28 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Ini Penyebab Kesepakatan Damai KIH-KMP Buyar

Foto: Ricardo/JPNN.com Pimpinan DPR sementara versi KIH, Ida Fauziyah (tengah) saat memimpin sidang Paripurna DPR versi Koalisi Indonesi Hebat (KIH), Jakarta, Jumat (31/10). Mereka membahas mengenai alat kelengkapan dewan (AKD).
Foto: Ricardo/JPNN.com
Pimpinan DPR sementara versi KIH, Ida Fauziyah (tengah) saat memimpin sidang Paripurna DPR versi Koalisi Indonesi Hebat (KIH), Jakarta, Jumat (31/10). Mereka membahas mengenai alat kelengkapan dewan (AKD).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kesepakatan damai antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan Koalisi Merah Putih (KMP) harus buyar karena kubu pendukung Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla menyampaikan permintaan baru terkait revisi Undang-undang 17/2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3).

Menurut Koordinator Pelaksana KMP, Idrus Marham, Kamis (13/11), pasal baru yang diminta direvisi atau diubah terdiri dari pasal 74 (tentang tugas DPR) ayat 3, 4 dan 5 serta pasal 98 (tentang tugas Komisi) ayat 6, 7, dan 8. (fat/jpnn)

Berikut bunyi pasal-pasal tersebut dalam UU 17/2014 tentang MD3:

Pasal 74

Ayat 3: Setiap pejabat negara atau pejabat pemerintah yang mengabaikan rekomendasi DPR, DPR dapat menggunakan hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat, atau hak anggota DPR mengajukan pertanyaan.

 

Ayat 4: Dalam hal pejabat negara atau pejabat pemerintah mengabaikan atau tidak melaksanakan rekomendasi DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPR dapat menggunakan hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat atau hak anggota DPR mengajukan pertanyaan.

 

Ayat 5: DPR dapat meminta Presiden untuk memberikan sanksi administratif kepada pejabat negara atau pejabat pemerintah yang tidak melaksanakan atau mengabaikan rekomendasi DPR.

 

Pasal 98

Ayat 6: Keputusan dan/atau kesimpulan rapat kerja komisi atau rapat kerja gabungan komisi bersifat mengikat antara DPR dan Pemerintah serta wajib dilaksanakan oleh Pemerintah.

 

Ayat 7: Dalam hal pejabat negara dan pejabat pemerintah tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana di maksud pada ayat (6), komisi dapat mengusulkan penggunaan hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat atau hak anggota mengajukan pertanyaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

 

Ayat 8: DPR dapat meminta Presiden untuk memberikan sanksi administratif kepada pejabat negara dan pejabat pemerintah yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana di maksud pada ayat (6)

Foto: Ricardo/JPNN.com Pimpinan DPR sementara versi KIH, Ida Fauziyah (tengah) saat memimpin sidang Paripurna DPR versi Koalisi Indonesi Hebat (KIH), Jakarta, Jumat (31/10). Mereka membahas mengenai alat kelengkapan dewan (AKD).
Foto: Ricardo/JPNN.com
Pimpinan DPR sementara versi KIH, Ida Fauziyah (tengah) saat memimpin sidang Paripurna DPR versi Koalisi Indonesi Hebat (KIH), Jakarta, Jumat (31/10). Mereka membahas mengenai alat kelengkapan dewan (AKD).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kesepakatan damai antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan Koalisi Merah Putih (KMP) harus buyar karena kubu pendukung Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla menyampaikan permintaan baru terkait revisi Undang-undang 17/2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3).

Menurut Koordinator Pelaksana KMP, Idrus Marham, Kamis (13/11), pasal baru yang diminta direvisi atau diubah terdiri dari pasal 74 (tentang tugas DPR) ayat 3, 4 dan 5 serta pasal 98 (tentang tugas Komisi) ayat 6, 7, dan 8. (fat/jpnn)

Berikut bunyi pasal-pasal tersebut dalam UU 17/2014 tentang MD3:

Pasal 74

Ayat 3: Setiap pejabat negara atau pejabat pemerintah yang mengabaikan rekomendasi DPR, DPR dapat menggunakan hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat, atau hak anggota DPR mengajukan pertanyaan.

 

Ayat 4: Dalam hal pejabat negara atau pejabat pemerintah mengabaikan atau tidak melaksanakan rekomendasi DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPR dapat menggunakan hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat atau hak anggota DPR mengajukan pertanyaan.

 

Ayat 5: DPR dapat meminta Presiden untuk memberikan sanksi administratif kepada pejabat negara atau pejabat pemerintah yang tidak melaksanakan atau mengabaikan rekomendasi DPR.

 

Pasal 98

Ayat 6: Keputusan dan/atau kesimpulan rapat kerja komisi atau rapat kerja gabungan komisi bersifat mengikat antara DPR dan Pemerintah serta wajib dilaksanakan oleh Pemerintah.

 

Ayat 7: Dalam hal pejabat negara dan pejabat pemerintah tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana di maksud pada ayat (6), komisi dapat mengusulkan penggunaan hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat atau hak anggota mengajukan pertanyaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

 

Ayat 8: DPR dapat meminta Presiden untuk memberikan sanksi administratif kepada pejabat negara dan pejabat pemerintah yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana di maksud pada ayat (6)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/