31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Potongan Tubuh Nyangkut di Pohon

Pecinta alam dari Mapala Universitas Indonesia, Ridwan Hakim (20) yang ikut melakukan pencarian, berhasil mencapai lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100. Ia menemukan serpihan dan potongan tubuh manusia yang berserakan, tepatnya di ketinggian 2005 meter di atas permukaan laut atau sekitar 20 meter dari Puncak Salak I.

“Kalau ke bawah sekitar 400 meter lagi. Di antara potongan tubuh itu ada wanita dan laki-laki. Semuanya tidak ada yang hidup,” ujarnya.
Ridwan bersama tim SAR juga menemukan KTP atas nama Irmawati kelahiran 1987. Kondisnya cukup mengenaskan, hanya rambut dan pakaian dalam yang tersisa di tubuhnya. Semua korban yang ditemukan dalam keadaan tidak utuh.

Tak jauh dari lokasi jenazah, juga ditemukan dompet hitam dan berisi uang dolar. Di lokasi yang masih tercium aroma daging terbakar itu, Ridwan juga menemukan paspor atas nama Ganis Arman. “Mungkin bule itu cewek, hidungnya warna putih-putih gitu,” kata dia.

Ridwan menjelaskan, ia bersama tiga rekan Mapala UI serta tim gabungan SAR lainnya berangkat sejak Kamis (10/5) siang. Tim yang menemukan jenazah tersebut, adalah tim yang pertama berangkat menuju lokasi.

“Kita berangkat melalui jalur Loji Cigombong pukul 13:00 (Kamis 10/05). Kita menemukan jenazah korban pada pukul 10:15 tadi pagi (Jumat 11/05),” ujar Ridwan kepada wartawan di Posko Penanggulangan Bencana Balai Embrio Sapi Cipelang, Cijeruk, Kabupaten Bogor, kemarin.

Ketika menemukan jenazah, ia mengaku tak mengetahui jumlah total korban yang dievakuasi, karena bagian tubuh jenazah terpisah-pisah. “Kita tak bisa hitung berapa jenazah, karena terpisah-pisah. Bentuknya hanya serpihan-serpihan manusia. Ada kaki, muka sampai rambut, tangan, daging-daging, tengkorak kepala. Yang kita temukan itu nyangkut di tebing-tebing,” tuturnya.

Saat menemukan jenzah korban, tim gabungan hanya memiliki empat kantong mayat. Mereka pun mengevakuasi menggunakan tali atau secara rafling, karena kondisi kemiringan tebing sekitar 80 derajat. Setelah berhasil mengevakuasi beberapa potongan tubuh, jenazah itu belum dibawa ke bawah dan hanya bisa dimasukan ke kantong mayat.

Dari beberapa potongan tubuh, ada yang berjenis kelamin perempuan, terlihat melalui daging yang dibungkus celana dalam wanita. Akhirnya, empat personel Mapala UI itu kembali ke posko utama penanggulangan bencana sekitar pukul 13:00 dan tiba di posko utama pukul 17:00.

“Tadi kita juga menemukan kamera digItal, ipon, laptop, tapi gosong semua,” jelasnya.

Satu Kantung Bisa 30 Jasad

Dari Jakarta, Ketua Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kombes Anton Castilani menjelaskan, meskipun sudah ada 12 kantong jenazah atau cadaver, belum tentu ada 12 jasad di kantong itu. “Bisa saja lebih, bisa juga kurang,” katanya.

Itu karena, potongan tubuh yang diduga tidak utuh harus dicek dulu sesuai data antemortem (sebelum kematian) yang sudah disetor keluarga korban. “Satu kantong jenazah itu bisa saja  30 jasad,” katanya.

Meskipun sudah menerima laporan dari lapangan langsung, Anton menolak menjelaskan secara detail kondisi korban. “Tunggu identifikasi saja,” katanya.
Untuk tes DNA satu sampel butuh waktu dua minggu. Laboratorium DNA Polri bisa memeriksa 96 sampel sekaligus dalam satu waktu. “Semoga saja kondisinya baik,” kata Anton.

