Dikonfirmasi terpisah, Dewa Made Sastrawan, Staf Khusus Menhub Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Internasional menuturkan masalah genangan ini merupakan masalah sederhana. Sebab, bila dikaitkan dengan urusan penerbangan tidak ada hubungannya. Sehingga, tidak perlu dievaluasi dan ditindaklanjuti.
“Saya kira sederhana, tidak ada hubungannya dengan keselamatan dan keamanan. Jadi kan, ada beberapa bagian di bandara itu, yakni airside, land side, dan terminal. Kejadian ini kan di land side, ini gak pengaruh. Ini seperti kejadian di jalan rayanya,” tuturnya.
Dewa bahkan mengatakan, bila sejatinya pihak AP II sudah siap secara keseluruhan untuk pengoperasian terminal. Meski ada beberapa insiden yang terjadi, mulai dari korsleting, sistem down hingga banjir yang terjadi. ’’Dilihat dari berbagai aspek kami nilai siap. Kalau ini kan faktor alam, hujan deras lalu ada angin, kemudian saluran mampet sehingga ada genangan air. Masih batas kewajaran,’’ ungkapnya.
Disinggung soal komentar para penumpang yang mengatakan operasional cenderung dipaksakan, dia mengatakan, bahwa penikaian penumpang sah-sah saja demikian rupa. Menurutnya, Kemenhub menilai kesiapan ini dari penerbangan yang terjadi. Seperti yang terlihat dari on time performance Garuda Indonesia yang hampir mencapai 95 persen di hari kelima operasional terminal baru ini.
“Dari situ kita nilai kesiapan. Minggu depan diharapkan bisa sampai 95 persen sehingga kembali seperti saat berada di terminal 2,” ujarnya.
Sementara itu, Pengamat Penerbangan Alvin Lie menyayangkan peristiwa masuknya genangan air ke dalam gedung Terminal 3 baru. Pasalnya, hal tersebut membuktikan jika APII maupun pemerintah terlalu memaksakan operasional proyek bandara baru tersebut. ’’Kalau terjadi banjir berarti ada kesalahan dalam struktur drainase disana,’’ ujarnya.
Sebenarnya, dia memaklumi jika operasional masih mengalami gangguan. Mungkin dari sistem check in atau pelayanan. Pasalnya, baik pekerja maupun konsumen berada di lingkungan yang baru. Namun, permasalahan infrastruktur seharusnya sudah ditangani sejak awal pembangunan.
’’Masak bangun bandara tidak mengecek sistem penampungan air dan penyalurannya. Apakah sistem sesuai dengan curah hujan disana,’’ ujarnya.
Semua itu menjadi pertanyaan bagi AP II maupun pemerintah yang dalam hal Kementerian Perhubungan. Dia tidak mengerti kenapa masalah-masalah justru datang di akhir persiapan dan setelah beroperasi. Contohnya, Mantan Menteri Perhubungan Ignasis Jonan yang sempat tidak mengizinkan operasional karena Tower pengawas tak sesuai kriteria.
’’Seharusnya masalah-masalah infrastruktur seperti Tower atau drainase sudah dipikirkan selama pembangunan. Bahkan, saat perencanaan,’’ tegasnya. Karena itu, dia meminta kejelasan dari pemerinta terkait pengawasan proyek tersebut. Dia pun berharap agar semua permasalahan bisa diselesaikan tanpa terganggunya operasional terminal 3 yang sudah terlanjur ditempati. (mia/bil/jpg)