32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Novela Nawipa, Bintang Sidang Sengketa Pilpres di MK

Novela Nawipa
Novela Nawipa (tengah).

SUMUTPOS.CO – Sidang perkara hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2014 di Makhamah Konstitusi (MK) kemarin (12/8) bernuansa berbeda. Seorang saksi bagi pasangan Prabowo-Hatta, Novela Nawipa namanya tiba-tiba menjadi nge-hit di media gara-gara sikap dan gayanya saat bersaksi di dalam persidangan sengketa tersebut.

Novela, yang juga merupakan ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra di daerahnya tersebut dihadirkan di persidangan MK dalam kapasitasnya sebagai saksi mandat bagi Prabowo-Hatta di Kampung Awaputu, Papua. Sama seperti saksi-saksi lainnya, dia memberikan keterangan ke majelis hakim konstitusi tentang adanya kecurangan saat proses pemungutan suara 9 Juli lalu di kampungnya.

Hanya saja, saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari majelis hakim, jawaban Novela yang ceplas-ceplos tanpa bimbang membuat peserta yang hadir di dalam maupun di luar persidangan tertawa, tidak terkecuali hakim konstitusi.

Salah satu dialognya, ketika hakim konstitusi Arief Hidayat menanyakan berapa jarak antara desa dengan distriknya terkait keterangannya yang menyatakan bahwa di kampungnya tidak ada penyelenggaraan pemilu.

“300 kilometer,” tegas perempuan yang mengenakan batik saat bersaksi tersebut, dengan logat khas Papua yang berapi-api.

Jawabannya itu membuat Arief kaget karena mungkin tidak menyangka bahwa jarak tempat tinggalnya ke distriknya amat jauh. Namun, Novela langsung meralat jawabannya. “30 kilometer, eh 300 meter Yang Mulia. Saya manusia Pak, pasti punya salah nggak apa-apa,” ucap Novela renyah menyambi membela dirinya di hadapan majelis.

Mendengar jawaban tersebut, sontak mengundang tawa seluruh peserta sidang yang hadir di dalam maupun orang yang menonton persidangan tersebut di luar ruangan melalui layar kaca.

Usai tertawa, Arief kembali bertanya apakah Novela juga mengetahui ada kegiatan lain di distrik lainnya dengan jarak yang tak terlalu jauh itu. “Saya tidak mau bicara kampung lain. Saya maunya di kampung saya,” ketusnya.

“Saya bisa kacau,” sambut Arief menanggapi jawabannya sambil geleng-geleng kepala. “Ya Bapak kacau, saya juga bisa kacau Pak,” ucap perempuan yang juga merupakan direktur wanita (direktris) CV Iyobai tersebut enteng sambil kembali duduk. (dod)

Novela Nawipa
Novela Nawipa (tengah).

SUMUTPOS.CO – Sidang perkara hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2014 di Makhamah Konstitusi (MK) kemarin (12/8) bernuansa berbeda. Seorang saksi bagi pasangan Prabowo-Hatta, Novela Nawipa namanya tiba-tiba menjadi nge-hit di media gara-gara sikap dan gayanya saat bersaksi di dalam persidangan sengketa tersebut.

Novela, yang juga merupakan ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra di daerahnya tersebut dihadirkan di persidangan MK dalam kapasitasnya sebagai saksi mandat bagi Prabowo-Hatta di Kampung Awaputu, Papua. Sama seperti saksi-saksi lainnya, dia memberikan keterangan ke majelis hakim konstitusi tentang adanya kecurangan saat proses pemungutan suara 9 Juli lalu di kampungnya.

Hanya saja, saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari majelis hakim, jawaban Novela yang ceplas-ceplos tanpa bimbang membuat peserta yang hadir di dalam maupun di luar persidangan tertawa, tidak terkecuali hakim konstitusi.

Salah satu dialognya, ketika hakim konstitusi Arief Hidayat menanyakan berapa jarak antara desa dengan distriknya terkait keterangannya yang menyatakan bahwa di kampungnya tidak ada penyelenggaraan pemilu.

“300 kilometer,” tegas perempuan yang mengenakan batik saat bersaksi tersebut, dengan logat khas Papua yang berapi-api.

Jawabannya itu membuat Arief kaget karena mungkin tidak menyangka bahwa jarak tempat tinggalnya ke distriknya amat jauh. Namun, Novela langsung meralat jawabannya. “30 kilometer, eh 300 meter Yang Mulia. Saya manusia Pak, pasti punya salah nggak apa-apa,” ucap Novela renyah menyambi membela dirinya di hadapan majelis.

Mendengar jawaban tersebut, sontak mengundang tawa seluruh peserta sidang yang hadir di dalam maupun orang yang menonton persidangan tersebut di luar ruangan melalui layar kaca.

Usai tertawa, Arief kembali bertanya apakah Novela juga mengetahui ada kegiatan lain di distrik lainnya dengan jarak yang tak terlalu jauh itu. “Saya tidak mau bicara kampung lain. Saya maunya di kampung saya,” ketusnya.

“Saya bisa kacau,” sambut Arief menanggapi jawabannya sambil geleng-geleng kepala. “Ya Bapak kacau, saya juga bisa kacau Pak,” ucap perempuan yang juga merupakan direktur wanita (direktris) CV Iyobai tersebut enteng sambil kembali duduk. (dod)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/