27.8 C
Medan
Thursday, June 13, 2024

Ratusan Perawat di Kuwait Terancam Deportasi

JAKARTA – Nasib ratusan perawat Indonesia di Kuwait terkatung-katung, pasalnya pemerintah Kuwait tiba-tiba tidak mengakui ijazah para perawat tersebut. Alasannya, ijazah yang dimiliki tidak dikeluarkan lembaga Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes) Kemenkes RI.

Akibatnya, beberapa perawat terancam dideportasi jika tidak bisa menunjukkan sertifikasi ijazahnya. Seorang tenaga kerja di Kuwait mengatakan sudah 4 orang di non aktifkan Kemenkes Kuwait dan 1 di deportasi Senin (19/4). “Hari ini (kemarin, red) sudah 50 orang di non aktifkan,” ujar Siti Widyhas Tuty.

Lebih lanjut dia mengatakan masalah itu mencuat sejak awal tahun ini. Padahal, sebelumnya tidak pernah ada masalah. Dia sendiri tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi karena tiba-tiba beberapa perawat mendapat surat dari Kemenkes Kuwait. Intinya, diberhentikan karena masalah ijazah.

Sejak masalah itu mencuat, pihak duta besar sudah melakukan komunikasi dengan pemerintah Kuwait. Namun, usaha tersebut sepertinya sia-sia lantaran penonaktifan masih berjalan. Tudingan ijazah keperawatan palsu itu sangat meresahkan karena banyak perawat yang tidak digaji atau tidak bisa kembali ke Indonesia.

Seorang perawat yang dipulangkan adalah M. Fauzan asal Tasikmalaya. Dia mengatakan saat diterima bekerja 2009 lalu tempatnya bekerja tidak mempermasalahkan ijazahnya. Saat itu dia lega karena urusan dokumen bisa segera selesai. “Tiba-tiba, saya dikabarkan akan dideportasi,” katanya.

Dia dituduh sebagai perawat illegal dan membeli ijazah palsu. Katanya, tempatnya sekolah tersebut tidak terakreditasi oleh Kemenkes Indonesia. Tuduhan itu tidak diterima begitu saja, dia mencoba membela diri menunjukkan bukti valid. “Termasuk revisi ijazah,” terangnya.

Validitas itu diantaranya sertifikasi akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Indonesia. Dalam sertifikasi, menjelaskan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya tempatnya menuntut ilmu terakreditasi C. “Sebelum menjadi Stikes, Bakti Tunas Husada adalah Akper,” ungkapnya. (dim/wan/ken/jpnn)

JAKARTA – Nasib ratusan perawat Indonesia di Kuwait terkatung-katung, pasalnya pemerintah Kuwait tiba-tiba tidak mengakui ijazah para perawat tersebut. Alasannya, ijazah yang dimiliki tidak dikeluarkan lembaga Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes) Kemenkes RI.

Akibatnya, beberapa perawat terancam dideportasi jika tidak bisa menunjukkan sertifikasi ijazahnya. Seorang tenaga kerja di Kuwait mengatakan sudah 4 orang di non aktifkan Kemenkes Kuwait dan 1 di deportasi Senin (19/4). “Hari ini (kemarin, red) sudah 50 orang di non aktifkan,” ujar Siti Widyhas Tuty.

Lebih lanjut dia mengatakan masalah itu mencuat sejak awal tahun ini. Padahal, sebelumnya tidak pernah ada masalah. Dia sendiri tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi karena tiba-tiba beberapa perawat mendapat surat dari Kemenkes Kuwait. Intinya, diberhentikan karena masalah ijazah.

Sejak masalah itu mencuat, pihak duta besar sudah melakukan komunikasi dengan pemerintah Kuwait. Namun, usaha tersebut sepertinya sia-sia lantaran penonaktifan masih berjalan. Tudingan ijazah keperawatan palsu itu sangat meresahkan karena banyak perawat yang tidak digaji atau tidak bisa kembali ke Indonesia.

Seorang perawat yang dipulangkan adalah M. Fauzan asal Tasikmalaya. Dia mengatakan saat diterima bekerja 2009 lalu tempatnya bekerja tidak mempermasalahkan ijazahnya. Saat itu dia lega karena urusan dokumen bisa segera selesai. “Tiba-tiba, saya dikabarkan akan dideportasi,” katanya.

Dia dituduh sebagai perawat illegal dan membeli ijazah palsu. Katanya, tempatnya sekolah tersebut tidak terakreditasi oleh Kemenkes Indonesia. Tuduhan itu tidak diterima begitu saja, dia mencoba membela diri menunjukkan bukti valid. “Termasuk revisi ijazah,” terangnya.

Validitas itu diantaranya sertifikasi akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Indonesia. Dalam sertifikasi, menjelaskan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya tempatnya menuntut ilmu terakreditasi C. “Sebelum menjadi Stikes, Bakti Tunas Husada adalah Akper,” ungkapnya. (dim/wan/ken/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/