30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Pelindo II Pencitraan di Koran, Rizal ‘Kepret’ Lino

dok. jpnn
dok. jpnn

JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli mengkritik pemimpin badan usaha milik negara untuk tidak bersikap semena-mena. Kritiknya ini terutama ditujukan kepada Richard Joost Lino, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, yang setelah ‘dikepret’ Rizal, berusaha melakukan pencitraan dengan memasang iklan besar-besaran di media cetak.

“Itu, kan, cara dia saja karena tidak bisa mendebat seorang Rizal Ramli. Tapi, DPR harusnya mempertanyakan, BUMN bisa pasang iklan empat halaman yang nilainya miliaran itu, duitnya dari mana? Memang uang BUMN itu uang nenek moyangnya?” kata Rizal dalam diskusi di Jakarta, kemarin. Ia berharap elite lainnya tidak lagi melakukan cara yang sama.

Rizal membela diri dan menyebut cara ‘Rajawali Ngepret’ yang dilakukannya justru untuk mendorong perubahan seperti yang diharapkan masyarakat. “Karena para elite itu sudah tidak melakukan apa-apa, terlalu nyaman tidak melakukan apa-apa, dan KKN,” ujarnya.

Dalam kasus Pelindo II, kata dia, penanganan masalahnya tak bisa dilakukan dengan cara santun khas SBY. Pasalnya, tutur Rizal, RJ Lino memiliki kuasa yang teramat besar.

Rizal mengaku tidak akan bersikap halus. “Saya antitesis SBY, tidak bisa membereskan masalah dengan santun. RJ Lino enggak bisa lawan saya. Dia pasang iklan di Kompas Rp4 miliar, di Bisnis Indonesia Rp8 miliar,” tuturnya.

Iklan itu bercerita tentang rencana pembangunan Pelabuhan Kalibaru yang, menurut Rizal, sekarang mangkrak. “Saya enggak mau ladeni yang begitu, norak. Punya uang, punya kuasa, Kabareskrim bisa diganti. Yang begini-begini kita harus ladeni, harus dirapikan,” ucapnya.

Saat menjadi pembicara dalam acara Pra Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional yang bertema ‘Kontribusi Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat’ di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (15/9, Rizal juga menyoroti masalah waktu bongkar muat (dwelling time) di Pelabuhan Tanjung Priok. Dia menyindir operator Pelabuhan Tanjung Priok, PT Pelindo II.

“Kapal datang harusnya yang dilayani kapal yang datang pertama, ini malah daftar ke terminal-terminal yang berbeda, makanya dwelling time tujuh hari. Beda dengan Singapura yang 1 hari,” kata Rizal,
Kedua, adalah soal biaya inap kontainer di Tanjung Priok yang sangat murah. Rizal mengatakan, ongkos inap per kontainer di Priok hanya Rp27 ribu per hari, sedangkan di luar negeri bisa mencapai Rp500 ribu per hari.

“Investor nakal banyak simpan di Tanjung Priok. Sehingga kami dorong agar kontainer dibawa pulang, hari pertama kedua kontainer kami gratiskan, hari selanjutnya kami akan kenakan Rp2-3 juta per hari,” jelas Rizal.

Selain itu, untuk mempercepat waktu bongkar muat, dia juga akan menghidupkan rel kereta 8 kilometer di Pelabuhan Tanjung Priok yang saat ini sudah ‘mati’ dan bahkan tertutup beton.

“Sederhananya kalau bisa dibikin susah, kenapa harus dibikin mudah, itu adalah mental birokrat kita. Kalau bisa dilakukan kebijakan ini, sepertiga kemacetan (di Tanjung Priok) bisa berkurang, mental birokrat yang seperti ini membuat Kabareskrim diganti,” imbuhnya.

Mantan aktivis ITB yang pernah dipenjara pada masa rezim Soeharto itu berharap para elite, termasuk keluarganya, tak memiliki kepentingan bisnis. Terlebih saat anggota keluarga mereka memiliki kuasa sehingga dapat mengintervensi untuk kepentingan bisnis.

Sebaliknya, PT Pelindo II menampik tudingan pemasangan iklan di berbagai media cetak nasional sebagai upaya perseroan melawan Rizal Ramli.

“Pelindo II pasang iklan tidak ada urusannya dengan Rizal Ramli,” tutur Direktur Keuangan Pelindo II, Orias Petrus Moedak, Selasa (15/9).

Orias mengungkapkan sudah sejak lama perseroan rutin memasang iklan di berbagai media setiap tiga bulan sekali. Pemasangan iklan tidak hanya untuk proyek pelabuhan Kalibaru, tapi juga untuk proyek-proyek lainnya.

Dia berdalih pemasangan iklan tersebut bertujuan agar masyarakat dan investor bisa melihat kemajuan pembangunan proyek yang tengah berjalan. “Iklan itu bentuk keterbukaan (Pelindo II) terhadap masyarakat dan investor,” kata Orias.

Kendati demikian, Orias enggan membeberkan besaran uang yang digelontorkan perseroan untuk aksi pasang iklan di berbagai media itu.

Dalam kesempatan yang sama, Orias juga menyanggah pernyataan Rizal yang menyebut proyek pelabuhan Kalibaru saat ini mangkrak.

“Sekarang sudah ada crane (derek konstruksi) kan di sana. Pembangunan (pelabuhan Kalibaru) bergerak terus, selalu kita kasih tahu, dan tetap berjalan, “ katanya.

Orias menyayangkan sikap Rizali yang dengan mudah mengeluarkan pernyataan tanpa memahami duduk persoalan yang sebenarnya.

