25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Suhu Indonesia Tak Dukung Virus Corona, Diprediksi Bisa Menempel 9 Hari

PERIKSA: Seorang petugas kesehatan memeriksa suhu tubuh seorang pengunjung di sebuah pusat perbelanjaan di Shanghai, Sabtu (8/2) lalu.
PERIKSA: Seorang petugas kesehatan memeriksa suhu tubuh seorang pengunjung di sebuah pusat perbelanjaan di Shanghai, Sabtu (8/2) lalu.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya soal belum ditemukannya infeksi novel coronavirus (2019-nCoV) atau lebih dikenal dengan virus corona. Salah satunya adalah terkait matinya virus pada suhu tertentu.

Ketua Umum Pokja Infeksi Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Erlina Burha,n mengatakan virus corona tidak menular hanya lewat udara.

“Saya sudah sampaikan, virus ini menjadi tidak aktif kalau ada sinar ultraviolet dari matahari,” kata Erlina di Cikini, Jakarta, ditulis Senin (10/2)n

Dalam sebuah temu media pada Kamis pekan lalu, Erlina mengemukakan bahwa kemungkinan, ada pengaruh suhu di Indonesia terhadap berkembang biaknya virus corona.

“Virus ini berkembang biak pada suhu yang dingin dengan kelembapan yang rendah. Kalau Indonesia dingin atau enggak? Indonesia enggak ya. Kelembapannya rendah atau tinggi, tinggi ya, 80 persen lah. Ini bukan tempat yang baik untuk virus berkembang biak,” kata Erlina.

Walaupun begitu, bukan berarti Indonesia benar-benar bebas dari ancaman virus. Mereka tetap bisa hidup di Indonesia.

Ketua Umum PP PDPI Agus Dwi Susanto mengatakan, novel coronavirus merupakan salah satu jenis virus corona yang juga menjadi penyebab SARS.

“Kalau dari data SARS, virus corona SARS itu bisa bertahan sekitar dua hari. Tapi kalau di pemanasan, biasanya cepat mati,” kata Agus dalam kesempatan yang sama.

Sehingga, Erlina mengatakan bahwa risiko tetap ada dan masyarakat tetap harus melakukan pencegahan penyakit. Beberapa cara mencegah penyakit yang disarankan adalah rutin mencuci tangan dan menggunakan masker.

Selain itu, penting juga memperkuat imunitas tubuh. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih meminta masyarakat untuk mengonsumsi buah dan sayur minimal tiga kali sehari dan makan makanan bergizi.

Hidup Menempel 9 Hari

Sementara itu, virus corona diketahui rata-rata bisa bertahan hidup di permukaan benda sekitar empat hingga lima hari. Namun beberapa tipe virus Corona bisa hidup pada suhu ruang hingga 9 hari di luar tubuh (inang), yaitu pada permukaan benda-benda seperti kaca, plastik, atau metal.

Temuan itu didapat setelah para peneliti dari Fakultas Kedokteran Ruhr-Universitas Bochum Jerman menilik kembali studi-studi lawas terhadap virus Corona. Tepatnya, mereka meneliti 22 studi historis mengenai berbagai jenis virus corona, termasuk Severe Acute Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Strain 2019-nCoV yang mewabah di Wuhan dan penjuru dunia saat ini adalah infeksi yang ditularkan melalui droplet (percikan cairan tubuh) dan bisa menyebar antarmanusia atau dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi.

“Gagang-gagang pintu di rumah sakit-rumah sakit misalnya, panel-panel pemanggil (call buttons), meja-meja kecil di samping tempat tidur, serta tepian tempat tidur dan obyek lain yang bersentuhan langsung dengan pasien yang umumnya terbuat dari metal atau plastik,” jelas Profesor Gunter Kampt dari Institute of Hygiene and Environmental Medicine di Greifswald University Hospital Jerman yang juga merupakan rekan penulis studi.

Kampt menyebut, suhu rendah dan kelembapan udara tinggi akan memperpanjang masa hidup virus, melansir laman Forbes, Senin (10/2/2020).

Studi yang dimuat dalam The Journal of Hospital Infection ini semula akan dipublikasikan sebagai textbook baru. Namun, guna memberi sedikit titik terang dalam memahami wabah yang kini sedang terjadi, para peneliti memutuskan untuk merilisnya lebih cepat.

“Dengan keadaan saat ini, pendekatan terbaik adalah dengan mempublikasikan fakta-fakta ilmiah yang telah terverifikasi ini lebih awal dengan tujuan semua informasi bisa diakses segera,” ujar Profesor dari Departemen Molekular dan Virologi Medis di Fakulas Kedoktern Ruhr-Universitat Bochum Eike Steinmann.

