25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Jika Tak Sesak Napas Jangan ke RS, Agar Tidak Terjadi Overload di Rumah Sakit

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, menjabarkan siapa saja pasien Covid-19 yang boleh ke rumah sakit dan sebaiknya berada di rumah atau isolasi mandiri. Sehingga masyarakat bisa memahami dan tak menambah kapasitas rumah sakit yang kian kelebihan beban atau overload. Salah satu syaratnya, kata dia, terpenting adalah tidak ada keluhan sesak napas.

PIHAKNYA ingin memastikan, yang masuk ke rumah sakit adalah orang-orang yang memang harus dirawat di rumah sakit. Ia meminta masyarakat tidak usah panik.

“Kalau tidak ada sesak napas, kalau saturasi oksigennya masih di atas 95 persen kalau tidak ada komorbid, lebih baik dirawat di rumah kalau positif,” katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (1/7)n

Apa itu saturasi oksigen? Adalah kadar oksigen dalam darah. Masyarakat diimbau memiliki oksimeter untuk mengukur saturasi agar tidak terus menurun.”Atau dirawat di isolasi terpusat seperti Wisma Atlet,” paparnya.

Ia justru khawatir jika pasien Covid-18 masuk rumah sakit, malah terekspos dengan viral load yang tinggi di rumah sakit. Ia menegaskan biarkan RS dipakai untuk orang-orang yang memang harus dirawat, sudah masuk kategori sedang ataupun berat. “Kemudian kita akan mendisiplinkan orang yang sudah bisa pulang, tidak menularkan lagi. Kondisinya sudah membaik, kita akan pulangkan,” tutur Menkes Budi.

Ia juga berjanji akan merapikan jalur distribusi oksigen ke rumah sakit. Sehingga supply dan demand oksigen untuk seluruh rumah sakit tak akan terjadu kelangkaan. “Kemudian yang berikutnya kami juga akan menaruh orang di setiap rumah sakit untuk memastikan manajemen ini dijalankan dengan baik, kalau perlu dengan dukungan TNI dan Polri,” ungkapnya.

Kemudian untuk daerah-daerah seperti Jakarta dengan kasus sangat tinggi, sehingga banyak sekali orang yang harus menjalani isolasi mandiri, Kemenkes akan segera mengeluarkan aturan mengenai telemedisin. Sehingga, baik Rumah Sakit, baik itu perusahaan layanan lain bisa melakukan layanan secara telemedisin untuk mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri.

“Termasuk juga pemberian paket obatnya. Sehingga orang yang terkena, dia tidak bisa akses rumah sakit, dia bisa dilayani tetap dengan dokter dan diberikan obat. Nanti dokternya akan ngecek statusnya, sehingga kita bisa arahkan kapan yang bersangkutan harus masuk rumah sakit atau tidak,” tuturnya.

18 Santri Rumah Tahfiz Quran Positif Covid

Sebanyak 18 santri rumah Ma’had Tahfiz Alquran yang berlokasi di Jalan Gaperta Ujung, Kelurahan Tanjung Gusta, Medan Helvetia, dinyatakan positif corona atau covid-19 berdasarkan hasil swab PCR. Camat Medan Helvetia, Andy Mario Siregar, menjelaskan, cluster Rumah Tahfiz Alquran muncul setelah salah seorang pengajar di sana kembali dari Jawa dan juga Tapanuli Selatan (Tapsel).

“Ada guru mereka melakukan perjalanan dari Solo, Jawa terus pergi lagi ke Tapsel, pulang dari Tapsel gak enak badan. Setelah itu Kamis pekan lalu melakukan swab PCR di RS USU dan hasilnya positif,” ujar Andy, ketika dikonfirmasi wartawan, Kamis (1/7).

Selanjutnya dilakukan swab PCR terhadap seluruh penghuni rumah Tahfiz Alquran di Puskesmas Helvetia. “18 ternyata positif. Senin di swab, dapat hasilnya kami lapor ke Pak Wali, rupanya sudah 18. Jadi Pak Wali tadi meninjau dan melihat anak-anak ini, awalnya mereka tidak mau isolasi mandiri di tempat lain, (mau) di tempat itu. Karena Rumah Tahfiz hanya 3 kamar, jadi tidak bisa,” ungkapnya.

Dijelaskannya, karena yang positif Covid-19 berasal dari satu rumah atau tempat tinggal, maka tidak ada dilakukan isolasi lingkungan. Bukan isolasi lingkungan, kebetulan, bagaimana ya, kalau isolasi lingkungan itukan satu lingkungan sudah ada terpapar kurang lebih dari 5 rumah, kan begitu. Kebetulan yang dapat kami cluster seperti pesantren gitu. Tahfiz Alquran dia,” bebernya.

