28 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Jamaah Bingung Bemunculan di Tanah Suci

AFP PHOTO/FAYEZ NURELDINE Empat jamaah haji asal Indonesia duduk sambil berbincang-bincang di tepi trotoar di Kota Mekkah usai Salat Ashar, beberapa waktu lalu.
AFP PHOTO/FAYEZ NURELDINE
Empat jamaah haji asal Indonesia duduk sambil berbincang-bincang di tepi trotoar di Kota Mekkah usai Salat Ashar, beberapa waktu lalu.

MAKKAH, SUMUTPOS.CO – Kasus calon jamaah haji yang mengalami disorientasi mulai bermunculan di Madinah. Sebagian di antara mereka ditemukan di Masjid Nabawi selepas mengikuti salat wajib. Lanjut usia, sendirian, bingung, bahkan tidak merasa berada di tempat suci.

Salah satu calon haji yang mengalami disorientasi itu berasal dari Brebes. Kemarin, dia sendirian mondar-mandir di pelataran Masjid Nabawi. Kebetulan ada pembimbing ibadah dari embarkasi lain yang mengetahui keberadaan calon haji bersarung cokelat dan berbaju hitam itu. Akhirnya, CH bergelang plastik kuning tersebut diserahkan petugas ke sektor khusus.

”Saya sedang mencari istri saya. Dari tadi tidak ketemu,” ujar calon haji berusia sekitar 60 tahun tersebut. Yang cukup mengejutkan, calon haji berinisial Ahd tersebut tidak merasa sedang berada di Masjid Nabawi atau pun di tanah suci. Dia mengaku sedang mondar-mandir di sekitar tempat tinggalnya.

”Ini ‘kan masih Brebes?” ujar pria berkulit sawo matang itu.

Dia mengaku seperti baru saja naik pesawat dari Pekalongan. Namun, saat ditanya sedang berada dimana, jawabannya tetap Brebes.

Kasus serupa juga ditemukan sehari sebelumnya di Masjid Nabawi. Calon haji asal Sumedang itu kebingungan di pelataran masjid setelah mengikuti salat jamaah zuhur. Dia juga merasa masih berada di Sumedang. Calon haji disorientasi juga sudah ada yang masuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia. Calon haji pria itu berasal dari Padang. Namun setelah mendapat perawatan, yang bersangkutan diizinkan kembali ke hotel.

Angota tim kesehatan PPHI dr Tri Supriyanto SpPd mengungkapkan, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan calon haji mengalami disorientasi. Bisa karena perubahan sesaat, bisa juga karena riwayat kesehatan. Misalnya ada riwayat gangguan jiwa.

”Tapi untuk calon haji, kemungkinan semacam itu kita singkirkan dulu. Sebab mereka sudah lolos pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat,” ujarnya.

Pikun juga bisa mempercepat terjadinya disorientasi. Apalagi calon haji tersebut berada di lingkungan yang benar-benar baru. “Orang yang sulit menghapal tanda-tanda atau petunjuk fisik juga berpeluang mengalami disorientasi pada saat musim haji seperti ini,” ujarnya.

Faktor penyebab lainnya, lanjut Tri, adalah dehidrasi. Cuaca yang panas disertai aktivitas yang padat sangat potensial menyebabkan dehidrasi yang berujung disorientasi. Apalagi jika orang tersebut lupa minum.

”Kalau sudah tahu penyebabnya, kita bisa melakukan langkah penanganan. Kalau karena dehidrasi, ya dehidrasinya yang kita atasi dulu,” ujarnya.

”Tapi kalau karena faktor lain, kita tenangkan dulu, dicari penyebabnya, baru diberi tindakan. Lebih baik kalau yang bersangkutan ditemani keluarganya,” tambahnya.

Sementara itu, upaya menjaga kesehatan calon haji sudah dilakukan sejak kedatangan di Bandara Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz. Contohnya saat calon haji kloter 2 embarkasi Jakarta Pondok Gede tiba di Madinah. Begitu keluar dari pintu kedatangan terminal internasional, para calon haji langsung diminta mengenakan masker.

”Sebenarnya mereka sudah mengenakan masker sejak turun dari pesawat. Tapi karena ada prosedur foto wajah di imigrasi, masker itu dilepas,” ujar tim kesehatan PPIH Adek Ely Afrida.

Dia menjelaskan, penggunaan masker oleh calon haji saat pertama kali tiba di Tanah Suci sangat penting. Sebab, perbedaan suhu udara antara di Indonesia dengan Arab Saudi selama musim haji 2016 sangat jauh. Contohnya kemarin siang, suhu udara di luar terminal tercatat mencapai 42 derajat Celsius.

”Saat berada di dalam terminal terasa nyaman karena ada AC. Tapi begitu keluar pintu terminal, kulit wajah serasa disembur udara panas,” ujarnya.

