Buwas yang pada saat itu didampingi Kepala BNN Sumut, Brigjen Andi Loedianto berkeliling melihat kolam-kolam berisi buaya. Pihak penangkaran yang sudah memisahkan buaya sesuai dengan umurnya pun sibuk menerangkan satu per satu kebiasaan dan makanan buaya. Sesekali pihak penangkaran melempar ayam ke dalam kolam untuk membuktikan kepada Buwas bahwa di dalam kolam besar tersebut terdapat ribuan buaya yang siap menerkam. “Bapak lihatkan, buaya-buaya kita masih sehat-sehat dan besar-besar,” ujar seorang pengelola penangkaran.
Melihat buaya menerkam ayam yang dilempar oleh penjaga penangkaran, Buwas terkesima dan langsung mengabadikan pemandangan itu dengan ponselnya. Sesekali dia menunjuk-nunjuk ke arah kolam yang terlihat buaya memakan ayam. “Ganas buayanya ya,” kata Buwas kepada pengelola.
Kehadiran Buwas juga disambut spanduk bertuliskan “Pak Buwas kirim bandar narkoba kemari, biar kami selesaikan”. Tulisan di spanduk yang seolah-olah dikatakan oleh buaya yang mengharapkan mafia narkoba ‘bergabung’ dengan mereka.
Sementara itu, pengelola penangkaran buaya bernama Lim Hui Cu (58) merespon baik bila lokasinya dijadikan penjara mafia narkoba. Apalagi, pemerintah sedang giat-giatnya memberantas narkoba. “Saya setuju saja,” ucapnya.
Lanjutnya, penangkaran itu dibangun tahun 1959. Mulai dari 12 ekor hingga 2800 ekor. “Buaya yang saya pelihara jenis buaya rawa. Namun, kalau lokasi saya tidak dijadikan penangkaran, maka saya akan memberikan dua anak buaya kepada Buawas. Pokoknya saya setuju bandar narkoba dijaga buaya,”pungkasnya. (gib/bay/deo)