Kriteria yang dimaksud adalah dari segi umur, mahaguru harus masuk golongan manula. Kulit sudah keriput. Diutamakan yang memelihara jenggot putih dan yang bisa tutup mulut. Semuanya menempati rumah petak yang tersebar di daerah Jakarta. Bahkan, ada yang tinggal di bawah jembatan. ”Ada yang di wilayah Tomang, Pejompongan, Cengkareng, hingga Bogor,” lanjut lulusan Akpol 1991 itu.
Sudah ada sepuluh orang yang pernah diminta menjadi mahaguru. Seorang di antaranya sudah meninggal dunia dan dua lainnya sakit parah. Karena itu, yang diamankan kemarin tujuh orang. Pekerjaan mereka pun bermacam-macam. Mulai pedagang kaki lima yang menjual topi, penjual kopi keliling, penganggur, sampai gelandangan. ”Mereka direkrut secara sembunyi-sembunyi,” ungkap Argo.
Vijay mendapat bayaran yang cukup besar, Rp70 juta–Rp150 juta. Sementara itu, bayaran mahaguru bervariasi. Yang jelas lebih murah, Rp9 juta–Rp20 juta. Namun, ada juga yang sudah diberangkatkan umrah oleh Dimas Kanjeng. Bayarannya bergantung tempat, jumlah peserta kegiatan keagamaan, dan besarnya sumbangan.
Peran mahaguru memang tidak terlalu vital. Mereka diminta duduk di sebelah Dimas Kanjeng saat acara keagamaan. Mereka dikenalkan sebagai kiai yang menguasai ilmu agama. ”Mereka disuruh komat-kamit agar kelihatan baca doa,” ujar Argo. (aji/c10/ang/jpg/rbb)