JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Serka Anumerta Imam Syadii dimakamkan secara militer. Anak serta istri Imam terisak mengiringi kepergian kepala keluarga mereka yang akan berkalang tanah. Almarhum adalah satu-satunya korban tewas akibat ledakan gudang amunisi Pasukan Katak (Paska) TNI AL di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Serka Anumerta Imam dimakamkan di TPU Perwira, Jalan Lingkar Utara, Bekasi Utara, Kamis (6/3). Tampak istri Imam, Sirum (44) yang tampak murung, bibir berkomat-kamit dengan mata yang sembab. Dua anaknya Syafei Yantiningrum (21) dan Alief Nur Angreini (14) tampak menaburkan bunga dan mengeluarkan air mata, dan seorang anak Santang Suhartono yang masih berusia 3 tahun tampak dipeluk kerabat.
Tampak atasan Serka Anumerta Imam, Kadis Harkam, Letkol Laut Suharto serta Wakil KSAL, Laksamana Madya Haribowo serta rekan-rekan Serka Anumerta Imam. Upacara pemakaman digelar secara militer dan tembakan salvo satu kali. Dor! Bendera Merah Putih yang menutup peti diangkat kemudian peti perlahan diturunkan. Suasana haru makin kental hingga tanah merah menimbun peti dan menutupnya dengan taburan serta karangan bunga.
Sebelum menjadi korban tewas ledakan, Serka Anumerta Imam Syadii sempat memberi pesan yang tak terlupakan pada istri dan rekan kerjanya. Istri Imam, Sirum (44), menceritakan pekan lalu suaminya pernah berpesan agar bisa hidup lebih kuat. Hari-hari ke depan akan jauh lebih berat dari sebelumya.
“Seminggu yang lalu nggak tahu kenapa, Bapak bilang supaya saya bisa lebih kuat, jangan cengeng dan bisa membimbing anak-anak,” ujar Sirum, saat meninggalkan lokasi pemakaman di TPU Perwira, Bekasi Utara, Kamis (6/3).
Sepanjang pemakaman, Sirum tak berhenti menangis. Ibu tiga anak itu juga terus membaca doa untuk melepas kepergian suaminya. Rekan kerja Serka Imam juga pernah mendapat pesan yang tak akan dilupakan. Jauh hari sebelum peristiwa ledakan, Imam pernah bercerita soal bakal ada kejadian besar di Pondok Dayung. Namun dia tak tahu apa peristiwanya.
“Komandan, kasih tahu anak buah untuk hati-hati, sepertinya akan ada kejadian besar di Pondok Dayung,” ceritanya.
“Waktu itu saya mengganggap omongan yang manusiawi. Saya masih percaya kepada kuasa, begitu terjadi kejadian Wallahua’lam. Semua ada di kuasa Allah,” sambungnya.
Sejumlah rekan Serka Anumerta Imam Syadii mengungkapkan detik-detik kejadian sebelum ledakan. Satu atasan Imam, Mayor Laut Zaekan, bercerita, saat kejadian sempat terjadi kepanikan luar biasa. Namun Imam dengan tenang mengusir rekan-rekan yang lain.
“Dia bilang ini bahaya, biar saya aja. Dia memiliki jiwa korsa tinggi ketika kejadian dia menolong teman-temannya terlebih dahulu,” terang Zaekan, saat ditemui di rumah duka Serka Imam di Bekasi, Jabar.
Rekan Imam, Serda Amir, menambahkan, sekitar pukul 09.00 WIB ada laporan tentang korsleting listrik, tak jauh dari bengkel. Setelah itu, dia langsung lari ke gudang amunisi, sementara Imam ke bengkel untuk mematikan aliran listrik. Ternyata, lima menit kemudian terjadi ledakan.
“Saya langsung lari ke dermaga, almarhum malah lari ke hanggar,” tambah Amir.
Tak lama setelah itu, seluruh anggota diminta untuk mengosongkan Pondok Dayung. Nah, Imam sudah tak terlihat lagi saat penyisiran. Ternyata dia sudah meninggal dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Anggota perawatan amunisi TNI AL itu menceritakan pengalaman terakhirnya bersama Imam. Dia setiap hari selalu bertemu di markas Pondok Dayung, Jakut.
“Almarhum baik sekali, terkadang ia ngasih saran ke anak-anak, dia selalu jadi tempat curhat anak-anak. Biasa anak-anak kalau nggak berani ngomong sama atasan, cerita sama beliau nanti beliau yang sampein, seperti mau izin tidak masuk,” kata Amir.
Amir mengaku cukup dekat dengan Imam. Sambil terisak, dia menyebut Imam juga sebagai sosok pekerja keras.
“Semua pekerjaan selalu dihandle sama dia. Ada apa-apa dia lakuin sendiri, bisa merangkul anak-anak bengkel lain,” tambahnya.
