30 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Hari Ini, Jokowi Lepas Bantuan ke Gaza

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Indonesia akan mengirimkan bantuan untuk Palestina hari ini, Sabtu (4/11). Bantuan kemanusiaan yang berasal dari pemerintah dan masyarakat Indonesia itu, rencananya akan diberangkatkan dan akan dilepas langsung oleh Presiden Joko Widodo dari Bandara Halim Perdanakusuma.

Bantuan tersebut diangkut oleh dua pesawat C-130 Hercules TNI Angkatan Udara dan satu pesawat Airbus sewaan. “Bantuan sudah dikumpulkan, Insyaallah direncanakan besok (dikirm),” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal di Gedung Palapa Kementerian Luar Negeri, Jumat (3/11).

Menurutnya, dua pesawat sudah konfirmasi, satu pesawat hercules, satu pesawat airbus. Iqbal tak merinci, bantuan yang akan dikirim ke Palestina. Namun dia memastikan, Indonesia tidak akan memberi beberapa bantuan yang dipersulit masuk ke Gaza seperti alat penyaring air atau tabung oksigen. “Kita pastikan semua bantuan yang kita kirim adalah yang pasti bisa masuk. Jadi, dari pada kirim sesuatu yang dianggap mubazir, sebelum berangkat, kita pastikan barang yang kita kumpulkan itu bisa masuk ke Gaza nanti,” ujar Iqbal.

Terkait teknis pengiriman bantuan, Iqbal menjelaskan, bantuan kemanusiaan dari Indonesia akan diterbangkan dari Jakarta menuju Bandara El Arish di Mesir, yang lokasinya paling dekat dengan Gaza. Dari bandara tersebut, bantuan akan diserahkan kepada Bulan Sabit Merah Mesir untuk kemudian disalurkan ke Gaza melalui badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC).

Dua badan kemanusiaan tersebut yang beroperasi di Gaza dan bisa menjadi perantara penyaluran bantuan. “Kita memang tidak (bisa) menyalurkan langsung ke Gaza. Ini adalah target realistis, bahwa kita hanya akan mengantarkannya hingga ke Bandara El Arish dan diserahterimakan ke Bulan Sabit Merah Mesir, karena hanya lembaga itu yang diizinkan membawa masuk bantuan ke Gaza,” tutur Iqbal.

 

Pasokan Obat dan Bahan Bakar Terbatas

Sementara, kawasan Jabaliya di sebelah utara Kota Gaza terus diserang oleh Israel selama tiga hari berturut-turut. Para dokter yang merawat korban menggambarkan, situasi di sana sangat mengerikan, dimana mereka melakukan operasi tanpa alat dasar dan anestesi.

Dokter Hussam Abu Safyia adalah direktur ruang pediatrik di Rumah Sakit Kamal Adwan, tempat banyak korban dari serangan ini dirawat. Dikutip dari New York Times pada Jumat (3/11), ia menjelaskan bahwa sebagian besar pasien yang datang adalah anak-anak. “Banyak dari mereka mengalami luka bakar atau kehilangan anggota tubuh,” ungkapnya dengan sedih.

Setelah serangan pertama di Jabaliya pada hari Selasa (31/10), rumah sakit sudah menerima sekitar 40 orang yang tidak selamat dan 250 orang terluka. Pada hari berikutnya, angka itupun ternyata tidak turun dan menyebabkan pasien membludak.

Bahkan, sekolah yang didirikan badan PBB dan digunakan sebagai tempat mengungsi pun diserang pada hari Kamis (2/11). Sekolah tersebut dapat menampung kurang lebih 20 ribu orang, namun semuanya hancur dalam waktu kurang dari 24 jam.

Akibatnya 10 orang tewas dan 80 orang lainnya terluka. “Saya belum pernah melihat luka-luka seburuk ini sepanjang hidup saya,” ujar Dokter Hussam setelahnya.

“Kami melihat banyak anak yang mengalami luka parah, bahkan beberapa di antaranya kehilangan kepala,” pungkasnya.