“Beliau tidak tahu yang beliau tidak tahu jadi ngapain saya tanggapin orang yang tidak tahu,” kata Orias. (bbs/val)

dok. jpnn
dok. jpnn

JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli mengkritik pemimpin badan usaha milik negara untuk tidak bersikap semena-mena. Kritiknya ini terutama ditujukan kepada Richard Joost Lino, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, yang setelah ‘dikepret’ Rizal, berusaha melakukan pencitraan dengan memasang iklan besar-besaran di media cetak.

“Itu, kan, cara dia saja karena tidak bisa mendebat seorang Rizal Ramli. Tapi, DPR harusnya mempertanyakan, BUMN bisa pasang iklan empat halaman yang nilainya miliaran itu, duitnya dari mana? Memang uang BUMN itu uang nenek moyangnya?” kata Rizal dalam diskusi di Jakarta, kemarin. Ia berharap elite lainnya tidak lagi melakukan cara yang sama.

Rizal membela diri dan menyebut cara ‘Rajawali Ngepret’ yang dilakukannya justru untuk mendorong perubahan seperti yang diharapkan masyarakat. “Karena para elite itu sudah tidak melakukan apa-apa, terlalu nyaman tidak melakukan apa-apa, dan KKN,” ujarnya.

Dalam kasus Pelindo II, kata dia, penanganan masalahnya tak bisa dilakukan dengan cara santun khas SBY. Pasalnya, tutur Rizal, RJ Lino memiliki kuasa yang teramat besar.

Rizal mengaku tidak akan bersikap halus. “Saya antitesis SBY, tidak bisa membereskan masalah dengan santun. RJ Lino enggak bisa lawan saya. Dia pasang iklan di Kompas Rp4 miliar, di Bisnis Indonesia Rp8 miliar,” tuturnya.

Iklan itu bercerita tentang rencana pembangunan Pelabuhan Kalibaru yang, menurut Rizal, sekarang mangkrak. “Saya enggak mau ladeni yang begitu, norak. Punya uang, punya kuasa, Kabareskrim bisa diganti. Yang begini-begini kita harus ladeni, harus dirapikan,” ucapnya.

Saat menjadi pembicara dalam acara Pra Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional yang bertema ‘Kontribusi Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat’ di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (15/9, Rizal juga menyoroti masalah waktu bongkar muat (dwelling time) di Pelabuhan Tanjung Priok. Dia menyindir operator Pelabuhan Tanjung Priok, PT Pelindo II.

“Kapal datang harusnya yang dilayani kapal yang datang pertama, ini malah daftar ke terminal-terminal yang berbeda, makanya dwelling time tujuh hari. Beda dengan Singapura yang 1 hari,” kata Rizal,
Kedua, adalah soal biaya inap kontainer di Tanjung Priok yang sangat murah. Rizal mengatakan, ongkos inap per kontainer di Priok hanya Rp27 ribu per hari, sedangkan di luar negeri bisa mencapai Rp500 ribu per hari.

“Investor nakal banyak simpan di Tanjung Priok. Sehingga kami dorong agar kontainer dibawa pulang, hari pertama kedua kontainer kami gratiskan, hari selanjutnya kami akan kenakan Rp2-3 juta per hari,” jelas Rizal.

Selain itu, untuk mempercepat waktu bongkar muat, dia juga akan menghidupkan rel kereta 8 kilometer di Pelabuhan Tanjung Priok yang saat ini sudah ‘mati’ dan bahkan tertutup beton.

“Sederhananya kalau bisa dibikin susah, kenapa harus dibikin mudah, itu adalah mental birokrat kita. Kalau bisa dilakukan kebijakan ini, sepertiga kemacetan (di Tanjung Priok) bisa berkurang, mental birokrat yang seperti ini membuat Kabareskrim diganti,” imbuhnya.

Mantan aktivis ITB yang pernah dipenjara pada masa rezim Soeharto itu berharap para elite, termasuk keluarganya, tak memiliki kepentingan bisnis. Terlebih saat anggota keluarga mereka memiliki kuasa sehingga dapat mengintervensi untuk kepentingan bisnis.

Sebaliknya, PT Pelindo II menampik tudingan pemasangan iklan di berbagai media cetak nasional sebagai upaya perseroan melawan Rizal Ramli.

“Pelindo II pasang iklan tidak ada urusannya dengan Rizal Ramli,” tutur Direktur Keuangan Pelindo II, Orias Petrus Moedak, Selasa (15/9).

Orias mengungkapkan sudah sejak lama perseroan rutin memasang iklan di berbagai media setiap tiga bulan sekali. Pemasangan iklan tidak hanya untuk proyek pelabuhan Kalibaru, tapi juga untuk proyek-proyek lainnya.

Dia berdalih pemasangan iklan tersebut bertujuan agar masyarakat dan investor bisa melihat kemajuan pembangunan proyek yang tengah berjalan. “Iklan itu bentuk keterbukaan (Pelindo II) terhadap masyarakat dan investor,” kata Orias.

Kendati demikian, Orias enggan membeberkan besaran uang yang digelontorkan perseroan untuk aksi pasang iklan di berbagai media itu.

Dalam kesempatan yang sama, Orias juga menyanggah pernyataan Rizal yang menyebut proyek pelabuhan Kalibaru saat ini mangkrak.

“Sekarang sudah ada crane (derek konstruksi) kan di sana. Pembangunan (pelabuhan Kalibaru) bergerak terus, selalu kita kasih tahu, dan tetap berjalan, “ katanya.

Orias menyayangkan sikap Rizali yang dengan mudah mengeluarkan pernyataan tanpa memahami duduk persoalan yang sebenarnya.

“Beliau tidak tahu yang beliau tidak tahu jadi ngapain saya tanggapin orang yang tidak tahu,” kata Orias. (bbs/val)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/