JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Achmad Yurianto menjelaskan, sebaran tertinggi paling banyak terjadi di provinsi Jawa Barat dengan tambahan 962 kasus baru. Selebihnya, Jawa Timur 517 kasus baru; DKI Jakarta 284 kasus baru; Sulawesi Selatan 130 kasus baru; dan Sulawesi Utara 126 kasus baru. Sedangkan Sumatera Utara bertambah 109 kasus baru menjadi 2.085 kasus.
“Kurang disiplin dalam penggunaan masker, membuat droplet bisa menular dengan mudah. Gunakan masker, ini akan lindungi kita. Jaga jarak yang aman. Sering rajin cuci tangan gunakan sabun,” jelasnya dalam konferensi pers, Kamis (9/7).
Jumlah spesimen yang diperiksa adalah sebanyak 23.832 spesimen, sehingga total spesimen yang sudah diperiksa menjadi 992.069 spesimen. Kasus sembuh cukup banyak, yakni bertambah 1.066 orang sehingga sudah ada 32.651 orang yang dinyatakan sembuh. Angka kematian bertambah 58 kasus sehingga total menjadi 3.417 kasus.
Sudah 457 kabupaten kota terdampak Covid-19. Orang Dalam Pemantauan (ODP) 38.498 orang. Dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 13.732 orang. “Satu-satunya kalau ingin terbebas dari Covid-19 adalah konsisten disiplin,” tegasnya.
Yurianto juga mengungkapkan, Jawa Barat menyumbang kasus baru Covid-19 paling banyak hari ini, 962 kasus baru, karena penularan kasus di dalam kluster Sekolah Calon Perwira (Secapa) di Bandung. “Positif 1.262 orang tertular. Terdiri dari peserta didik dan beberapa tenaga pelatih di sana,” jelasnya.
Dari jumlah yang diidentifikasi, kata Yuri, ada 17 orang yang dirawat di RS Cimahi. Ribuan siswa dan pengajar lainnya diisolasi di Secapa TNI. “Sisa lainya 1.245 tanpa keluhan apapun. Saat ini semuanya kita karantina di wilayah pendidikan Secapa di Bandung,” tambahnya.
Yurianto menjelaskan, seluruh komplek perwira sudah dilakukan isolasi karantina. Pihak Secapa juga sudah melarang orang keluar masuk secara bebas di area sekolah. “Kita larang pergerakan orang baik masuk dalem komplek atau keluar komplek. Pengawasan dijaga ketat Kodam Siliwangi,” tegasnya.
Jokowi Sebut Lampu Merah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaruh perhatian khusus dengan memberikan peringatan ‘lampu merah’ terkait capaian rekor tertinggi kasus baru Covid-19 ini. Jokowi, yang kemarin meninjau Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menyinggung perihal itu. Jokowi menyebut kondisi saat ini sebagai ‘lampu merah’. “Sebaran Covid-19 di seluruh Tanah Air ini sangat tergantung sekali pada bagaimana daerah mengendalikannya. Dan perlu saya ingatkan, ini saya kira sudah lampu merah lagi. Hari ini secara nasional kasus positif ini tinggi sekali hari ini, 2.657,” ujar Jokowi.
Juru bicara Presiden Bidang Sosial, Angkie Yudistia mengatakan, Jokowi selalu menerima laporan mengenai perkembangan Covid-19. Ke depan, segala kebijakan Jokowi, disebut Angkie, akan selalu berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dari laporan yang diterimanya. “Prinsipnya. Presiden selalu mendapat laporan dan akan mengambil langkah terukur terhadap berbagai persoalan di masyarakat,” ujar Angkie.
Mengenai ucapan ‘lampu merah lagi’ dari Jokowi, Angkie belum menjelaskan detail. Menurut Angkie, semua kebijakan terkait Covid-19 berada pada GTPP Covid-19 sebagai perpanjangan tangan presiden. “Kebijakan terkait PSBB atau langkah lain ada di gugus tugas sebagai kepanjangan Presiden dalam penanganan Covid-19,” imbuhnya.
Di sisi lain, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto juga mengaku tengah menelaah maksud ucapan Jokowi. “Sedang kita pelajari lebih lanjut,” kata Yuri secara terpisah.
