Hendrik, kemudian merujuk pada Desember 2015 saat Presiden Jokowi meluncurkan kapsul waktu yang membawa tujuh mimpi untuk menandai 70 tahun kedua kemerdekaan RI.
Impian Indonesia 2015-2085 itu adalah: Pertama, sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia. Kedua, masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Ketiga, Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi dan peradaban dunia. Keempat, masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi, Kelima, Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia, Keenam, Indonesia menjadi negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik dan Ketujuh Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia.
Menurut Hendrik, jika dikaitkan dengan kasus Arcandra Tahar, maka mimpi itu merupakan tanda tanya besar, apakah mimpi Jokowi untuk 70 tahun kedua kemerdekaan RI akan terwujud oleh bangsa sendiri? Upaya menghadapi segala tantangan dan ancaman itu sebenarnya sederahan, yaitu memperkuat Persatuan dan Kesatuan serta menumbuhkembangkan karakter bangsa sebagai Identitas nasional yang kuat.
“Bagi ISKA, tidak ada pilihan bahwa bangsa Indonesia harus memberi perhatian khusus kepada generasi ini. Karena generasi baru ini yang saat ini duduk di bangku kuliah adalah Anak Reformasi yang lahir dan tumbuh di tengah gundah gulananya Indonesia sebagai negara dan bangsa,” tegas Hendrik yang juga alumni PPRA 52 Lemhannas RI. (jpg)