Menurut Dahlan, koran bisa saja mati, tapi bisa saja bertahan. Untuk bisa hidup atau mati, ada syaratnya. Koran kalau tidak dijaga mutunya, maka betul-betul akan mati. Dan itu sudah banyak terbukti. Di sisi lain, terbukti juga jika diurus dengan baik, maka koran tidak akan mati.
Mantan Dirut PLN itu mengaku, setiap kali mendengar ada koran mati, dia menyimpulkan bahwa itu pasti disebabkan oleh manajemen yang buruk. Sebab hidup matinya koran, bergantung pada manajemen. Kesimpulan itu dipegang teguh hingga dua tahun lalu.
Tapi kini Dahlan menemukan penyebab lain. Mati hidupnya koran, juga bergantung kepada sikap pemilik. Menurut dia, pemilik media cetak yang tidak memiliki ideologi jurnalistik, pasti cepat mengambil keputusan untuk mematikan koran. Sebab, tujuan membikin koran, hanya untuk bisnis. Tapi pemilik koran yang sejak awal adalah wartawan, naik menjadi redaktur, pemimpin tedaksi, hingga penerbit, pasti akan mencari jalan agar koran tidak mati.
Dahlan menambahkan, banyak pemilik koran yang memilih masuk penjara untuk mempertahankan prinsip-prinsip jurnalistik. ”Misalnya saya. Kalau saya tidak mau dicari-cari kesalahan, saya serahkan saja Jawa Pos kepada orang-orang yang menginginkan. Tapi saya tidak mau. Jawa pos harus tetap independen. Saya mau susah asal Jawa Pos independen,” tegasnya. Sikap seperti itu yang tidak dimiliki oleh pemilik koran dengan niat utamanya berbisnis. (eko/gun/jpg)