Dia juga sudah menerima data-data antemortem berupa sisa rambut, bekas sikat gigi, bahkan sampel lipstick dari para keluarga korban. “Itu sangat berguna sekali,” katanya.

Dari barang-barang sehari-hari itulah sampel DNA diambil lalu nanti dicocokkan. “Kalau yang teridentifikasi secara fisik, misalnya bentuk giginya, ya tidak perlu tes DNA,” katanya.

Di depan keluarga korban, Kombes Anton berjanji akan mengembalikan setiap potongan tubuh korban pada keluarga. “Sebagai pribadi dan atas nama Polri, saya akan pastikan setiap jasad atau potongan tubuh keluarga bapak ibu akan kami kembalikan ke keluarga,” katanya dengan nada tegas.

Dihubungi terpisah, Kepala Penerangan Lanud Atang Sanjaya Bogor Mayor Amri Lubis menjelaskan, jika pagi ini cuaca clear , heli akan berangkat pukul 5 pagi.  “Diperkirakan jam 8 sudah bisa sampai di Halim Perdanakusumah,” katanya.

Meski begitu, heli tidak bisa langsung menurunkan rescuer dengan terbang hoisting (heli standby di udara) . “Kemiringannya tidak memungkinkan bagi penolong untuk turun langsung dari heli menggunakan teknik rappelling,” katanya.

Jadi, heli akan turun di helipad darurat, selanjutnya menunggu tim SAR darat membawa korban dengan jalan kaki. “Lanxcar tidaknya tergantung dari cuaca,kita berdoa sky clear besok (hari ini, red),” katanya.

Di bagian lain, tim evakuasi Marinir dari Pasmar -2 Cilandak mengaku berhasil pertama kali melihat jasad pada pukul 07.20 kemarin. “Kita menemukan delapan,” kata Letkol Mar Oni Junianto , komandan regu Marinir.

Menurut Oni, kondisi tebing sangat curam. “Kita secara visual melihat korban-korban lain namun harus menggunakan peralatan khusus untuk evakuasi,” katanya. (rdl/ken/ric/bac/sdk/jpnn)

Pecinta alam dari Mapala Universitas Indonesia, Ridwan Hakim (20) yang ikut melakukan pencarian, berhasil mencapai lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100. Ia menemukan serpihan dan potongan tubuh manusia yang berserakan, tepatnya di ketinggian 2005 meter di atas permukaan laut atau sekitar 20 meter dari Puncak Salak I.

“Kalau ke bawah sekitar 400 meter lagi. Di antara potongan tubuh itu ada wanita dan laki-laki. Semuanya tidak ada yang hidup,” ujarnya.
Ridwan bersama tim SAR juga menemukan KTP atas nama Irmawati kelahiran 1987. Kondisnya cukup mengenaskan, hanya rambut dan pakaian dalam yang tersisa di tubuhnya. Semua korban yang ditemukan dalam keadaan tidak utuh.

Tak jauh dari lokasi jenazah, juga ditemukan dompet hitam dan berisi uang dolar. Di lokasi yang masih tercium aroma daging terbakar itu, Ridwan juga menemukan paspor atas nama Ganis Arman. “Mungkin bule itu cewek, hidungnya warna putih-putih gitu,” kata dia.

Ridwan menjelaskan, ia bersama tiga rekan Mapala UI serta tim gabungan SAR lainnya berangkat sejak Kamis (10/5) siang. Tim yang menemukan jenazah tersebut, adalah tim yang pertama berangkat menuju lokasi.

“Kita berangkat melalui jalur Loji Cigombong pukul 13:00 (Kamis 10/05). Kita menemukan jenazah korban pada pukul 10:15 tadi pagi (Jumat 11/05),” ujar Ridwan kepada wartawan di Posko Penanggulangan Bencana Balai Embrio Sapi Cipelang, Cijeruk, Kabupaten Bogor, kemarin.

