25.6 C
Medan
Wednesday, May 29, 2024

BBM Naik Lagi, Pertamina Disebut Bikin Masyarakat Tak Stabil

FOTO: ISMAIL AMIN/ RADAR MAKASSAR Petugas SPBU mengisi bahan bakar jenis Pertamax ke dalam kendaraan pelanggan,  Minggu (23/11). Di Jakarta, PT Pertamina (Persero) menjual Pertamax Rp 9.950 per liter.
FOTO: ISMAIL AMIN/ RADAR MAKASSAR

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Pertamina kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi mulai pukul 00.00, Jumat (15/5) nanti. Harga pertamax bakal naik dari Rp 8.800 menjadi Rp 9.600, sedangkan pertamax plus naik dari Rp 10.050 menjadi Rp 10.550.

Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean menilai kenaikan harga BBM non-subsidi sebagai bentuk ketidakcakapan direksi Pertamina dalam mengeluarkan kebijakan.

“Ini adalah bentuk ketidakmampuan Pertamina mengeluarkan kebijakan yang antisipatif dan responsif, tapi mudah selalu mengeluarkan kebijakan reaktif. Kenaikan harga BBM ini memang layak dipertanyakan,” ujar Ferdinand kepada JPNN.com, Kamis (14/5).

Ferdinand melihat, turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar memang akan berpengaruh pada harga jual BBM. Dia berharap BUMN yang bergerak di sektor minyak dan gas ini bisa lebih bijak dan profesional dalam menerapkan setiap kebijakan, agar tidak merugikan masyarakat.

“Pertanyaannya adalah seberapa besar sebetulnya pengaruhnya pada kenaikan harga karena kenaikan dolar tidak terlalu signifikan sebulan terakhir ini. Sangat disayangkan kebijakan harga yang terus berubah-ubah membuat masyarakat terbawa dalam sebuah situasi yang tidak stabil,” keluh dia. (chi/jpnn)

FOTO: ISMAIL AMIN/ RADAR MAKASSAR Petugas SPBU mengisi bahan bakar jenis Pertamax ke dalam kendaraan pelanggan,  Minggu (23/11). Di Jakarta, PT Pertamina (Persero) menjual Pertamax Rp 9.950 per liter.
FOTO: ISMAIL AMIN/ RADAR MAKASSAR

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Pertamina kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi mulai pukul 00.00, Jumat (15/5) nanti. Harga pertamax bakal naik dari Rp 8.800 menjadi Rp 9.600, sedangkan pertamax plus naik dari Rp 10.050 menjadi Rp 10.550.

Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean menilai kenaikan harga BBM non-subsidi sebagai bentuk ketidakcakapan direksi Pertamina dalam mengeluarkan kebijakan.

“Ini adalah bentuk ketidakmampuan Pertamina mengeluarkan kebijakan yang antisipatif dan responsif, tapi mudah selalu mengeluarkan kebijakan reaktif. Kenaikan harga BBM ini memang layak dipertanyakan,” ujar Ferdinand kepada JPNN.com, Kamis (14/5).

Ferdinand melihat, turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar memang akan berpengaruh pada harga jual BBM. Dia berharap BUMN yang bergerak di sektor minyak dan gas ini bisa lebih bijak dan profesional dalam menerapkan setiap kebijakan, agar tidak merugikan masyarakat.

“Pertanyaannya adalah seberapa besar sebetulnya pengaruhnya pada kenaikan harga karena kenaikan dolar tidak terlalu signifikan sebulan terakhir ini. Sangat disayangkan kebijakan harga yang terus berubah-ubah membuat masyarakat terbawa dalam sebuah situasi yang tidak stabil,” keluh dia. (chi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/