Dalam kondisi seperti itu, para calon haji yang rata-rata sudah berusia lanjut akan mudah terserang penyakit. Termasuk heatstroke dan dehidrasi. ”Kami berusaha agar mereka tidak jatuh sakit saat tiba di Madinah. Kalau tiba-tiba sakit, mereka akan kesulitan menjalani ibadah arbain, bahkan ibadah haji secara keseluruhan,” ujarnya. (fat/jpg)

AFP PHOTO/FAYEZ NURELDINE Empat jamaah haji asal Indonesia duduk sambil berbincang-bincang di tepi trotoar di Kota Mekkah usai Salat Ashar, beberapa waktu lalu.
AFP PHOTO/FAYEZ NURELDINE
Empat jamaah haji asal Indonesia duduk sambil berbincang-bincang di tepi trotoar di Kota Mekkah usai Salat Ashar, beberapa waktu lalu.

MAKKAH, SUMUTPOS.CO – Kasus calon jamaah haji yang mengalami disorientasi mulai bermunculan di Madinah. Sebagian di antara mereka ditemukan di Masjid Nabawi selepas mengikuti salat wajib. Lanjut usia, sendirian, bingung, bahkan tidak merasa berada di tempat suci.

Salah satu calon haji yang mengalami disorientasi itu berasal dari Brebes. Kemarin, dia sendirian mondar-mandir di pelataran Masjid Nabawi. Kebetulan ada pembimbing ibadah dari embarkasi lain yang mengetahui keberadaan calon haji bersarung cokelat dan berbaju hitam itu. Akhirnya, CH bergelang plastik kuning tersebut diserahkan petugas ke sektor khusus.

”Saya sedang mencari istri saya. Dari tadi tidak ketemu,” ujar calon haji berusia sekitar 60 tahun tersebut. Yang cukup mengejutkan, calon haji berinisial Ahd tersebut tidak merasa sedang berada di Masjid Nabawi atau pun di tanah suci. Dia mengaku sedang mondar-mandir di sekitar tempat tinggalnya.

”Ini ‘kan masih Brebes?” ujar pria berkulit sawo matang itu.

Dia mengaku seperti baru saja naik pesawat dari Pekalongan. Namun, saat ditanya sedang berada dimana, jawabannya tetap Brebes.

Kasus serupa juga ditemukan sehari sebelumnya di Masjid Nabawi. Calon haji asal Sumedang itu kebingungan di pelataran masjid setelah mengikuti salat jamaah zuhur. Dia juga merasa masih berada di Sumedang. Calon haji disorientasi juga sudah ada yang masuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia. Calon haji pria itu berasal dari Padang. Namun setelah mendapat perawatan, yang bersangkutan diizinkan kembali ke hotel.

Angota tim kesehatan PPHI dr Tri Supriyanto SpPd mengungkapkan, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan calon haji mengalami disorientasi. Bisa karena perubahan sesaat, bisa juga karena riwayat kesehatan. Misalnya ada riwayat gangguan jiwa.

”Tapi untuk calon haji, kemungkinan semacam itu kita singkirkan dulu. Sebab mereka sudah lolos pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat,” ujarnya.

Pikun juga bisa mempercepat terjadinya disorientasi. Apalagi calon haji tersebut berada di lingkungan yang benar-benar baru. “Orang yang sulit menghapal tanda-tanda atau petunjuk fisik juga berpeluang mengalami disorientasi pada saat musim haji seperti ini,” ujarnya.

Faktor penyebab lainnya, lanjut Tri, adalah dehidrasi. Cuaca yang panas disertai aktivitas yang padat sangat potensial menyebabkan dehidrasi yang berujung disorientasi. Apalagi jika orang tersebut lupa minum.

”Kalau sudah tahu penyebabnya, kita bisa melakukan langkah penanganan. Kalau karena dehidrasi, ya dehidrasinya yang kita atasi dulu,” ujarnya.

”Tapi kalau karena faktor lain, kita tenangkan dulu, dicari penyebabnya, baru diberi tindakan. Lebih baik kalau yang bersangkutan ditemani keluarganya,” tambahnya.

Sementara itu, upaya menjaga kesehatan calon haji sudah dilakukan sejak kedatangan di Bandara Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz. Contohnya saat calon haji kloter 2 embarkasi Jakarta Pondok Gede tiba di Madinah. Begitu keluar dari pintu kedatangan terminal internasional, para calon haji langsung diminta mengenakan masker.

”Sebenarnya mereka sudah mengenakan masker sejak turun dari pesawat. Tapi karena ada prosedur foto wajah di imigrasi, masker itu dilepas,” ujar tim kesehatan PPIH Adek Ely Afrida.

Dia menjelaskan, penggunaan masker oleh calon haji saat pertama kali tiba di Tanah Suci sangat penting. Sebab, perbedaan suhu udara antara di Indonesia dengan Arab Saudi selama musim haji 2016 sangat jauh. Contohnya kemarin siang, suhu udara di luar terminal tercatat mencapai 42 derajat Celsius.

”Saat berada di dalam terminal terasa nyaman karena ada AC. Tapi begitu keluar pintu terminal, kulit wajah serasa disembur udara panas,” ujarnya.

Dalam kondisi seperti itu, para calon haji yang rata-rata sudah berusia lanjut akan mudah terserang penyakit. Termasuk heatstroke dan dehidrasi. ”Kami berusaha agar mereka tidak jatuh sakit saat tiba di Madinah. Kalau tiba-tiba sakit, mereka akan kesulitan menjalani ibadah arbain, bahkan ibadah haji secara keseluruhan,” ujarnya. (fat/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/