Menurut Komisi Nasional Kesehatan China, per 10 Februari 2020, jumlah individu yang positif terinfeksi virus corona telah mencapai 40.553 dan korban meninggal 910 orang, mengutip laman Bloomberg. (bbs/net)

PERIKSA: Seorang petugas kesehatan memeriksa suhu tubuh seorang pengunjung di sebuah pusat perbelanjaan di Shanghai, Sabtu (8/2) lalu.
PERIKSA: Seorang petugas kesehatan memeriksa suhu tubuh seorang pengunjung di sebuah pusat perbelanjaan di Shanghai, Sabtu (8/2) lalu.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya soal belum ditemukannya infeksi novel coronavirus (2019-nCoV) atau lebih dikenal dengan virus corona. Salah satunya adalah terkait matinya virus pada suhu tertentu.

Ketua Umum Pokja Infeksi Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Erlina Burha,n mengatakan virus corona tidak menular hanya lewat udara.

“Saya sudah sampaikan, virus ini menjadi tidak aktif kalau ada sinar ultraviolet dari matahari,” kata Erlina di Cikini, Jakarta, ditulis Senin (10/2)n

Dalam sebuah temu media pada Kamis pekan lalu, Erlina mengemukakan bahwa kemungkinan, ada pengaruh suhu di Indonesia terhadap berkembang biaknya virus corona.

“Virus ini berkembang biak pada suhu yang dingin dengan kelembapan yang rendah. Kalau Indonesia dingin atau enggak? Indonesia enggak ya. Kelembapannya rendah atau tinggi, tinggi ya, 80 persen lah. Ini bukan tempat yang baik untuk virus berkembang biak,” kata Erlina.

Walaupun begitu, bukan berarti Indonesia benar-benar bebas dari ancaman virus. Mereka tetap bisa hidup di Indonesia.

Ketua Umum PP PDPI Agus Dwi Susanto mengatakan, novel coronavirus merupakan salah satu jenis virus corona yang juga menjadi penyebab SARS.

“Kalau dari data SARS, virus corona SARS itu bisa bertahan sekitar dua hari. Tapi kalau di pemanasan, biasanya cepat mati,” kata Agus dalam kesempatan yang sama.

Sehingga, Erlina mengatakan bahwa risiko tetap ada dan masyarakat tetap harus melakukan pencegahan penyakit. Beberapa cara mencegah penyakit yang disarankan adalah rutin mencuci tangan dan menggunakan masker.

Selain itu, penting juga memperkuat imunitas tubuh. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih meminta masyarakat untuk mengonsumsi buah dan sayur minimal tiga kali sehari dan makan makanan bergizi.

Hidup Menempel 9 Hari

Sementara itu, virus corona diketahui rata-rata bisa bertahan hidup di permukaan benda sekitar empat hingga lima hari. Namun beberapa tipe virus Corona bisa hidup pada suhu ruang hingga 9 hari di luar tubuh (inang), yaitu pada permukaan benda-benda seperti kaca, plastik, atau metal.

Temuan itu didapat setelah para peneliti dari Fakultas Kedokteran Ruhr-Universitas Bochum Jerman menilik kembali studi-studi lawas terhadap virus Corona. Tepatnya, mereka meneliti 22 studi historis mengenai berbagai jenis virus corona, termasuk Severe Acute Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Strain 2019-nCoV yang mewabah di Wuhan dan penjuru dunia saat ini adalah infeksi yang ditularkan melalui droplet (percikan cairan tubuh) dan bisa menyebar antarmanusia atau dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi.

“Gagang-gagang pintu di rumah sakit-rumah sakit misalnya, panel-panel pemanggil (call buttons), meja-meja kecil di samping tempat tidur, serta tepian tempat tidur dan obyek lain yang bersentuhan langsung dengan pasien yang umumnya terbuat dari metal atau plastik,” jelas Profesor Gunter Kampt dari Institute of Hygiene and Environmental Medicine di Greifswald University Hospital Jerman yang juga merupakan rekan penulis studi.

Kampt menyebut, suhu rendah dan kelembapan udara tinggi akan memperpanjang masa hidup virus, melansir laman Forbes, Senin (10/2/2020).

Studi yang dimuat dalam The Journal of Hospital Infection ini semula akan dipublikasikan sebagai textbook baru. Namun, guna memberi sedikit titik terang dalam memahami wabah yang kini sedang terjadi, para peneliti memutuskan untuk merilisnya lebih cepat.

“Dengan keadaan saat ini, pendekatan terbaik adalah dengan mempublikasikan fakta-fakta ilmiah yang telah terverifikasi ini lebih awal dengan tujuan semua informasi bisa diakses segera,” ujar Profesor dari Departemen Molekular dan Virologi Medis di Fakulas Kedoktern Ruhr-Universitat Bochum Eike Steinmann.

Menurut Komisi Nasional Kesehatan China, per 10 Februari 2020, jumlah individu yang positif terinfeksi virus corona telah mencapai 40.553 dan korban meninggal 910 orang, mengutip laman Bloomberg. (bbs/net)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/