Berdasarkan keterangan pemilik Rumah Tahfiz itu, santri di sana adalah anak yatim putri. “Total ada 24 orang di sana, swab PCR 24 orang, 18 positif, 6 negatif,” kata dia.

Kemudian, lanjutnya, 18 santri yang dinyatakan positif Corona atau Covid-19 sempat menolak untuk diisolasi atau dirujuk ke rumah sakit. Menurut dia, lokasi Rumah Tahfiz tersebut tidak cocok untuk dijadikan sebagai tempat isolasi mandiri. “Di sana hanya ada 3 kamar, yang positif ada 18, gak bisa di sana jadi lokasi isolasi mandiri,” pungkasnya.

Sepekan Tambah 1.366 Kasus

Satgas Penanganan Covid-19 Sumut mencatat, bahwa selama periode 22-28 Juni 2021 atau dalam kurun sepekan, ada penambahan sebanyak 1.366 kasus terkonfirmasi positif Corona di Sumut.

Informasi ini diposting di akun Instagram @pusatkrisiskesehatan_sumut dan website infosumut.id. Sehingga kasus konfirmasi positif Covid-19 di Sumut diketahui mengalami peningkatan sebesar 115 persen dalam empat pekan terakhir.

“Periode tanggal 22 sampai 28 Juni 2021 adalah pekan dengan jumlah tertinggi yang pernah terjadi di Sumut. Hal itu menunjukkan bahwa kasus Covid-19 yang terjadi di Sumut sedang tidak baik-baik saja,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, Irman Oemar, kemarin.

Mengutip keterangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Irman menyebut peningkatan kasus Covid-19 di Sumut, diduga lantaran masyarakat abai atau menganggap remeh soal protokol kesehatan. Diketahui masyarakat diminta patuh dan disiplin terhadap 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarang, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas diri.

“Mari kita saling menjaga dengan disiplin dalam menjalani prokes 5M,” ucap Kadis Kominfo Sumut itu. “Bila tidak mendesak, diharapkan jangan keluar rumah demi meminimalisir tertular Covid-19,” pungkasnya. (jpc/mbc/prn)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, menjabarkan siapa saja pasien Covid-19 yang boleh ke rumah sakit dan sebaiknya berada di rumah atau isolasi mandiri. Sehingga masyarakat bisa memahami dan tak menambah kapasitas rumah sakit yang kian kelebihan beban atau overload. Salah satu syaratnya, kata dia, terpenting adalah tidak ada keluhan sesak napas.

PIHAKNYA ingin memastikan, yang masuk ke rumah sakit adalah orang-orang yang memang harus dirawat di rumah sakit. Ia meminta masyarakat tidak usah panik.

“Kalau tidak ada sesak napas, kalau saturasi oksigennya masih di atas 95 persen kalau tidak ada komorbid, lebih baik dirawat di rumah kalau positif,” katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (1/7)n

Apa itu saturasi oksigen? Adalah kadar oksigen dalam darah. Masyarakat diimbau memiliki oksimeter untuk mengukur saturasi agar tidak terus menurun.”Atau dirawat di isolasi terpusat seperti Wisma Atlet,” paparnya.

Ia justru khawatir jika pasien Covid-18 masuk rumah sakit, malah terekspos dengan viral load yang tinggi di rumah sakit. Ia menegaskan biarkan RS dipakai untuk orang-orang yang memang harus dirawat, sudah masuk kategori sedang ataupun berat. “Kemudian kita akan mendisiplinkan orang yang sudah bisa pulang, tidak menularkan lagi. Kondisinya sudah membaik, kita akan pulangkan,” tutur Menkes Budi.

Ia juga berjanji akan merapikan jalur distribusi oksigen ke rumah sakit. Sehingga supply dan demand oksigen untuk seluruh rumah sakit tak akan terjadu kelangkaan. “Kemudian yang berikutnya kami juga akan menaruh orang di setiap rumah sakit untuk memastikan manajemen ini dijalankan dengan baik, kalau perlu dengan dukungan TNI dan Polri,” ungkapnya.

Kemudian untuk daerah-daerah seperti Jakarta dengan kasus sangat tinggi, sehingga banyak sekali orang yang harus menjalani isolasi mandiri, Kemenkes akan segera mengeluarkan aturan mengenai telemedisin. Sehingga, baik Rumah Sakit, baik itu perusahaan layanan lain bisa melakukan layanan secara telemedisin untuk mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri.

