25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

NU-Muhammadiyah Berpeluang Beda Awal Puasa

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dalam beberapa tahun terakhir, umat Islam di Indonesia kompak mengawali puasa Ramadan maupun Idul Fitri dan Idul Adha. Tetapi, untuk tahun ini sangat mungkin terjadi perbedaan awal Ramadan. Muhammadiyah lebih dahulu, sehari kemudian disusul Nahdlatul Ulama (NU).

Analisis potensi perbedaan awal Ramadan itu disampaikan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astrofisika, Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin.

Dia menjelaskan, Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 2 April. Pertimbangannya, hasil hisab menyebutkan hilal pada 1 April sudah berada di atas ufuk (hilal sudah wujud).

Thomas yang juga anggota tim unifikasi kalender hijriah Kemenag itu mengatakan, ketinggian hilal pada 1 April berada sedikit di atas 2 derajat. ’’Artinya, sangat tidak mungkin akan terlihat hilal pada 1 April di wilayah Indonesia,’’ katanya kemarin (6/3). Dengan demikian, NU yang selama ini menggunakan kriteria rukyat atau memantau hilal sangat mungkin menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 3 April.

Thomas menegaskan, pada umumnya tinggi hilal untuk wilayah Indonesia kurang dari 2 derajat. Itu artinya pengamatan pada 1 April nanti berpotensi tidak bisa melihat hilal. Sesuai dengan ketentuan selama ini, ketika hilal tidak terlihat, jumlah hari pada bulan tersebut disempurnakan (isti’mal) menjadi 30 hari.

Dalam konteks penetapan Ramadan kali ini, jumlah hari dalam bulan Syaban akan digenapkan menjadi 30 hari. Dengan demikian, Ramadan yang mengacu pada rukyatulhilal akan dimulai pada 3 April. ’’Tetapi, saya tidak bisa menduga dinamika di sidang isbat, bila ada saksi yang melaporkan melihat hilal,’’ katanya.

Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengumumkan awal Ramadan 1443 Hijriah jatuh pada Sabtu, 2 April 2022. Hal ini diketahui berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. “1 Ramadan 1443 H jatuh pada hari Sabtu Pon, 2 April 2022 M,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam keterangannya, beberapa waktu lalu.

Haedar menjelaskan, berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal, pada Jumat Pahing, 29 Syakban 1443 Hijriah yang bertepatan dengan 1 April 2022, ijtimak jelang Ramadan 1443 Hijriah terjadi pada pukul 13.27 WIB. “Tinggi Bulan pada saat matahari terbenam di Jogjakarta (-07°482 LS dan = 110° 212 BT ) = +02° 182 123 (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu bulan berada di atas ufuk,” ucap Haedar.

Ramadan 1443 Hijriah akan berlangsung selama 30 hari. Menurutnya, 1 Syawal 1443 H jatuh pada Senin, 2 Mei 2022. Haedar berujar, pada Sabtu 29 Ramadan 1443 H bertepatan dengan 30 April 2022 Masehi, ijtimak jelang Syawal 1443 H belum terjadi. Ijtimak terjadi esok harinya, Ahad, 30 Ramadan 1443 H bertepatan dengan 1 Mei 2022 M pukul 03:31:02 WIB. “Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta (= -07° 482 LS dan = 110° 212 BT ) = +04° 502 253 (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam itu Bulan berada di atas ufuk,” ujar Haedar.

“Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan, 1 Ramadan 1443 H jatuh pada hari Sabtu Pon, 2 April 2022 M. Sedangkan, 1 Syawal 1443 H jatuh pada hari Senin Pon, 2 Mei 2022 M,” pungkas Haedar. (jpc)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dalam beberapa tahun terakhir, umat Islam di Indonesia kompak mengawali puasa Ramadan maupun Idul Fitri dan Idul Adha. Tetapi, untuk tahun ini sangat mungkin terjadi perbedaan awal Ramadan. Muhammadiyah lebih dahulu, sehari kemudian disusul Nahdlatul Ulama (NU).

Analisis potensi perbedaan awal Ramadan itu disampaikan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astrofisika, Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin.

Dia menjelaskan, Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 2 April. Pertimbangannya, hasil hisab menyebutkan hilal pada 1 April sudah berada di atas ufuk (hilal sudah wujud).

Thomas yang juga anggota tim unifikasi kalender hijriah Kemenag itu mengatakan, ketinggian hilal pada 1 April berada sedikit di atas 2 derajat. ’’Artinya, sangat tidak mungkin akan terlihat hilal pada 1 April di wilayah Indonesia,’’ katanya kemarin (6/3). Dengan demikian, NU yang selama ini menggunakan kriteria rukyat atau memantau hilal sangat mungkin menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 3 April.

Thomas menegaskan, pada umumnya tinggi hilal untuk wilayah Indonesia kurang dari 2 derajat. Itu artinya pengamatan pada 1 April nanti berpotensi tidak bisa melihat hilal. Sesuai dengan ketentuan selama ini, ketika hilal tidak terlihat, jumlah hari pada bulan tersebut disempurnakan (isti’mal) menjadi 30 hari.

Dalam konteks penetapan Ramadan kali ini, jumlah hari dalam bulan Syaban akan digenapkan menjadi 30 hari. Dengan demikian, Ramadan yang mengacu pada rukyatulhilal akan dimulai pada 3 April. ’’Tetapi, saya tidak bisa menduga dinamika di sidang isbat, bila ada saksi yang melaporkan melihat hilal,’’ katanya.

Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengumumkan awal Ramadan 1443 Hijriah jatuh pada Sabtu, 2 April 2022. Hal ini diketahui berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. “1 Ramadan 1443 H jatuh pada hari Sabtu Pon, 2 April 2022 M,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam keterangannya, beberapa waktu lalu.

Haedar menjelaskan, berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal, pada Jumat Pahing, 29 Syakban 1443 Hijriah yang bertepatan dengan 1 April 2022, ijtimak jelang Ramadan 1443 Hijriah terjadi pada pukul 13.27 WIB. “Tinggi Bulan pada saat matahari terbenam di Jogjakarta (-07°482 LS dan = 110° 212 BT ) = +02° 182 123 (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu bulan berada di atas ufuk,” ucap Haedar.

Ramadan 1443 Hijriah akan berlangsung selama 30 hari. Menurutnya, 1 Syawal 1443 H jatuh pada Senin, 2 Mei 2022. Haedar berujar, pada Sabtu 29 Ramadan 1443 H bertepatan dengan 30 April 2022 Masehi, ijtimak jelang Syawal 1443 H belum terjadi. Ijtimak terjadi esok harinya, Ahad, 30 Ramadan 1443 H bertepatan dengan 1 Mei 2022 M pukul 03:31:02 WIB. “Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta (= -07° 482 LS dan = 110° 212 BT ) = +04° 502 253 (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam itu Bulan berada di atas ufuk,” ujar Haedar.

“Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan, 1 Ramadan 1443 H jatuh pada hari Sabtu Pon, 2 April 2022 M. Sedangkan, 1 Syawal 1443 H jatuh pada hari Senin Pon, 2 Mei 2022 M,” pungkas Haedar. (jpc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/