 

Hizbullah: Dunia Tutup Mata

Pemimpin milisi Hizbullah, Hassan Nasrallah mengatakan, seluruh dunia menutup mata atas agresi militer Israel yang sedang dihadapi rakyat Palestina. “Perjuangan Palestina dan semua yang terjadi di Palestina dilupakan sama sekali. Seluruh dunia menutup mata terhadap mereka,” kata Nasrallah dalam pidato pertamanya merespons agresi Israel sejak 7 Oktober lalu, Jumat (3/11).

Nasrallah mengatakan, tak ada satupun pihak, termasuk komunitas internasional yang “menggerakkan jari mereka” atas apa yang menimpa Palestina saat ini. Dia menyinggung, baik itu Dewan Keamanan PBB, Organisasi Kerja sama Islam (OIC), Uni Eropa, hingga Liga Arab tak satupun yang bersikap nyata merespons konflik ini. Palestina, kata Nasrallah, telah “ditinggalkan total dan dilupakan total.”

“Sebaliknya, kebijakan musuh lebih ganas, menindas, dan memalukan,” ucapnya, menyinggung Israel dan negara-negara Barat.

Nasrallah pun berujar, mesti ada “peristiwa besar yang mengguncang penjajah” sekaligus pendukungnya yakni Amerika Serikat dan Inggris. “Oleh karena itu, harus ada peristiwa besar yang mengguncang rezim Zionis dengan pendukungnya di Washington dan London. Dan untuk membuka kembali isu-isu kemanusiaan ini di hadapan seluruh dunia dan ke permukaan,” ucap dia.

Ini merupakan pernyataan publik pertama Nasrallah merespons perang Hamas vs Israel yang pecah sejak 7 Oktober lalu. Pernyataan publiknya ini menjadi sorotan dan ditunggu-tunggu oleh seluruh dunia karena hingga kini belum ada satupun komentar darinya menanggapi agresi Israel di Gaza.

Konflik di Timur Tengah ini sendiri sudah meluas hingga ke Lebanon Selatan dan melibatkan milisi Hizbullah. Kekhawatiran semakin meningkat setelah kelompok militan Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran menyatakan perang besar dengan Israel.

Konflik seperti ini akan jauh lebih besar dan mematikan dibandingkan perang Israel melawan Hamas di Gaza karena besarnya dan kemampuan pasukan Lebanon. Peningkatan serangan Hizbullah yang tiba-tiba kemarin terhadap sasaran-sasaran di seberang perbatasan di utara Israel merupakan suatu tanda yang tidak baik.

Meskipun mengkhawatirkan, tindakan tersebut masih berada dalam tingkat eskalasi tertentu yang dapat dihadapi oleh pihak Israel dan bukan merupakan tanda awal terjadinya perang dengan skala penuh. Peningkatan permusuhan kemarin, termasuk penggunaan pertama drone bunuh diri bisa saja mengubah perhitungan eskalasi tersebut.

Militer Israel membalas serangan tersebut dengan serangan udara terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon menggunakan tembakan tank dan artileri. Aksi terbaru Hizbullah meningkatkan ketegangan di perbatasan utara Israel ke tingkat tertinggi dalam empat minggu terakhir yang termasuk dalam krisis paling parah antara kedua belah pihak sejak perang Lebanon tahun 2006.

Perhatian terfokus pada pidato Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah yang memberikan komentar publik pertamanya sejak perang Israel dengan Hamas dimulai.

Sadar akan risiko Hizbullah yang didukung oleh Iran, dapat membuka front baru melawan Israel. Amerika Serikat juga telah melakukan segala daya untuk mencegah eskalasi.

Dua kelompok penyerang kapal induk bersenjata lengkap telah dipindahkan ke wilayah tersebut, dengan kemampuan untuk menyerang segala ancaman terhadap aset atau sekutu AS. Upaya diplomatik yang signifikan juga sedang dilakukan dengan pesan-pesan yang disampaikan ke Teheran dan Hizbullah untuk memperingatkan agar tidak memicu terjadinya perang regional. (jpc/bbs/adz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Indonesia akan mengirimkan bantuan untuk Palestina hari ini, Sabtu (4/11). Bantuan kemanusiaan yang berasal dari pemerintah dan masyarakat Indonesia itu, rencananya akan diberangkatkan dan akan dilepas langsung oleh Presiden Joko Widodo dari Bandara Halim Perdanakusuma.

