadly juga berharap, Politik Islam harus bisa jadi solusi, karena Islam sendiri adalah Rahmatan lil alamin. Jadi menurutnya, tidak ada alasan untuk tidak mengajukan konsep tersebut karena konsep itu adalah konsep bagi seluruh umat, tanpa mengintimidasi aliran lain.

“Jadi, politik itu juga harus dinamis. Layaknya teori pendulum, di atas tak ada goncangan tapi di bawah bisa bergerak 180 derajat. Karena itu pula pemimpin harus bisa mengontrol bawahannya dengan bijak,” tambah Bang Fadly.

Mengenai pengkaderan, menurutnya PPP memang didirikan oleh para ulama untuk kemaslahatan umat. Selain itu, lambang PPP yang bergambar Kabah merupakan simbol keberagaman umat Islam di dunia.

“Karena itu Politik Islam tak bisa menyiapkan rencana dengan cepat. Karena Politik Islam belum bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena itu pula ada kasus partai Islam bisa kalah suada di daerah pemilihan yang mayoritas penduduknya Islam. Nah, dengan adanya hal itu, dituntut pula agar partai Islam untuk terus bertahan tentunya dengan pengkaderan yang mapan,” jabarnya.

Berbicara soal motivasi, Bang Fadly berucap bahwa sang ibu merupakan inspirator terbaiknya dalam hal berpolitik. Selain memiliki pengalaman yang tinggi, kalimat-kalimatnya sering dijadikan nasihat dan inspirasi. Seperti ‘Jangan pergi sendiri kamu akan hilang sendiri’ yang berarti untuk menyukseskan program dibutuhkan keterkaitan dengan orang lain. Selain itu, ‘No eagle flying alone’ yang bermaksud setiap visi-misi memang harus didukung dengan bukti-bukti nyata.

“Nah untuk memperbaiki keadaan politik saat ini adalah dengan melakukan auto critic. Contohnya di bidang pertanian maka filosofinya untuk menyukseskan pertanian sebelah kaki kita sudah berada di dalam lumpur. Di perikanan, sebelah tangan kita sudah berada di laut. Intinya, untuk menyukseskan satu program kita harus siap dengan berbagai kemapanan,” terang Bang Fadly lagi.

Untuk PPP dia berharap tradisi amanah dan milik semua umat itu bisa bertahan. “Yang saya cita-citakan yakni PPP itu bisa jadi rumah semua umat Islam,” harapnya.

Tak terasa pengumuman imsak dari corong masjid pun terdengar. Tim Sahur Sumut Pos pun bergegas berpamitan yang disambut dengan sapaan dan bersalaman hangat dari tuan rumah. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/