25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Ketua MPR-RI Buka Muktamar X KAMMI

Sementara Ketua MPR,  Zulkifli Hasan membuka sambutannya dengan Takbir. Setelah itu, dikatakannya kepada pihak GMNI yang hadir untuk tidak terkejut, karena Takbir adalah Pancasilais. Hal itu, dikatakannya sesuai Sila Pertama pada Pancasila. Selain itu, dia mencontohkan ketika kolonial tidak rela Indonesia merdeka sehingga ingin masuk kembali. Kemudiam Bung Karno meminta tolong kepada Mbah Hasyim sehingga lahirlah resolusi jihad, ” Hubbul Waton Minal Iman ” dengan Takbir yang akhirnya Belanda dan Sekutu gagal menguasasi.

“Kemarin Ustadz Somad ke Bali. Memang ada yang kurang ajar. Itu oknum, mungkin cari popularitas. Banyak orang Bali yang baik-baik. Hal seperti ini, kita harus menjadi pelopor meluruskannya, salah paham atau pemahaman yang salah. Jangan ada oknum yang salah, semua dimusuhi, ” ujar Zulkifli.

Selain itu, Zulkifli mengingatkan bahwa jaman sekarang tidak semudah jaman dirinya muda. Disebutnya, sekarang ini pertarungan bebas, pertarungan tanpa batas sehingga tidak cukup dengan semangat saja.

Dia mengajak generasi muda untuk memperkokoh jati diri, mengenal betul, sejarah Bangsa, bahwa Indonesia Merdeka bukan pemberian namun berkorban jiwa raga sehingga rasa cinta pada Negara tumbuh. Setelah itu, dikatakannya harus berilmu.

“Namun harus cekatan juga. Tidak ada tempat bagi orang malas di masa seperti ini. Setelah itu juga harus punya jaringan. Tidak cukup jaringan lokal dan nasional saja, melainkan dunia, ” tambahnya.

Sebelum mengakhiri, Zulkifli menyebut tahun 2018, masuk 20 tahun reformasi. Dikatakannya, perkembangan demokrasi cukup baik. Namun, diakuinya cita-cita reformasi masih banyak juga yang belum tuntas, bahkan akhir-akhir ini terbilang agak membahayakan. Dikatakannya, semua itu karena kesenjangan yang terjadi antara Kaya dan Miskin, Pusat dan Daerah, Pulau Jawa dan Pulau Luar Jawa.

“Kalau bicara NKRI, itu yang dibahas. Masa NKRI dimasukkan dalam Pilkada. Kalau saya dukung ini, saya NKRI. Kalau dukung lain tidak NKRI. Itu salah, gawat kita. Biar yang beda itu tetap berbeda, namun kita tetap 1 Tanah Air dan kita jadikan perbedaan itu sebagai kekuatan kita, ” tandasnya. (ain/ril)

Sementara Ketua MPR,  Zulkifli Hasan membuka sambutannya dengan Takbir. Setelah itu, dikatakannya kepada pihak GMNI yang hadir untuk tidak terkejut, karena Takbir adalah Pancasilais. Hal itu, dikatakannya sesuai Sila Pertama pada Pancasila. Selain itu, dia mencontohkan ketika kolonial tidak rela Indonesia merdeka sehingga ingin masuk kembali. Kemudiam Bung Karno meminta tolong kepada Mbah Hasyim sehingga lahirlah resolusi jihad, ” Hubbul Waton Minal Iman ” dengan Takbir yang akhirnya Belanda dan Sekutu gagal menguasasi.

“Kemarin Ustadz Somad ke Bali. Memang ada yang kurang ajar. Itu oknum, mungkin cari popularitas. Banyak orang Bali yang baik-baik. Hal seperti ini, kita harus menjadi pelopor meluruskannya, salah paham atau pemahaman yang salah. Jangan ada oknum yang salah, semua dimusuhi, ” ujar Zulkifli.

Selain itu, Zulkifli mengingatkan bahwa jaman sekarang tidak semudah jaman dirinya muda. Disebutnya, sekarang ini pertarungan bebas, pertarungan tanpa batas sehingga tidak cukup dengan semangat saja.

Dia mengajak generasi muda untuk memperkokoh jati diri, mengenal betul, sejarah Bangsa, bahwa Indonesia Merdeka bukan pemberian namun berkorban jiwa raga sehingga rasa cinta pada Negara tumbuh. Setelah itu, dikatakannya harus berilmu.

“Namun harus cekatan juga. Tidak ada tempat bagi orang malas di masa seperti ini. Setelah itu juga harus punya jaringan. Tidak cukup jaringan lokal dan nasional saja, melainkan dunia, ” tambahnya.

Sebelum mengakhiri, Zulkifli menyebut tahun 2018, masuk 20 tahun reformasi. Dikatakannya, perkembangan demokrasi cukup baik. Namun, diakuinya cita-cita reformasi masih banyak juga yang belum tuntas, bahkan akhir-akhir ini terbilang agak membahayakan. Dikatakannya, semua itu karena kesenjangan yang terjadi antara Kaya dan Miskin, Pusat dan Daerah, Pulau Jawa dan Pulau Luar Jawa.

“Kalau bicara NKRI, itu yang dibahas. Masa NKRI dimasukkan dalam Pilkada. Kalau saya dukung ini, saya NKRI. Kalau dukung lain tidak NKRI. Itu salah, gawat kita. Biar yang beda itu tetap berbeda, namun kita tetap 1 Tanah Air dan kita jadikan perbedaan itu sebagai kekuatan kita, ” tandasnya. (ain/ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/