Sumut Tembus 2.085 Kasus
Peningkatan jumlah penderita Covid-19 di Sumut juga semakin mengkhawatirkan. Hingga Kamis (9/7) sore, jumlah pasien positif terinfeksi Covid-19 berdasarkan hasil swab PCR, tembus mencapai angka 2.085 orang. Padahal, pada Rabu (8/7), masih berada diangka 1.976 orang. “Saat ini jumlah penderita terkonfirmasi positif Covid-19 sudah mencapai 2.085 orang, bertambah 109 kasus baru,” kata Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, Mayor Kes dr Whiko Irwan SpB dalam keterangan pers via video streaming Youtube, Kamis (9/7) sore.
Sedangkan untuk orang dalam pemantauan (ODP), jumlahnya juga masih meningkat sebanyak 13 orang menjadi 1.690. Kemudian, yang meninggal dunia bertambah 5 orang menjadi 115. Namun demikian, angka kesembuhan juga meningkat 11 kasus menjadi 514 orang. “Penurunan hanya terjadi pada pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 8 kasus menjadi 252 orang,” paparnya.
Lebih jauh, Whiko mengatakan, dengan belum diproduksinya vaksin Covid-19 sampai saat ini, maka pandemi yang berlangsung ini belum dapat dipastikan akan sampai kapan berakhirnya. Karenanya, untuk mengurangi dampak kesehatan akibat Covid-19, ditanggulangi pemerintah Provinsi Sumut dengan menyediakan lima rumah sakit (RS) rujukan Covid-19.
Berdasarkan SK Gubernur Sumut Nomor 188.44/171/KPTS/2020, kelima RS rujukan Covid-19 tersebut adalah RS GL Tobing Tanjungmorawa, RS Martha Friska Yos Sudarso, RS Martha Friska Multatuli, RSUD Abdul Manan Simatupang, dan RSUD Gunung Sitoli.
Selanjutnya, berdasarkan SK Gubernur Sumut Nomor 188.44/217/KPTS/2020, RSUD Perdagangan juga ditunjuk sebagai RS rujukan Covid-19 di Provinsi Sumut, di samping sebanyak lima RS rujukan Covid-19 berdasarkan SK Presiden RI sejak Februari 2020 lalu, diantaranya adalah RSUP Haji Adam Malik, RSUD Abdul Manan Simatupang Kisaran, RSUD Tarutung, RSUD Djasmen Saragih Pematangsiantar dan RSUD Padangsidimpuan. “Selain itu, perawatan pasien Covid-19 juga didukung oleh RS pemerintah maupun swasta di Sumut yang memiliki fasilitas ruang rawat isolasi,” terangnya.
Ia membeberkan, dari sebanyak 21 RS di Kota Medan dan sekitarnya, mulai dari kelas A, B, dan C yang tergabung dalam RS online memiliki ruang isolasi beserta tempat tidurnya sebanyak 757 unit bed. Tercatat, pada Rabu (8/7) pukul 17.00 WIB, sebanyak 575 penderita terpapar Covid-19 menjalani perawatan. “Sehingga masih ada sisa tempat untuk dapat digunakan bagi pasien baru, sebanyak 182 tempat tidur,” bebernya.
Akan tetapi, dengan terus meningkatnya angka penderita Covid-19, tidak menutup kemungkinan dalam beberapa waktu ke depan rumah-rumah sakit ini akan terisi penuh. Karenanya dia berpendapat, berapa pun jumlah RS yang disediakan pemerintah daerah akan tetap kembali penuh apabila penularan Covid-19 masih terus terjadi. “Untuk itulah sangat penting bagi kita memutus rantai penularan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan,” tegasnya.
Diutarakannya, penderita PDP dalam kondisi klinis sedang atau berat harus dirawat isolasi di rumah sakit. Bila hasil swabnya didapatkan negatif dua kali, pasien baru dapat keluar dari ruang isolasi kecuali jika memiliki penyakit menular lainnya selain Covid-19. Selanjutnya, orang tanpa gejala (OTG) dan ODP dilakukan isolasi mandiri di rumah.
Setelah swab PCR dilakukan dengan hasil negatif baru isolasi mandirinya berakhir. Begitu juga dengan orang yag rapid testnya reaktif, sambung Whiko, dilaksanakan isolasi mandiri di rumah. Setelah swabnya negatif yang bersangkutan baru dapat lepas dari isolasi mandirinya.(jpc/ris)