SUMUTPOS.CO – Publik seolah punya kesimpulan sendiri bahwa Hercules A1310 yang jatuh di Medan, Selasa (30/6), usianya sudah uzur dan itu yang menjadi penyebab utama kecelakaan.
Sejumlah petinggi TNI sudah memberikan keterangan bahwa pilot Kapten Sandy Permana sempat minta balik ke Lanud Soewondo sesaat setelah lepas landas. Hal ini disebut sebagai indikasi ada persoalan di mesin yang diketahui pilot setelah take off.
Muncul juga rumor yang sifatnya spekulasi, bahwa overload penumpang menjadi pemicu kecelakaan. Usia lanjut, dipaksa mengangkat beban berat, lantas jatuh. Begitu kira-kira. Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo, lebih percaya faktor mesin adalah pemicunya.
Berikut wawancara wartawan JPNN, Soetomo Samsu dengan Dudi di Jakarta, Rabu (1/7).
T: Analisis Anda, apa penyebab jatuhnya Hercules C-130 di Jalan Djamin Ginting Medan?
J: Menurut saya, satu-satunya faktor penyebab adalah faktor teknis.
T: Faktor teknis apa?
J: Kemungkinan karena ada kerusakan mesin. Jadi faktor teknisnya ya soal mesin. Itu analisis sementara, kemungkinan mesin.
T: Kalau ada anggapan karena pesawat sudah terlampau tua?
J: Ya, itu kait-mengkait, karena sudah tua ada masalah di mesin. Ini kan alutsista. Yang sudah terlalu tua mestinya dikandangkan, dicoret dari daftar alutsista TNI.
T: Hercules itu ternyata juga mengangkut penumpang sipil, bahkan jumlahnya besar, menurut Anda?
J: Saya pikir itu bukan masalah. Setahu saya, memang diperbolehkan orang sipil tapi khusus dari keluarga TNI, ikut naik pesawat itu. Karena mengangkut keluarga itu dianggap sebagai bagian dari operasi mereka.
T: Jadi itu dianggap biasa, tak melanggar aturan?
J: Di negara-negara lain juga boleh kok orang sipil naik pesawat militer. Tapi ya itu, dengan catatan mereka keluarga besar TNI. Hal itu sudah dianggap umum.
T: Mengenai penyebab kecelakaan, itu diinvestigasi sendiri oleh TNI, bukan oleh KNKT. Anda yakin bisa transparan?
J: Iya, memang itu sudah pasti ditangani sendiri oleh militer, bukan oleh KNKT. Sebagai pengamat, kalau ditangani sendiri oleh militer, sudah tentu nanti laporannya akan sangat terbatas.
T: Maksudnya terbatas?
J: Laporan hasil investigasi tidak akan dikeluarkan untuk umum.
T: Mengapa? Apa karena menyangkut alutsista, dianggap menyangkut rahasia negara?
J: Iya, seperti itu kira-kira karena ini menyangkut kekuatan militer, menyangkut negara. Dan harus diketahui, di negara-negara lain, jika menyangkut pesawat militer, juga seperti itu, mereka akan membuat laporan sangat terbatas.
T: Tragedi Hercules di Medan ini, apakah tergolong kecelakaan terbesar alutsista TNI AU?
J: Tidak, menurut saya yang terbesar yang di Condet, Jakarta Timur (5 Oktober 1991). Jumlah prajurit TNI di Hercules yang jatuh di Condet itu juga lebih banyak, 12 kru dan 122 prajurit.
T: Bagaimana Anda melihat letak Lanud Soewondo yang di tengah Kota Medan, dikaitkan dengan jatuhnya Hercules ini di jalan besar?
J: Jangan salahkan Lanud Soewondo. Ini yang salah bukan pangkalan militer itu. Dari sejarahnya, keberadaan lanud itu dulunya di luar kota Medan. Karena Kota Medan berkembang, lanud menjadi berada di tengah kota. Ya mirip dengan Kemayoran, dulu di luar kota Jakarta, tapi karena pembangunan Jakarta berkembang, Kemayoran menjadi berada di tengah kota, lantas dipindah bandaranya.
T: Jadi siapa yang disalahkan?
J: Ini soal penegakan aturan. Saya juga melihat, sekarang ini Bandara Internasional Kualanamu, juga sudah mulai seperti itu. Mulai merembet, pembangunan properti-properti, aktivitas-aktivitas di luar bandara. Mestinya kementerian perhubungan tegas, aturan harus ditegakkan bahwa radius sekian kilometer dari Kualanamu tidak boleh ada kegiatan. Kalau kebun kelapa sawit boleh lah, kalau ada pesawat jatuh ya di kebun sawit itu, tak banyak korban tewas. (sam/deo)