“Termasuk juga pemberian paket obatnya. Sehingga orang yang terkena, dia tidak bisa akses rumah sakit, dia bisa dilayani tetap dengan dokter dan diberikan obat. Nanti dokternya akan ngecek statusnya, sehingga kita bisa arahkan kapan yang bersangkutan harus masuk rumah sakit atau tidak,” tuturnya.

18 Santri Rumah Tahfiz Quran Positif Covid

Sebanyak 18 santri rumah Ma’had Tahfiz Alquran yang berlokasi di Jalan Gaperta Ujung, Kelurahan Tanjung Gusta, Medan Helvetia, dinyatakan positif corona atau covid-19 berdasarkan hasil swab PCR. Camat Medan Helvetia, Andy Mario Siregar, menjelaskan, cluster Rumah Tahfiz Alquran muncul setelah salah seorang pengajar di sana kembali dari Jawa dan juga Tapanuli Selatan (Tapsel).

“Ada guru mereka melakukan perjalanan dari Solo, Jawa terus pergi lagi ke Tapsel, pulang dari Tapsel gak enak badan. Setelah itu Kamis pekan lalu melakukan swab PCR di RS USU dan hasilnya positif,” ujar Andy, ketika dikonfirmasi wartawan, Kamis (1/7).

Selanjutnya dilakukan swab PCR terhadap seluruh penghuni rumah Tahfiz Alquran di Puskesmas Helvetia. “18 ternyata positif. Senin di swab, dapat hasilnya kami lapor ke Pak Wali, rupanya sudah 18. Jadi Pak Wali tadi meninjau dan melihat anak-anak ini, awalnya mereka tidak mau isolasi mandiri di tempat lain, (mau) di tempat itu. Karena Rumah Tahfiz hanya 3 kamar, jadi tidak bisa,” ungkapnya.

Dijelaskannya, karena yang positif Covid-19 berasal dari satu rumah atau tempat tinggal, maka tidak ada dilakukan isolasi lingkungan. Bukan isolasi lingkungan, kebetulan, bagaimana ya, kalau isolasi lingkungan itukan satu lingkungan sudah ada terpapar kurang lebih dari 5 rumah, kan begitu. Kebetulan yang dapat kami cluster seperti pesantren gitu. Tahfiz Alquran dia,” bebernya.

Berdasarkan keterangan pemilik Rumah Tahfiz itu, santri di sana adalah anak yatim putri. “Total ada 24 orang di sana, swab PCR 24 orang, 18 positif, 6 negatif,” kata dia.

Kemudian, lanjutnya, 18 santri yang dinyatakan positif Corona atau Covid-19 sempat menolak untuk diisolasi atau dirujuk ke rumah sakit. Menurut dia, lokasi Rumah Tahfiz tersebut tidak cocok untuk dijadikan sebagai tempat isolasi mandiri. “Di sana hanya ada 3 kamar, yang positif ada 18, gak bisa di sana jadi lokasi isolasi mandiri,” pungkasnya.

Sepekan Tambah 1.366 Kasus

Satgas Penanganan Covid-19 Sumut mencatat, bahwa selama periode 22-28 Juni 2021 atau dalam kurun sepekan, ada penambahan sebanyak 1.366 kasus terkonfirmasi positif Corona di Sumut.

Informasi ini diposting di akun Instagram @pusatkrisiskesehatan_sumut dan website infosumut.id. Sehingga kasus konfirmasi positif Covid-19 di Sumut diketahui mengalami peningkatan sebesar 115 persen dalam empat pekan terakhir.

“Periode tanggal 22 sampai 28 Juni 2021 adalah pekan dengan jumlah tertinggi yang pernah terjadi di Sumut. Hal itu menunjukkan bahwa kasus Covid-19 yang terjadi di Sumut sedang tidak baik-baik saja,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, Irman Oemar, kemarin.

Mengutip keterangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Irman menyebut peningkatan kasus Covid-19 di Sumut, diduga lantaran masyarakat abai atau menganggap remeh soal protokol kesehatan. Diketahui masyarakat diminta patuh dan disiplin terhadap 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarang, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas diri.

“Mari kita saling menjaga dengan disiplin dalam menjalani prokes 5M,” ucap Kadis Kominfo Sumut itu. “Bila tidak mendesak, diharapkan jangan keluar rumah demi meminimalisir tertular Covid-19,” pungkasnya. (jpc/mbc/prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/