BRI yang mengaku telah mengetahui keberadaan sindikat pencuri data kartu nasabah juga terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Sebelumnya, BRI mengungkapkan telah menemukan lokasi sindikat tersebut yakni di daerah Talang Selatan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Lokasi tersebut menjadi sarang pelaku kejahatan perbankan. Salah satunya mengatasnamakan BRI dengan modus pengiriman one time password (OTP) untuk transaksi di e-commerce.
“Ada BTS-nya (base transceiver station) di sana. Teridentifikasinya sudah beberapa waktu yang lalu, sama kita di Himbara (Himounan Bank-Bank Milik Negara) juga sudah pada tahu,” ujar Indra. Untuk memasuki kampung itu, susah sekali karena para penduduk di sana sudah saling bekerja sama menjadi koplotan penjahat. Dia menambahkan polisi sedang berupaya menemukan cara agar bisa menangkap komplotan itu.
Indra juga menegaskan tidak akan melaporkan nasabahnya yang bernama Andi Maulana. Sebelumnya, beredar pesan whatsapp mengenai rencana BRI melaporkan Andi Maulana atas dugaan pencemaran nama baik. Andi diketahui memberikan pernyataan bahwa uangnya di rekening ludes dan hanya tersisa Rp57 ribu.
Dia juga mengaku menerima telepon dari yang mengetahui datanya di BRI dan menanyakan apakah data-data tersebut benar. Data-data itu seperti nama lengkap, alamat dan lain-lain. Lantas, ia menerima SMS verifikasi one time password (OTP) dari BRI untuk bertransaksi di e-commerce mataharimall.com.
Indra mengatakan, Andi Maulana yang merupakan pegawai Bawaslu DKI Jakarta itu telah terbukti memberikan 3 digit angka di belakang kartu atau card verification code (CVV) dan OTP-nya kepada orang lain yang mengaku dari BRI. Semestinya, hal itu tidak boleh dilakukan dan nasabah harus waspada. “Kami empati juga kepada beliau karena beliau juga kehilangan uangnya. Tidak ada rencana melaporkan beliau,” tuturnya.