25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pilot dan Co-pilot AirAsia QZ8501 Sempat Berganti Kemudi, Hasilnya…

AirAsia.
AirAsia.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pelaksana Tugas Ketua Sub Komite Kecelakaan Pesawat Udara KNKT, Nurcahyo Utomo menyatakan, pilot dan co-pilot AirAsia QZ8501 sempat berganti kemudi saat pesawat dalam keadaan yang tidak stabil pada 28 Desember 2014.

Menurut Cahyo, saat perubahan kemudi, rudder sempat bergerak 2 derajat ke kiri. Selama 9 detik, pesawat terus mengalami kemiringan 2 derajat tiap detik dan akhirnya miring sampai 54 derajat.

Dalam catatan di FDR, selama 9 detik ada kekosongan input dari dua kemudi pesawat. Menurut Cahyo, kemungkinan terjadi miskomunikasi antara pilot dan co-pilot. Di mana pilot meminta push down (mendorong) kemudi, namun co-pilot justru melakukan pull down (menarik) kemudi.

“Kami melihat ada komunikasi yang tidak efektif. Satu meminta pull down, yang satu push down. Misalnya, kalau didorong 5, kemudian ditarik 5, maka hasilnya akan 0. Ini yang sebabkan kekosongan input. Sehingga kendali pesawat jadi tidak saling terkait. Di mana kemudi 1 dan 2 tidak terhubung, jadi pilot saling tidak tahu melakukan apa,” beber Cahyo, kemarin.

Kemudian, setelah pesawat bisa ke level stabil, tiba-tiba ada input di FDR yang menunjukkan hidung pesawat mendongak atau naik dari ketinggian 32 ribu kaki ke 38 ribu kaki. Namun, pesawat terus menerus turun sampai akhirnya terjun ke laut.

Pilot dan co-pilot terus berusaha mengendalikan pesawat yang sudah upset condition alias sudah tak terkendali itu. Sayang, usaha tersebut tak membuahkan hasil.

“Saya tegaskan keadaan ini tidak human eror, tapi karena beberapa faktor yang sudah saya jelaskan sebelumnya,” tandas Cahyo saat menggelar jumpa pers di kantornya, Jakarta, Selasa (1/12). (chi/jpnn)

AirAsia.
AirAsia.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pelaksana Tugas Ketua Sub Komite Kecelakaan Pesawat Udara KNKT, Nurcahyo Utomo menyatakan, pilot dan co-pilot AirAsia QZ8501 sempat berganti kemudi saat pesawat dalam keadaan yang tidak stabil pada 28 Desember 2014.

Menurut Cahyo, saat perubahan kemudi, rudder sempat bergerak 2 derajat ke kiri. Selama 9 detik, pesawat terus mengalami kemiringan 2 derajat tiap detik dan akhirnya miring sampai 54 derajat.

Dalam catatan di FDR, selama 9 detik ada kekosongan input dari dua kemudi pesawat. Menurut Cahyo, kemungkinan terjadi miskomunikasi antara pilot dan co-pilot. Di mana pilot meminta push down (mendorong) kemudi, namun co-pilot justru melakukan pull down (menarik) kemudi.

“Kami melihat ada komunikasi yang tidak efektif. Satu meminta pull down, yang satu push down. Misalnya, kalau didorong 5, kemudian ditarik 5, maka hasilnya akan 0. Ini yang sebabkan kekosongan input. Sehingga kendali pesawat jadi tidak saling terkait. Di mana kemudi 1 dan 2 tidak terhubung, jadi pilot saling tidak tahu melakukan apa,” beber Cahyo, kemarin.

Kemudian, setelah pesawat bisa ke level stabil, tiba-tiba ada input di FDR yang menunjukkan hidung pesawat mendongak atau naik dari ketinggian 32 ribu kaki ke 38 ribu kaki. Namun, pesawat terus menerus turun sampai akhirnya terjun ke laut.

Pilot dan co-pilot terus berusaha mengendalikan pesawat yang sudah upset condition alias sudah tak terkendali itu. Sayang, usaha tersebut tak membuahkan hasil.

“Saya tegaskan keadaan ini tidak human eror, tapi karena beberapa faktor yang sudah saya jelaskan sebelumnya,” tandas Cahyo saat menggelar jumpa pers di kantornya, Jakarta, Selasa (1/12). (chi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/