PANGKALAN BUN, SUMUTPOS.CO – Penyelam TNI AL yang tergabung dalam Tim Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas), akhirnya berhasil mengambil salah satu bagian dari Kotak Hitam AirAsia QZ8501, yakni Flight Data Recorder (FDR), sekitar 1 kilometer dari lokasi ekor pesawat di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Senin (12/1).
“Pada 07.11 WIB, kami berhasil mengangkat bagian dari kotak hitam yang dikenal sebagai perekam data penerbangan,” uja Kepala Basarnas, Bambang Soelistyo, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (12/1) jelang siang.
Penemuan ini kembali memunculkan titik terang upaya mengungkap penyebab jatuhnya AirAsia QZ8501, yang terbang dari Surabaya hendak ke Singapura pada Minggu (28/12). Di pesawat nahas tersebut, terdapat 162 orang, 48 di antaranya sudah dievakuasi (maaf) tak bernyawa.
Dalam beberapa hari terakhir, Basarnas memang disibukkan dengan pencarian dan penemuan Black Box dan nihil menemukan korban. Keluarga korban, pihak maskapai hingga Presiden Joko Widodo sudah meminta Tim SAR untuk memprioritaskan menemukan sisa-sisa korban yang mereka cintai.
Tim pencari memang meyakini, korban lain bakal ditemukan di dalam bagian utama pesawat. “Semua kapal, tetap akan diturunkan dengan tugas utama mencari tubuh yang masih atau diduga masih terjebak di bawah air,” kata Soelistyo.
Sementara itu, Ketua Investigasi AirAsia QZ8501 dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Mardjono Siswosuwarno juga sudah membenarkan penemuan FDR tersebur. “Kotak hitam kedua dengan Cockpit Voice Recorder (CDR) juga sdah ditemukan berdasarkan Ping dari pemanar darurat, namun CDR ini belum bisa diambil,” ujar Mardjono, seperti dikutip dari Reuters, Senin (12/1).
Ditemukannya Black Box di dekat serpihan sayap QZ8501 ini diharapkan segera akan mengungkapkan penyebab kecelakaan itu. FDR atau perekam data penerbangan itu sendiri kini sedang dalam perjalanan ke Jakarta. Para pejabat tidak memberikan rincian kondisi kotak hitam.
“Proses download mudah, mungkin bisa satu hari. Tapi membacanya lebih sulit … bisa memakan waktu dua minggu sampai satu bulan,” kata Mardjono. (adk/jpnn)