Ketika menemukan jenazah, ia mengaku tak mengetahui jumlah total korban yang dievakuasi, karena bagian tubuh jenazah terpisah-pisah. “Kita tak bisa hitung berapa jenazah, karena terpisah-pisah. Bentuknya hanya serpihan-serpihan manusia. Ada kaki, muka sampai rambut, tangan, daging-daging, tengkorak kepala. Yang kita temukan itu nyangkut di tebing-tebing,” tuturnya.

Saat menemukan jenzah korban, tim gabungan hanya memiliki empat kantong mayat. Mereka pun mengevakuasi menggunakan tali atau secara rafling, karena kondisi kemiringan tebing sekitar 80 derajat. Setelah berhasil mengevakuasi beberapa potongan tubuh, jenazah itu belum dibawa ke bawah dan hanya bisa dimasukan ke kantong mayat.

Dari beberapa potongan tubuh, ada yang berjenis kelamin perempuan, terlihat melalui daging yang dibungkus celana dalam wanita. Akhirnya, empat personel Mapala UI itu kembali ke posko utama penanggulangan bencana sekitar pukul 13:00 dan tiba di posko utama pukul 17:00.

“Tadi kita juga menemukan kamera digItal, ipon, laptop, tapi gosong semua,” jelasnya.

Satu Kantung Bisa 30 Jasad

Dari Jakarta, Ketua Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kombes Anton Castilani menjelaskan, meskipun sudah ada 12 kantong jenazah atau cadaver, belum tentu ada 12 jasad di kantong itu. “Bisa saja lebih, bisa juga kurang,” katanya.

Itu karena, potongan tubuh yang diduga tidak utuh harus dicek dulu sesuai data antemortem (sebelum kematian) yang sudah disetor keluarga korban. “Satu kantong jenazah itu bisa saja  30 jasad,” katanya.

Meskipun sudah menerima laporan dari lapangan langsung, Anton menolak menjelaskan secara detail kondisi korban. “Tunggu identifikasi saja,” katanya.
Untuk tes DNA satu sampel butuh waktu dua minggu. Laboratorium DNA Polri bisa memeriksa 96 sampel sekaligus dalam satu waktu. “Semoga saja kondisinya baik,” kata Anton.

Dia juga sudah menerima data-data antemortem berupa sisa rambut, bekas sikat gigi, bahkan sampel lipstick dari para keluarga korban. “Itu sangat berguna sekali,” katanya.

Dari barang-barang sehari-hari itulah sampel DNA diambil lalu nanti dicocokkan. “Kalau yang teridentifikasi secara fisik, misalnya bentuk giginya, ya tidak perlu tes DNA,” katanya.

Di depan keluarga korban, Kombes Anton berjanji akan mengembalikan setiap potongan tubuh korban pada keluarga. “Sebagai pribadi dan atas nama Polri, saya akan pastikan setiap jasad atau potongan tubuh keluarga bapak ibu akan kami kembalikan ke keluarga,” katanya dengan nada tegas.

Dihubungi terpisah, Kepala Penerangan Lanud Atang Sanjaya Bogor Mayor Amri Lubis menjelaskan, jika pagi ini cuaca clear , heli akan berangkat pukul 5 pagi.  “Diperkirakan jam 8 sudah bisa sampai di Halim Perdanakusumah,” katanya.

Meski begitu, heli tidak bisa langsung menurunkan rescuer dengan terbang hoisting (heli standby di udara) . “Kemiringannya tidak memungkinkan bagi penolong untuk turun langsung dari heli menggunakan teknik rappelling,” katanya.

Jadi, heli akan turun di helipad darurat, selanjutnya menunggu tim SAR darat membawa korban dengan jalan kaki. “Lanxcar tidaknya tergantung dari cuaca,kita berdoa sky clear besok (hari ini, red),” katanya.

Di bagian lain, tim evakuasi Marinir dari Pasmar -2 Cilandak mengaku berhasil pertama kali melihat jasad pada pukul 07.20 kemarin. “Kita menemukan delapan,” kata Letkol Mar Oni Junianto , komandan regu Marinir.

Menurut Oni, kondisi tebing sangat curam. “Kita secara visual melihat korban-korban lain namun harus menggunakan peralatan khusus untuk evakuasi,” katanya. (rdl/ken/ric/bac/sdk/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/