25 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Dari Backpacker Jurnalism Jawa Pos Grup: Melawan Takdir di Era Digital

AKRAB: Wartawan Sumut Pos, Markus Pasaribu (kiri) bersama Koordinator JPG Newsroom, Bambang Janu Isnoto (dua kiri) dan lainnya di Graha Pena Surabaya.
AKRAB: Wartawan Sumut Pos, Markus Pasaribu (kiri) bersama Koordinator JPG Newsroom, Bambang Janu Isnoto (dua kiri) dan lainnya di Graha Pena Surabaya.

SUMUTPOS.CO – Dunia terus berubah mengikuti zamannya. Tak ada yang bisa menahan, apalagi menghentikannya. Berpikir positif bahwa setiap perubahan membawa kesempatan yang lebih baik, tentu menjadi hal penting dalam menghadapi pergerakan dan perubahan zaman dari waktu ke waktu.

SAAT ini, dunia telah masuk ke dalam era digital. Dimana informasi dapat dengan begitu mudah di akses oleh siapa saja kapan saja, dan di mana saja. Hal ini pun begitu berdampak dan cukup mengguncang berbagai aspek, terkhusus media cetak di seluruh dunia.

Apakah harus pasrah? Tentu tidak. Dari berbagai polemik yang dihadapi media cetak di era digital saat ini, masih terdapat secercah harapan untuk bertahan dan bukan tidak mungkin untuk kembali bertumbuh sebagaimana media-media cetak pada zamannya.

“Intinya adalah kepercayaan. Koran atau media cetak harus bisa tetap dan terus menjadi media yang dipercaya. Walaupun beritanya hadir lebih lama dari media-media online, tapi media cetak harus bisa menjadi referensi kebenaran berita-berita yang telah beredar,” kata Koordinator Jawa Pos Grup (JPG) Newsroom, Bambang Janu Isnoto pada pelatihan bertajuk Backpacker Journalism yang diikuti wartawan media cetak Jawa Pos Grup (JPG) termasuk Sumut Pos, di Graha Pena Surabaya, Kamis (5/3) hingga Sabtu (7/3).

Jadi, apakah jurnalis media cetak harus tetap bertahan dengan kemampuannya selama ini? Tentu juga tidak. Menurut Bambang, setiap jurnalis harus terus mengasah dan meningkatkan kemampuannya seiring berkembangnya zaman. “Kita di sini hadir untuk belajar dan meningkatkan kemampuan kita. Kita tidak bisa menghentikan era digitalisasi, tapi kita ada di sini untuk meningkatkan kemampuan kita mengasah keahlian kita untuk melawan takdir ini,” ujarnya.

Sebanyak 20 peserta media cetak yang tergabung dalam Jawa Pos Grup dari berbagi daerah di Tanah Air turut menghadiri pelatihan yang berlangsung selama 3 hari tersebut. Setiap peserta dibekali begitu banyak ilmu, guna meningkatkan kualitas dan kemampuannya di era digital.

Setiap jurnalis dilatih menjadi jurnalis yang mengerti betul teknik-teknik pemotretan, pengambilan video, hingga pengeditan video dengan hanya menggunakan kamera smartphone. Sebab kualitas kamera memang dinilai penting, tetapi kemampuan jurnalis dalam menggunakannya adalah hal yang lebih penting.

“Setiap angle foto memiliki makna, tinggal bagaimana seorang jurnalis dapat mengambil momen yang tepat dengan teknik yang baik. Sebab, setiap gambar yang disajikan harus memiliki pesan atau setidaknya sebagai ‘penunjang’ dari isi berita,” kata Beky Subechi yang merupakan fotografer Senior Jawa Pos.

Lantas, bagaimana berita yang disajikan media cetak Jawa Pos grup dapat menjadi sumber referensi terpercaya di dalam era digital yang begitu diramaikan oleh berita-berita Hoax? Kepala Kompartemen Metropolis Jawa Pos Grup, Anggit Satriyo Nugroho selalu menekan kepada setiap jurnalis yang ada di Jawa Pos Grup untuk selalu melakukan konfirmasi.

“Dengan pendalaman yang lebih baik, lebih akurat dan selalu menyajikan berita-berita yang telah terkonfirmasi kebenarannya, media cetak pasti akan selalu menjadi sumber referensi yang selalu dipercaya. Trust adalah inti dari keberhasilan media cetak,” tegas Anggit.

Di hari kedua, setiap peserta pelatihan Backpacker Jurnalism Jawa Pos Grup dilatih mengambil gambar, video dan mengedit video di dalam ruangan (indoor). Pelatihan pun terus dilanjutkan hingga hari ketiga dengan praktik pengambilan video secara langsung di luar ruangan (outdoor), peserta dibawa langsung ke kawasan Kota Tua Surabaya dan Radar Surabaya Newsroom and Art Gallery.

Sebagai bentuk semangat perubahan dan rasa optimisme yang masih begitu besar dengan media cetak, Harian Sumut Pos turut menghadiri kegiatan Backpacker Jurnalism di Kota Pahlawan tersebut. Sumut Pos tak sendiri, sejumlah media Jawa Pos grup lainya yang hadir dalam pelatihan tersebut, diantaranya Riau Pos, Batam Pos, Pontianak Pos, Kaltim Pos, Kalteng Pos, Radar Tarakan, Cendrawasih Pos, Radar Mojokerto, Balikpapan Pos, Radar Jombang, Radar Sampit, Fajar National Network, Radar Banjarmasin, Manado Pos, Lombok Pos, Harian Fajar dan Jawa Pos. (map)

AKRAB: Wartawan Sumut Pos, Markus Pasaribu (kiri) bersama Koordinator JPG Newsroom, Bambang Janu Isnoto (dua kiri) dan lainnya di Graha Pena Surabaya.
AKRAB: Wartawan Sumut Pos, Markus Pasaribu (kiri) bersama Koordinator JPG Newsroom, Bambang Janu Isnoto (dua kiri) dan lainnya di Graha Pena Surabaya.

