30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

NU-Muhammadiyah Sepakat Redam Suhu Politik

Sekjen Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Masih hangatnya situasi politik nasional menjadi keprihatinan bagi dua organisasi masyarakat (ormas) terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Dalam halakah Senin (12/6), keduanya pun bersepakat untuk bahu-membahu meredakannya.

Sekjen Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyatakan, meski pilkada DKI Jakarta sudah selesai, imbas perseteruannya belum hilang sepenuhnya. Buktinya, riak-riak polarisasi masih terjadi dan dirasakan. Muhammadiyah dan NU merasa ikut bertanggung jawab untuk melakukan upaya konstruktif. ’’Agar situasi kehidupan kebangsaan ini makin kondusif dan tidak ada panas-panas lah,’’ ujarnya setelah pertemuan di Gedung Pengurus Pusat Muhammadiyah, Jakarta, kemarin.

Saat didesak apa langkah konkretnya, Mu’ti belum bisa menjelaskan. Menurut dia, pertemuan kemarin baru upaya awal. Nanti, sebelum Lebaran, pihaknya menjanjikan pertemuan lanjutan guna membahas lebih jauh. ’’Tinggal kita tunggu harinya saja. Mudah-mudahan bisa dilaksanakan sebelum Idul Fitri ini lah,’’ imbuhnya.

Mu’ti mengatakan, saat ini situasi politik nasional memang sedikit mereda. Namun, hal itu lebih disebabkan oleh datangnya momen Ramadan. Sementara itu, kondisi pasca-Lebaran sulit diprediksi. Bahkan, ada potensi kembali memanas.

Karena itu, dia telah mengimbau jajarannya hingga tingkat ranting untuk memperbanyak komunikasi politik dengan NU. Tujuannya, umat Islam menjadi lebih harmonis. ’’Ini bisa dilakukan di level wilayah, kemudian daerah, seterusnya ke cabang. Ya, insya Allah lah dua ormas ini akan mempunyai peran yang besar,’’ imbuhnya.

Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup kemarin, utusan NU diwakili Sekjen PB NU Helmy Faisal. Sayang, dia enggan berbicara lebih banyak. Sama halnya dengan Mu’ti, Helmy berharap bisa memainkan peran penting dalam menyikapi situasi politik. ’’Lebih jelasnya nanti saja,’’ ujarnya, lantas pergi. (far/c19/fat/jpg)

Sekjen Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Masih hangatnya situasi politik nasional menjadi keprihatinan bagi dua organisasi masyarakat (ormas) terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Dalam halakah Senin (12/6), keduanya pun bersepakat untuk bahu-membahu meredakannya.

Sekjen Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyatakan, meski pilkada DKI Jakarta sudah selesai, imbas perseteruannya belum hilang sepenuhnya. Buktinya, riak-riak polarisasi masih terjadi dan dirasakan. Muhammadiyah dan NU merasa ikut bertanggung jawab untuk melakukan upaya konstruktif. ’’Agar situasi kehidupan kebangsaan ini makin kondusif dan tidak ada panas-panas lah,’’ ujarnya setelah pertemuan di Gedung Pengurus Pusat Muhammadiyah, Jakarta, kemarin.

Saat didesak apa langkah konkretnya, Mu’ti belum bisa menjelaskan. Menurut dia, pertemuan kemarin baru upaya awal. Nanti, sebelum Lebaran, pihaknya menjanjikan pertemuan lanjutan guna membahas lebih jauh. ’’Tinggal kita tunggu harinya saja. Mudah-mudahan bisa dilaksanakan sebelum Idul Fitri ini lah,’’ imbuhnya.

Mu’ti mengatakan, saat ini situasi politik nasional memang sedikit mereda. Namun, hal itu lebih disebabkan oleh datangnya momen Ramadan. Sementara itu, kondisi pasca-Lebaran sulit diprediksi. Bahkan, ada potensi kembali memanas.

Karena itu, dia telah mengimbau jajarannya hingga tingkat ranting untuk memperbanyak komunikasi politik dengan NU. Tujuannya, umat Islam menjadi lebih harmonis. ’’Ini bisa dilakukan di level wilayah, kemudian daerah, seterusnya ke cabang. Ya, insya Allah lah dua ormas ini akan mempunyai peran yang besar,’’ imbuhnya.

Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup kemarin, utusan NU diwakili Sekjen PB NU Helmy Faisal. Sayang, dia enggan berbicara lebih banyak. Sama halnya dengan Mu’ti, Helmy berharap bisa memainkan peran penting dalam menyikapi situasi politik. ’’Lebih jelasnya nanti saja,’’ ujarnya, lantas pergi. (far/c19/fat/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/