29 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Korban Tewas Gempa Aceh Capai 40 Jiwa

JAKARTA-Satu per satu korban gempa di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah, Provinsi Aceh yang sebelumnya dinyatakan hilang mulai ditemukan. Sesuai perkiraan, rata-rata mereka tertimbun longsor di kawasan perbukitan. Perasaan lega bercampur duka pun tampak di wajah keluarga para korban yang berhasil ditemukan.

Sesuai rilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal yang ditemukan di kedua kabupaten hingga kemarin (7/6) mencapai 40 orang. Data terakhir menunjukkan, korban terbanyak merupakan warga Aceh Tengah, yakni 31 orang. Sisanya warga Bener Meriah.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, dampak bencana di Aceh Tengah memang lebih parah dibandingkan di Bener Meriah. Tidak heran, banyak korban berasal dari sana. “Di Aceh Tengah, ada 232 desa dari total 352 desa di kabupaten tersebut yang terdampak langsung gempa,” terangnya. Kondisi itu berbeda dengan Bener Meriah di mana “hanya” delapan dari 233 desa yang terdampak langsung gempa.

Selain itu, data terakhir korban luka-luka hingga kemarin mencapai 2.425 orang. Data tersebut didapat dari seluruh RS di Aceh Tengah, Bener Meriah, Lhokseumawe, dan Banda Aceh yang menjadi rujukan korban gempa. 63 orang di antara mereka masih menjalani rawat inap karena terluka parah. Di samping itu, jumlah rumah rusak mencapai 15.919 unit ditambah 623 unit fasilitas umum yang juga mengalami kerusakan.

Sutopo mengatakan, saat ini logistik yang paling dibutuhkan 22.125 orang pengungsi adalah tenda dan selimut. Untuk stok makanan, pihaknya menjamin aman hingga beberapa hari ke depan. “Tenda dan selimut dibutuhkan karena daerahnya pegunungan yang pada malam hari suhu mencapai 14 derajat celcius,” lanjut alumnus UGM itu.

Seluruh korban meninggal diputuskan untuk tidak dimakamkan secara massal. Atas permintaan pihak keluarga, prosesi pemakaman dilakukan sendiri oleh kerabat korban. Saat ini, sebagian besar korban meninggal telah dikebumikan di beberapa pemakaman yang tersebar di dua kabupaten tersebut.
Sekitar 2.000 petugas dan relawan dikerahkan untuk melayani para pengungsi dan ikut mencari korban yang hilang. Sampai saat ini, enam orang masih dinyatakan hilang, diduga berada di bawah longsoran tanah yang belum tersentuh oleh alat berat.

Sutopo menambahkan, besok (9/7) merupakan hari terakhir masa tanggap darurat yang ditetapkan pemda kedua kabupaten. Pada hari itu pihaknya akan mengevaluasi apakah korban, pengungsi, maupun situasi di lapangan sudah mungkin masuk masa rehabilitasi.

Sementara itu, BMKG kemarin menginformasikan jika terjadi gempa dengan kekuatan 5 SR di barat daya pulau Sumatera. Gempa berpusat di Samudera Hindia, sekitar 125 kilometer barat daya Lampung Barat di kedalaman 10 kilometer. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. (byu/jpnn/gir)

JAKARTA-Satu per satu korban gempa di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah, Provinsi Aceh yang sebelumnya dinyatakan hilang mulai ditemukan. Sesuai perkiraan, rata-rata mereka tertimbun longsor di kawasan perbukitan. Perasaan lega bercampur duka pun tampak di wajah keluarga para korban yang berhasil ditemukan.

Sesuai rilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal yang ditemukan di kedua kabupaten hingga kemarin (7/6) mencapai 40 orang. Data terakhir menunjukkan, korban terbanyak merupakan warga Aceh Tengah, yakni 31 orang. Sisanya warga Bener Meriah.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, dampak bencana di Aceh Tengah memang lebih parah dibandingkan di Bener Meriah. Tidak heran, banyak korban berasal dari sana. “Di Aceh Tengah, ada 232 desa dari total 352 desa di kabupaten tersebut yang terdampak langsung gempa,” terangnya. Kondisi itu berbeda dengan Bener Meriah di mana “hanya” delapan dari 233 desa yang terdampak langsung gempa.

Selain itu, data terakhir korban luka-luka hingga kemarin mencapai 2.425 orang. Data tersebut didapat dari seluruh RS di Aceh Tengah, Bener Meriah, Lhokseumawe, dan Banda Aceh yang menjadi rujukan korban gempa. 63 orang di antara mereka masih menjalani rawat inap karena terluka parah. Di samping itu, jumlah rumah rusak mencapai 15.919 unit ditambah 623 unit fasilitas umum yang juga mengalami kerusakan.

Sutopo mengatakan, saat ini logistik yang paling dibutuhkan 22.125 orang pengungsi adalah tenda dan selimut. Untuk stok makanan, pihaknya menjamin aman hingga beberapa hari ke depan. “Tenda dan selimut dibutuhkan karena daerahnya pegunungan yang pada malam hari suhu mencapai 14 derajat celcius,” lanjut alumnus UGM itu.

Seluruh korban meninggal diputuskan untuk tidak dimakamkan secara massal. Atas permintaan pihak keluarga, prosesi pemakaman dilakukan sendiri oleh kerabat korban. Saat ini, sebagian besar korban meninggal telah dikebumikan di beberapa pemakaman yang tersebar di dua kabupaten tersebut.
Sekitar 2.000 petugas dan relawan dikerahkan untuk melayani para pengungsi dan ikut mencari korban yang hilang. Sampai saat ini, enam orang masih dinyatakan hilang, diduga berada di bawah longsoran tanah yang belum tersentuh oleh alat berat.

Sutopo menambahkan, besok (9/7) merupakan hari terakhir masa tanggap darurat yang ditetapkan pemda kedua kabupaten. Pada hari itu pihaknya akan mengevaluasi apakah korban, pengungsi, maupun situasi di lapangan sudah mungkin masuk masa rehabilitasi.

Sementara itu, BMKG kemarin menginformasikan jika terjadi gempa dengan kekuatan 5 SR di barat daya pulau Sumatera. Gempa berpusat di Samudera Hindia, sekitar 125 kilometer barat daya Lampung Barat di kedalaman 10 kilometer. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. (byu/jpnn/gir)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/