Mayor Laut (Teknik) Zaekan sebagai kepala bengkel bangunan kapal mengatakan, Imam adalah orang yang tak mengenal lelah. Kadang dia lebih mengutamakan pekerjaan dinas daripada keluarga dan urusan pribadi.
“Dia terbuka, humoris, ketika ada masalah dia pernah hiraukan walaupun saya tahu sebenarnya banyak masalah yang dialami tetapi dia datang dengan semangat kerja tinggi,” kenangnya.
Mendengar kabar Imam meninggal, Zaekan pun sedih. Dia tidak pernah menyangka Imam bisa pergi begitu cepat.
“Waktu itu saya pernah dapat tugas bersama almarhum, sampai-sampai tidak pulang 3 hari 3 malam untuk membangun jembatan kapal pintar untuk Ibu Ani. Saya lihat dia orangnya dapat dijadikan contoh buat anak-anak bengkel lainnya,” jelasnya.
>>>Anak Diprioritaskan Masuk TNI
Serka Anumerta Imam Syadii meninggalkan istri dan tiga orang anak yang masih dalam masa pendidikan. TNI Angkatan Laut akan memberi beasiswa bagi ketiganya dan memprioritaskan masuk ke Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal).
“Semalam pimpinan TNI AL telah memberikan beasiswa pendidikan untuk kedua anak almarhum,” ujar Wakil Komandan Lantamal III, Kolonel laut (P) M. Richard usai upacara militer pemakaman, di TPU Perwira, Bekasi Utara.
Richard enggan merinci jumlah dan jenis bantuan untuk keluarga almarhum. Menurutnya hal tersebut telah diberikan kepada pihak keluarga.
“Kurang tahu persis berapa nominalnya, yang jelas itu sudah dilakukan,” ujarnya.
Jajaran pimpinan sendiri telah melakukan rapat kordinasi terkait gugurnya Serka Imam. Sebagai bentuk tanda jasa selain kenaikan pangkat, anak kedua beliau akan diprioritaskan masuk kesatuannya.
“Untuk putri almarhum nantinya akan dibina pendidikan dan diprioritaskan masuk Komando Wanita AL (Kowal),” imbuhnya.
Namun ibunda anak-anak, Sirum menyerahkan tawaran ini kepada dua putrinya itu. Ia tak akan memaksa karena mendiang suaminya juga tak pernah memaksa anak-anak mereka.
“Terserah anak-anaknya, kalau nggak mau toh nggak dipaksa juga, almarhum juga nggak pernah keras sama anak-anaknya,” kata Sirum di rumah duka.
Duka mendalam juga masih terasa di rumah duka. Raut kesedihan terlihat di wajah Sirum. Ia tampak letih menerima belasungkawa dari kerabat dan keluarga Serka Imam.
“Orang bertanggung jawab, dia menjaga solidaritas dengan teman-temannya, di rumah kalau lagi kerja anak-anak tanggung jawab saya, namanya bapak yang nyari nafkah ya jalani saja,” tutur Sirum.
Setelah kehilang tulang punggung keluarga, Sirum berencana mempertahan kan hari-harinya dengan mengandalkan pensiun. Ia juga membuka toko kelontong kecil-kecilan.
“Paling berharap dari uang pensiun, lagian sehari-hari saya dagang juga yang penting bisa cari duit yang halal buat anak-anak,” ujar Sirum.
>>>4 Korban Dirujuk ke RS TNI AL
Sementar itu, empat korban ledakan dirujuk ke Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintoharjo, Jakarta Pusat, Kamis (6/3) sekira pukul 14.30 WIB. Keempatnya diketahui bernama Sertu Samidi, Koptu Andi, Kopda Wasto, dan Serma Endaryono, yang dibawa dari Rumah Sakit Suka Mulya, Jakut.
Keempatnya dibawa menggunakan mobil ambulans warna hijau bertuliskan Rumah Sakit Marinir Cilandak. Setiba di RS TNI AL Mintoharjo, keempatnya langsung dibawa ke Unit Gawat Darurat untuk mendapatkan pertolongan. Dengan demikian, jumlah korban yang dirawat di RS TNI AL Mintoharjo, itu menjadi 29 orang. Sedangkan sebanyak 25 pasien lainnya masih dirawat intensif di RS TNI AL Mintoharjo hingga Kamis (6/3). Berdasarkan data di papan pengumuman Unit Gawat Darurat RS TNI AL, pagi ini, tercatat ada tambahan dua pasien lagi yang masuk untuk dirawat.
Yakni, Koptu Adi Suprapto dari Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) Pangkalan Utama TNI AL III dan Serda Zulfitra Akromi dari Stafib Armabar. Sebelumnya pada Rabu (5/3) tercatat sebanyak 26 korban ledakan yang dibawa ke RS TNI AL itu. Hingga saat ini tercatat sudah dua orang yang pulang atau rawat jalan. Yakni, KLK Suratno dari Lantamal III dan Koptu Kardani dari Satkamla. (boy/jpnn)