Bantuan tersebut diangkut oleh dua pesawat C-130 Hercules TNI Angkatan Udara dan satu pesawat Airbus sewaan. “Bantuan sudah dikumpulkan, Insyaallah direncanakan besok (dikirm),” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal di Gedung Palapa Kementerian Luar Negeri, Jumat (3/11).

Menurutnya, dua pesawat sudah konfirmasi, satu pesawat hercules, satu pesawat airbus. Iqbal tak merinci, bantuan yang akan dikirim ke Palestina. Namun dia memastikan, Indonesia tidak akan memberi beberapa bantuan yang dipersulit masuk ke Gaza seperti alat penyaring air atau tabung oksigen. “Kita pastikan semua bantuan yang kita kirim adalah yang pasti bisa masuk. Jadi, dari pada kirim sesuatu yang dianggap mubazir, sebelum berangkat, kita pastikan barang yang kita kumpulkan itu bisa masuk ke Gaza nanti,” ujar Iqbal.

Terkait teknis pengiriman bantuan, Iqbal menjelaskan, bantuan kemanusiaan dari Indonesia akan diterbangkan dari Jakarta menuju Bandara El Arish di Mesir, yang lokasinya paling dekat dengan Gaza. Dari bandara tersebut, bantuan akan diserahkan kepada Bulan Sabit Merah Mesir untuk kemudian disalurkan ke Gaza melalui badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC).

Dua badan kemanusiaan tersebut yang beroperasi di Gaza dan bisa menjadi perantara penyaluran bantuan. “Kita memang tidak (bisa) menyalurkan langsung ke Gaza. Ini adalah target realistis, bahwa kita hanya akan mengantarkannya hingga ke Bandara El Arish dan diserahterimakan ke Bulan Sabit Merah Mesir, karena hanya lembaga itu yang diizinkan membawa masuk bantuan ke Gaza,” tutur Iqbal.

 

Pasokan Obat dan Bahan Bakar Terbatas

Sementara, kawasan Jabaliya di sebelah utara Kota Gaza terus diserang oleh Israel selama tiga hari berturut-turut. Para dokter yang merawat korban menggambarkan, situasi di sana sangat mengerikan, dimana mereka melakukan operasi tanpa alat dasar dan anestesi.

Dokter Hussam Abu Safyia adalah direktur ruang pediatrik di Rumah Sakit Kamal Adwan, tempat banyak korban dari serangan ini dirawat. Dikutip dari New York Times pada Jumat (3/11), ia menjelaskan bahwa sebagian besar pasien yang datang adalah anak-anak. “Banyak dari mereka mengalami luka bakar atau kehilangan anggota tubuh,” ungkapnya dengan sedih.

Setelah serangan pertama di Jabaliya pada hari Selasa (31/10), rumah sakit sudah menerima sekitar 40 orang yang tidak selamat dan 250 orang terluka. Pada hari berikutnya, angka itupun ternyata tidak turun dan menyebabkan pasien membludak.

Bahkan, sekolah yang didirikan badan PBB dan digunakan sebagai tempat mengungsi pun diserang pada hari Kamis (2/11). Sekolah tersebut dapat menampung kurang lebih 20 ribu orang, namun semuanya hancur dalam waktu kurang dari 24 jam.

Akibatnya 10 orang tewas dan 80 orang lainnya terluka. “Saya belum pernah melihat luka-luka seburuk ini sepanjang hidup saya,” ujar Dokter Hussam setelahnya.

“Kami melihat banyak anak yang mengalami luka parah, bahkan beberapa di antaranya kehilangan kepala,” pungkasnya.