SUMUTPOS.CO – Dunia terus berubah mengikuti zamannya. Tak ada yang bisa menahan, apalagi menghentikannya. Berpikir positif bahwa setiap perubahan membawa kesempatan yang lebih baik, tentu menjadi hal penting dalam menghadapi pergerakan dan perubahan zaman dari waktu ke waktu.

SAAT ini, dunia telah masuk ke dalam era digital. Dimana informasi dapat dengan begitu mudah di akses oleh siapa saja kapan saja, dan di mana saja. Hal ini pun begitu berdampak dan cukup mengguncang berbagai aspek, terkhusus media cetak di seluruh dunia.

Apakah harus pasrah? Tentu tidak. Dari berbagai polemik yang dihadapi media cetak di era digital saat ini, masih terdapat secercah harapan untuk bertahan dan bukan tidak mungkin untuk kembali bertumbuh sebagaimana media-media cetak pada zamannya.

“Intinya adalah kepercayaan. Koran atau media cetak harus bisa tetap dan terus menjadi media yang dipercaya. Walaupun beritanya hadir lebih lama dari media-media online, tapi media cetak harus bisa menjadi referensi kebenaran berita-berita yang telah beredar,” kata Koordinator Jawa Pos Grup (JPG) Newsroom, Bambang Janu Isnoto pada pelatihan bertajuk Backpacker Journalism yang diikuti wartawan media cetak Jawa Pos Grup (JPG) termasuk Sumut Pos, di Graha Pena Surabaya, Kamis (5/3) hingga Sabtu (7/3).

Jadi, apakah jurnalis media cetak harus tetap bertahan dengan kemampuannya selama ini? Tentu juga tidak. Menurut Bambang, setiap jurnalis harus terus mengasah dan meningkatkan kemampuannya seiring berkembangnya zaman. “Kita di sini hadir untuk belajar dan meningkatkan kemampuan kita. Kita tidak bisa menghentikan era digitalisasi, tapi kita ada di sini untuk meningkatkan kemampuan kita mengasah keahlian kita untuk melawan takdir ini,” ujarnya.

Sebanyak 20 peserta media cetak yang tergabung dalam Jawa Pos Grup dari berbagi daerah di Tanah Air turut menghadiri pelatihan yang berlangsung selama 3 hari tersebut. Setiap peserta dibekali begitu banyak ilmu, guna meningkatkan kualitas dan kemampuannya di era digital.

Setiap jurnalis dilatih menjadi jurnalis yang mengerti betul teknik-teknik pemotretan, pengambilan video, hingga pengeditan video dengan hanya menggunakan kamera smartphone. Sebab kualitas kamera memang dinilai penting, tetapi kemampuan jurnalis dalam menggunakannya adalah hal yang lebih penting.

“Setiap angle foto memiliki makna, tinggal bagaimana seorang jurnalis dapat mengambil momen yang tepat dengan teknik yang baik. Sebab, setiap gambar yang disajikan harus memiliki pesan atau setidaknya sebagai ‘penunjang’ dari isi berita,” kata Beky Subechi yang merupakan fotografer Senior Jawa Pos.

Lantas, bagaimana berita yang disajikan media cetak Jawa Pos grup dapat menjadi sumber referensi terpercaya di dalam era digital yang begitu diramaikan oleh berita-berita Hoax? Kepala Kompartemen Metropolis Jawa Pos Grup, Anggit Satriyo Nugroho selalu menekan kepada setiap jurnalis yang ada di Jawa Pos Grup untuk selalu melakukan konfirmasi.

“Dengan pendalaman yang lebih baik, lebih akurat dan selalu menyajikan berita-berita yang telah terkonfirmasi kebenarannya, media cetak pasti akan selalu menjadi sumber referensi yang selalu dipercaya. Trust adalah inti dari keberhasilan media cetak,” tegas Anggit.

Di hari kedua, setiap peserta pelatihan Backpacker Jurnalism Jawa Pos Grup dilatih mengambil gambar, video dan mengedit video di dalam ruangan (indoor). Pelatihan pun terus dilanjutkan hingga hari ketiga dengan praktik pengambilan video secara langsung di luar ruangan (outdoor), peserta dibawa langsung ke kawasan Kota Tua Surabaya dan Radar Surabaya Newsroom and Art Gallery.

Sebagai bentuk semangat perubahan dan rasa optimisme yang masih begitu besar dengan media cetak, Harian Sumut Pos turut menghadiri kegiatan Backpacker Jurnalism di Kota Pahlawan tersebut. Sumut Pos tak sendiri, sejumlah media Jawa Pos grup lainya yang hadir dalam pelatihan tersebut, diantaranya Riau Pos, Batam Pos, Pontianak Pos, Kaltim Pos, Kalteng Pos, Radar Tarakan, Cendrawasih Pos, Radar Mojokerto, Balikpapan Pos, Radar Jombang, Radar Sampit, Fajar National Network, Radar Banjarmasin, Manado Pos, Lombok Pos, Harian Fajar dan Jawa Pos. (map)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/