 

Hizbullah: Dunia Tutup Mata

Pemimpin milisi Hizbullah, Hassan Nasrallah mengatakan, seluruh dunia menutup mata atas agresi militer Israel yang sedang dihadapi rakyat Palestina. “Perjuangan Palestina dan semua yang terjadi di Palestina dilupakan sama sekali. Seluruh dunia menutup mata terhadap mereka,” kata Nasrallah dalam pidato pertamanya merespons agresi Israel sejak 7 Oktober lalu, Jumat (3/11).

Nasrallah mengatakan, tak ada satupun pihak, termasuk komunitas internasional yang “menggerakkan jari mereka” atas apa yang menimpa Palestina saat ini. Dia menyinggung, baik itu Dewan Keamanan PBB, Organisasi Kerja sama Islam (OIC), Uni Eropa, hingga Liga Arab tak satupun yang bersikap nyata merespons konflik ini. Palestina, kata Nasrallah, telah “ditinggalkan total dan dilupakan total.”

“Sebaliknya, kebijakan musuh lebih ganas, menindas, dan memalukan,” ucapnya, menyinggung Israel dan negara-negara Barat.

Nasrallah pun berujar, mesti ada “peristiwa besar yang mengguncang penjajah” sekaligus pendukungnya yakni Amerika Serikat dan Inggris. “Oleh karena itu, harus ada peristiwa besar yang mengguncang rezim Zionis dengan pendukungnya di Washington dan London. Dan untuk membuka kembali isu-isu kemanusiaan ini di hadapan seluruh dunia dan ke permukaan,” ucap dia.

Ini merupakan pernyataan publik pertama Nasrallah merespons perang Hamas vs Israel yang pecah sejak 7 Oktober lalu. Pernyataan publiknya ini menjadi sorotan dan ditunggu-tunggu oleh seluruh dunia karena hingga kini belum ada satupun komentar darinya menanggapi agresi Israel di Gaza.

Konflik di Timur Tengah ini sendiri sudah meluas hingga ke Lebanon Selatan dan melibatkan milisi Hizbullah. Kekhawatiran semakin meningkat setelah kelompok militan Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran menyatakan perang besar dengan Israel.

Konflik seperti ini akan jauh lebih besar dan mematikan dibandingkan perang Israel melawan Hamas di Gaza karena besarnya dan kemampuan pasukan Lebanon. Peningkatan serangan Hizbullah yang tiba-tiba kemarin terhadap sasaran-sasaran di seberang perbatasan di utara Israel merupakan suatu tanda yang tidak baik.

Meskipun mengkhawatirkan, tindakan tersebut masih berada dalam tingkat eskalasi tertentu yang dapat dihadapi oleh pihak Israel dan bukan merupakan tanda awal terjadinya perang dengan skala penuh. Peningkatan permusuhan kemarin, termasuk penggunaan pertama drone bunuh diri bisa saja mengubah perhitungan eskalasi tersebut.

Militer Israel membalas serangan tersebut dengan serangan udara terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon menggunakan tembakan tank dan artileri. Aksi terbaru Hizbullah meningkatkan ketegangan di perbatasan utara Israel ke tingkat tertinggi dalam empat minggu terakhir yang termasuk dalam krisis paling parah antara kedua belah pihak sejak perang Lebanon tahun 2006.

Perhatian terfokus pada pidato Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah yang memberikan komentar publik pertamanya sejak perang Israel dengan Hamas dimulai.

Sadar akan risiko Hizbullah yang didukung oleh Iran, dapat membuka front baru melawan Israel. Amerika Serikat juga telah melakukan segala daya untuk mencegah eskalasi.

Dua kelompok penyerang kapal induk bersenjata lengkap telah dipindahkan ke wilayah tersebut, dengan kemampuan untuk menyerang segala ancaman terhadap aset atau sekutu AS. Upaya diplomatik yang signifikan juga sedang dilakukan dengan pesan-pesan yang disampaikan ke Teheran dan Hizbullah untuk memperingatkan agar tidak memicu terjadinya perang regional. (jpc/bbs/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/